tag:blogger.com,1999:blog-68505151107224629492024-03-19T02:59:48.661-07:00Cerita Bagi para Maniak SeksCewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.comBlogger209125tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-40452347373512432532018-07-07T00:52:00.000-07:002018-07-07T00:52:11.118-07:00Perkosa Gadis Yang Sedang Pingsan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqBc8O81CAFtqpWlRBBQAIxdOSDkf_i1d_5M83Lb0BgfsciF4WXAgDVXJcgXqeVjjfPrrq-GUMofCze24zdYCZu4AmdFiAxIDmsxQdKq5muI2UX7CpxRbkW5wq6Z9tdLGvb6WF2g2So_Bm/s1600/3151.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Perkosa Gadis Yang Sedang Pingsan" border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqBc8O81CAFtqpWlRBBQAIxdOSDkf_i1d_5M83Lb0BgfsciF4WXAgDVXJcgXqeVjjfPrrq-GUMofCze24zdYCZu4AmdFiAxIDmsxQdKq5muI2UX7CpxRbkW5wq6Z9tdLGvb6WF2g2So_Bm/s640/3151.jpg" title="Perkosa Gadis Yang Sedang Pingsan" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perkosa Gadis Yang Sedang Pingsan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://ceritasexmediaqq.blogspot.com/">Cerita Sex Indonesia 2018</a> - Namaku Bastian, aku adalah seorang ABG yang berusia 17 tahun. Aku mempunyai tinggi badan sekitar 170 cm, berat badan 58 kg, cukup ideallah postur tubuhku.<br />
<br />
Disini aku akan berbagi cerita sex yang hot dari pengalaman saya dengan seorang wanita. Bisa dibilang pengalaman Sexs-ku ini sangat jarang dialami oleh orang lain, dan saya yakin para pembaca-pun mengatakan seperti itu setelah membaca cerita sexs-ku ini.<br />
<br />
<h2>
Perkosa Gadis Yang Sedang Pingsan</h2>
<br />
Tian nama panggilanku, selain berpostur tubuh ideal, aku juga memiliki wajah yang sedikit ganteng,hhe. Saya kira cukup pembukaan ceritanya, sekarang menuju pada cerita sex mesum pribadi Mas Bastian yang paling Ganteng. Pada suatu hari pihak sekolahku mengadakan Study Tour di sebuah pantai di daerah Jabar ( jawa barat). Kami semua sampai di lokasi sekitar pukul 03.00 dini hari.<br />
<br />
Karena kami sampai di lokasi wisata pada Pukul 03.00 dini hari, teman satu sekolahku dan semua guru-pun lelah dan langsung tidur di penginapan yang sebelumnya sudah dibooking. Namul hal itu tidak terasa olehku, karena ketika perjalanan ke objek wisata aku sempat tidur. Maka dari itu sesampianya disana akupun bisa tertidur 1 jam kemudian tepatnya pada pukul 05.00 dini hari.<br />
<br />
Tidak terasa waktupun berlalu, sampai pada akhirnya aku terbangun sekitar Pukul 08.45 pagi. Namun ketika aku terbangun aku merasa bingung, karena pada saat itu teman-teman sekamarku sudah tidak ada di kamar. Wah nampaknya aku ketinggalan deh ini, ucapku. Saat itu aku-pun segera keluar kamar dan melihat bus sudah tidak ada, hal itu menandakan bahwa mereka sudah pergi ketempat wisata.<br />
<br />
Karena merasa kurang yakin aku-pun sempat menanyakan kepada staff hotel, setelah bertanya ternyata benar rombongan sekolahku telah berangkat ke lokasi wisata. Sekitar jam 07.00 pagi mereka sudah berangkat. Saat itu merasa sangat kesal akan hal itu. Aku kesal sekali tidak bisa ikut dan yang paling membuat aku jengkel adalah, mengapa teman sekamarku tidak membangunkan aku. Benar-benar keterlaluan mereka.<br />
<br />
Untuk menghilangkan rasa kesalku, akupun langsung keluar dan bejalan-jalan di pantai. Kebetulan sekali hotel tempat kami menginap berdekatan dengan sebuah pantai. Sesampainya di pantai, aku merasa aneh saat itu, karena pantai ini suasana-nya sangat sepi, bahkan tak ada seorangpun kecuali aku. Lalu aku berfikir, mungkin pantai ini sepi karena pantai ini bukanlah tempat wisata.<br />
<br />
Saat itu terlihat banyak sampah dan tanaman bakau yang cukup lebat di tepi pantai ini. Mungkin saja hal itu yang menyebabkan orang tidak suka berkunjung di pantai ini. Dengan bertelanjang kaki saat itu mulai menelusuri pantai, tak jarang sepanjang pantai aku banyak menemukan berbagai jenis sampah. Tanpa aku duga ditengah perjalanku dikagetkan dengan adanya sesosok orang yang terkapar di tepi pantai.<br />
<br />
Karena aku penasaran, maka aku-pun segera menghampirinya, dan segera menepikanya di bawah pohon tepi pantai yang cukup rindang. Setelah kuperhatikan secara seksama, ternyata dia adalah seorang gadis yang usianya sebaya denganku. Saat itu aku coba memeriksa denyut nadinya, ternyata setelah aku periksa denyut nadinya masih berdenyut dan tubuhnya-pun masih hangat.<br />
<br />
Karena dia masih hidup aku-pun mengamati lagi gadis itu. Sungguh sebuah rejeki aku bisa menemukan gadis yang berparas cantik, berkulit putih, bertubuh sintal dan berambut panjang. Pada saat itu Gadis itu memakai hanya mengenakan pakaian renang yang cukup indah dan mahal nampaknya. Dalam hening aku merasa bingung karena memikirkan darimana datangnya gadis ini.<br />
<br />
Saat itu aku mencoba memeriksa memeriksa sekujur tubuhnya, dengan maksud siapa tahu ada identitas yang terselip di baju renangnya. Namun ketika aku aku memeriksa tubuhnya, spontan terlintas ide ngeres di otakku. Saat itu sesekali aku menyentuh buah dada-nya yang lumayan kenyal dan besar bagi gadis seumurannya. Saat itu aku juga memperhatikan area kewanitaan-nya yang nampak menyembul indah.<br />
<br />
Karena aku laki-laki normal, saat itu tidak terasa kejantananku sudah ereksi hebat, dan seketika timbullah niat buruk untuk menyetubuhi gadis itu. Karena saat itu hanya ada aku dan gadis pingsan yang aku temukan tadi, tanpa buang waktu niat cabulku-pun kulancarkan. Mulailah aku melucuti celana renangnya yang menutupi tubuh dan kewanitaan-nya yang menyembul indah.<br />
<br />
Stelah terlepas, maka terlihatlah kewanitaan dengan bulu kewanitaan yang sangat terawat dihadapanku. Tanpa berfikir panjang akupun mulai menyentuh bibir kewanitaan-nya, berhubung aku si otong (penis) sudah tidak tahan lagi, maka aku-pun bergegas melepas celana pendek, celana dalamku. Sembari memandangi indahnya tubuh gadis itu, kejantanankukupun aku gesek-gesekkan pada kewanitaan gadis itu.<br />
<br />
“ Beuhhh, nikmat sekali ternyata rasanya… ”<br />
<br />
Sembari masih menggesek-gesekan kejantananku pada kewanitaann gadis itu, tak lupa tanganku meraih buah dada-nya yang kenyal lalu aku remas-remas dengan penuh gairah. Sesekali aku juga memainkan puting susu-nya yang berwarna kemerah-merahan itu. sembari tangan kiriku memegang buah dada-nya, tangan kanan-kupun sekarang bergerak menuju liang senggamanya. Saat itu aku mencoba menusuk-nusukkan jemariku kedalam liang senggama yang masih sempit itu.<br />
<br />
Secara perlahan aku menusukan jariku kedalam liang senggama gadis itu, setelah beberapa saat pada akhirnya jemariku berhasil masuk ke dalam liang senggama-nya.<br />
Tidak kusangka ternyata dia masih Virgin, dan keluarlah sebercak darah yang mengalir dari liang senggamanya. Saat itu aku sempat terkejut karena tiba-tiba gadis itu bergerak, mungkin saja dia merasakan sakit ketika jariku menembus selaput daranya.<br />
<br />
Seketika aku-pun langsung menghentikan perbuatanku, karena aku takut dia sadarkan diri dan akan berteriak jika melihat aku sedang melakukan hal cabul ketika dia tersadar. Setelah beberapa saat aku hentikan, ternyata dia masih tidak sadarkan diri. Saat itu aku masih sempat menunggu sekitar 10 menit untuk memastikan jika dia benar-benar masih tidak sadarkan diri.<br />
<br />
Lalu setelah benar-benar yakin dia masih pingsan, aku-pun kembali melanjutkan bermain di arena kewanitaan-nya dengan jemariku. Setelah itu aku-pun mencoba bermain dengan gaya lain, ketika itu aku mendekatkan wajahku ke depan bibir kewanitaan-nya gadis itu. Kulihat bibir kewanitaan-nya berlumur sedikit bercak darah akibat sodokan jariku yang menembus selaput daranya tadi.<br />
<br />
Karena aku sudah terlanjur nafsu dan khilaf akupn tidak perduli dengan bercak darah itu, dan aku-pun langsung melahap kewanitaan gadis itu sembari kedua tanganku membuka lebar dinding bibir kewanitaan-nya. Setelah beberapa saat aku menciumi kewanitaan-nya, aku mulai lidahku menjulurkan lidahku untuk memainkan clitoris-nya. Masih dengan keadaan pingsan, aku mendengar nafas gadis itu memburu.<br />
<br />
Seketika itu hembusan nafasnya menjadi lebih cepat dan tidak beraturan. Ketika nafasnya makin tidak beraturan, tiba-tiba dari lubang itu keluar cairan putih bening yang hangat membasahi lidahku. Sungguh hebat sekali gadis itu, dalam keadaan yang tidak sadarkan diri dia bisa orgasme, hha… mantap.<br />
<br />
Berhubung gadis itu sudah orgasmen dan masih tidak sadarkan diri, aku-pun langsung mempersiapkan kejantananku yang sudah mencapai ukuran maksimal itu, untuk memcoba memasuki liang senggama-nya. Aku langsung mencoba memasukkan kejantananku ke dalam kewanitaan itu dengan menggesek-gesekan kejantananku terlebih dahulu, tapi ketika aku akan memasukan kejantananku ke dalam liang senggama-nya ternyata liang senggama-nya masih sangat sempit.<br />
<br />
Saat itu terasa sangat sulit sekali memasukan kejantananku kedalam Vagina Gadis itu, sampai-samapi kejantananku yang sudah ereksi maksimal tidak kuat untuk menembus kewanitaan gadis itu. Huffttt, sunguh susah menembus memek perawan. Namun aku tidak menyerah begitu saja, secara perlahan aku terus mencoba menusukan kejantananku. Setelah susah payah akhirnya,<br />
<br />
“ Zlebbbbbbbbbb ”,<br />
<br />
Terbenamlah seluruh kejantananku didalam vagina itu. Setelah berhasil masuk kedalam lubang kewanitaan itu, kurasakan seakan kejantananku seperti dipijat-pijat oleh dinding Vagina gadis itu,<br />
<br />
“ Ouhhhhhhhhh…. Nikmatnya surga dunia ini… ”, ucapku puas.<br />
<br />
Setelah terbenam seluruhnya kurasakan hangatnya lubang kewanitaan membuat kejantananku semakin keras saja. Lalu aku langsung mengangkat pinggul gadis itu sejajar dengan kejantananku. Dengan perlahan aku gerakan kejantananku keluar masuk dari liang senggamanya,<br />
<br />
“ Eughhhhh… Nikmat sekali… Sssss… Aghhhhh… ”, desahku merasa nikmat.<br />
<br />
Setelah sekitar 15 aku menggenjot kewanitaan gadis itu dengan tempo pelan, kini aku mempercepat genjotanku dengan liar dan penuh nafsu,<br />
<br />
“ Ouhhh… Sssss… Aghhh… Plak… Plak… Plak… ”, desahku bercampur suara hentakan kulit kami yang menempel ketika aku menggoyangkan pinggulku.<br />
<br />
Tidak lama kemudian kurasakan ada sesuatu yang mendesak pada pembulu darah pada kejantananku, dan,<br />
<br />
“ Aghhhhh… Crotttt… Crotttt… Crotttt… ”,<br />
<br />
Pada akhirnya tersemburlah semua spermaku di dalam liang senggama gadis itu, aku merasa nikmat dan melayang-layang. Sungguh luar biasa orgasme yang kurasakan saat itu. seketika itu aku-un langsung terkulai lemas di atas pasir pantai. Sejenak aku membaringkan tubuhku di samping gadis itu. Aku barbaring sambil memandang ke atas dan sesekali aku memandang wajah gadis itu yang terlelap dengan wajahnya yang lugu. Dan sesekali aku memegang buah dada-nya yang sangat menggoda.<br />
<br />
Tidak terasa haripun sudah sore, saat itu aku terus memainkan tubuhnya karena aku tak mau melewatkan kesempatan ini. Beberapa saat aku berpikir untuk menemani dia hingga sadar. Tapi kadang aku merasa takut akan apa yang telah aku lakukan tadi. Tapi setelah berpikir beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk menemani gadis itu hingga siuman.<br />
<br />
Ditemani api unggun dan debur ombak, sambil bersandar di pohon aku memeluk gadis itu dari belakang. Dan walaupun begitu pikiran kotorku tak pernah hilang. Sambil aku memeluknya, mencoba untuk menghangatkannya, tanganku tak henti-hentinya memegangi buah dada-nya yang waktu itu dia masih telanjang karena aku tidak ingat untuk memakaikan pakaian renangnya<br />
<br />
Pada waktu itu aku melihat jam tanganku menunjukan tepat pukul 19.00 malam. Beberapa saat kemudian akhirnya gadis itupun siuman, dia terkejut ketika dia melihat aku disampingnya dan sadar bahwa dirinya telah telanjang bulat,<br />
<br />
“ Hah… Kamu siapa, kenapa kamu disini dan mengapa aku telanjang ??? kamu melakukan apa padaku ?? ”, ucapnya kaget bercampur kemarahan.<br />
<br />
“ Sudah-sudah tenang dulu, tolong diam sebentar dandengarkan aku !!! tenanglah, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu ”, ucapku dengan santainya.<br />
<br />
Kemudian akupun menjelaskan semuanya, dari mulai aku menemukan dia sampai dia siuman. Mendengar ceritaku dia sempat meneteskan air mata. Dengan air mata bercucuran, dia menceritakan semuanya kepada aku. Dari ceritanya aku mengetahui ternyata dia adalah putri dari seorang jutawan dari kota B dan tak lupa kamipun berkenalan. Gadis itu ternyata bernama Dila.<br />
<br />
Saat itu dia mengatakan kepadaku mengapa dia tidak sadarkan diri, ternyata dia terseret ombak ketika dia sedang berenang di pantai hingga tidak sadarkan diri. Kemudian kamipun mulai akrab dan Dila-pun berkata,<br />
<br />
“ Tian, kamu bisa tolongin aku nggak… ”, ucap-nya.<br />
<br />
“ Apa saja pasti akan akau lakukan Dil ”, jawabku.<br />
<br />
“ Terima kasih sebelumnya ya Tian, aku kedinginan sekali nih tian, dan aku tidak bawa pakaian, hanya baju renang ini saja yang aku bawa ”, ucapnya memelas kepadaku.<br />
<br />
“ Yasudah sini aku peluk kamu biar kamu hangat ”, ucapku menawarkan kehangatan.<br />
<br />
Kemudian dia mulai mendekat dan dan aku mulai memeluk nya di dalam pelukanku,<br />
<br />
“ Dil, kalau kamu cuma begini saja, kamu pasti masih akan kedinginan ”, ucapku penuh dengan pikiran cabul lagi.<br />
<br />
“ Lalu aku harus bagaimana Tian biar aku nggak kedinginan ? ”, tanyanya padaku polos.<br />
<br />
“ Agar kamu tidak kedinginan kamu harus menggerakan tubuh kamu ”, ucapku.<br />
<br />
Lalu Dila-pun mulai menggerakan tubuhnya, sesekali dia melompat lompat agar dia merasa hangat. Namun hal itu percuma saja, karena selain dia telah lama terendam air laut, dan juga suasana dipantai dingin sekali karena angin diapun berkata padaku,<br />
<br />
“ Tian… Kenapa aku masih dingin ya ”, ucapnya padaku.<br />
<br />
Lalu aku memberanikan diri untuk menawarkan hal lain kepadanya,<br />
<br />
“ Masih dingin ya Dil, Eummmm… gimana yah… Eeeeee… gmana kalau kita itu aja… Eummmm… ML maksudku ”, ucapku agak ragu.<br />
<br />
“ Hah, Apa ?!!! ”, ucapnya kaget.<br />
<br />
“ Gimana Dil kamu mau nggak, aku yakin kalau kita ML pasti tubuh kamu nanti terasa hangat? ”, ucapku penuh trik dan pikiran cabul .<br />
<br />
“ Eummm… giman ya Tian… aku takut kalau begituan… tapi… ”, ucapnya bingung.<br />
<br />
“ Sudah nggak udah takut, kita coba lakukan saja… ”, kataku sambil memeluk dan menciumnya dengan lembut.<br />
<br />
Beberapa saat kamu berciuman dengan tubuh tanpa busana. Sesekali tanpa disengaja kejantananku yang sedang berdiri menyentuh-nyentuh perutnya. Setelah beberapa menit kami berciuman, aku langsung menarik mulutku dari mulutnya. Aku langsung menyuruhnya untuk mengulum kejantananku yang dari tadi Ereksi,<br />
<br />
“ Sekarang kamu coba sepongin kontol aku yah !!! ”, pintaku.<br />
<br />
Tanpa banyak bicara dia langsung menuruti semua apa yang saya katakan. Dia langsung mengulum kejantananku. Pertama dia masih ragu, tetapi setelah beberapa saat dia mengulum kejantananku akhirnya dia menikmatinya dan nafas-nyapun mulai tidak beraturan,<br />
<br />
“ Ya gitu… terus Dil… Ssss… bagus sekali… Oughhh… ”, desahku.<br />
<br />
Setelah beberapa menit dia mengulum kejantananku, serasa aku akan menyemburkan lahar panasku, namun aku tidak rela jika harus orgasme dengan sebuah kuluman. Lalu aku-pun mengeluarkan kejantanku dari dalam mulutnya dan,<br />
<br />
“ Dil, sekarang aku jilatin memek kamu yah !!! ”, ucapku.<br />
<br />
Tanpa banyak bicara Dila-pun kemudian dia langsung merebah di pasir dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Kemudian aku memulai dengan menciumi pahanya lalu berpindah ke dadanya lalu ke perutnya lalu aku manciumi bibir kewanitaan-nya. Setelah seluruh permukaan bibir kewanitaan-nya aku jilati, aku mencoba membuka kewanitaan-nya lebar lebar dan langsung menghisap clitoris-nya yang sudah mengeras,<br />
<br />
“ Oughhhh… geli sekali tian… Ssss… Aghhhh…. ”, ucapnya geli-geli nikmat.<br />
<br />
Saat itu aku memainkan clitoris-nya yang tersasa hangat dimulutku. Diapun mengeluarkan desahan-desahan kecil yang membuatku semakin ingin melumat seluruh kewanitaan-nya. Setelah beberapa saat aku melumat kewanitaan-nya itu, aku langsung menghentikan permainanku itu,<br />
<br />
“ Ihhhh… kenapa berhenti sih Tian, Lagi enak-enaknya tau… huhhh… ”, ucapnya sedikit kecewa.<br />
<br />
“ Udah jangan cemberut gitu dong, aku bakal kasih kamu yang lebih nikmat… ”, ucapku.<br />
<br />
Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung meraih kejantananku yang sudah berdiri lagi. Aku langsung mengarahkan kejantananku kearah kewanitaan-nya yang sudah terlihat basah sekali. Dan ketika aku memasukannya ternyata kali ini lebih mudah dari sebelumnya. Diiringi desahan yang sedikit keras, aku tanamkan kejantananku dalam-dalam,<br />
<br />
“ Aowww… aduh, Sakit Tian… ”, ucapnya kesakitan.<br />
<br />
Lalu dengan perlahan aku mulai manggenjot pinggulku. Secara perlahan desahan sakit yang keluar dari mulut Dila-pun berubah menjadi desahan nikmat,<br />
<br />
“ Sssss… Oughhh… enak Tian… ayo terus… Aghhhh… ”, desahnya mulai menikmati hubungan sex kami.<br />
<br />
Ditengah aku sedang menggenjot kewanitaan-nya, aku langsung menyuruhnya untuk bangkit,<br />
<br />
“ Dila… kita coba dogy style Yuk !!! ”, pintaku.<br />
<br />
“ Apa tuh Tian… ? ”, ucapnya polos.<br />
<br />
“ Sekarang kamu nungging seperti anjing kencing yah ”, ucapku mengarahkannya.<br />
<br />
“ Oh itu ya Tian, baiklah… ”, ucapnya menggiyakan permintaanku.<br />
<br />
Kemudian dia menungging dan aku langsung menyambut kewanitaan-nya dari<br />
belakang. Lalu akupun langsung menggenjot kembali pinggulku ini,<br />
<br />
“ Aghhhhh… Aghhhhh… enak, Oughhh… Eummmm… ”, desah Dila.<br />
<br />
Setelah hampir mencapai puncak, aku langsung mempercepat genjotanku yang membuat timbulnya suara benturan pinggulku dengan pantatnya,<br />
<br />
“ Sssss… Aghhh… Plakkk… Plakkk… Plakkk… Oughhhh yeah… ”,<br />
<br />
Diiringi desahan panjang dari mulut Dila,aku merasakan cairan hangat membasahi kejantananku yang masih berada dalam liang senggama Dila. Hal itu menandakan Dila telah Orgasme. Saat itu aku-pun makin mampercepat genjotanku dan tidak lama kemudian,<br />
<br />
“ Crottttttttt… Crottttttttt… Crottttttttt… ”,<br />
<br />
Pada akhirnya aku pun kembali memuntahkan lahar panasku didalam didalam liang senggama-nya Dila. Sungguh orgasme yang luar biasa kali ini. Karena orgasmemu kali ini aku lakukan dengan keadaan Dila yang sudah sadarkan diri. Kemudian kamipun langsung terkulai lemas di atas pasir pantai. Lalu kamipun barbaring sambil saling berpelukan.<br />
<br />
Saat itu kamipun tertidur lelap di tepi pantai disaksikan oleh cahaya bulan dan deburan ombak. Pagi-pagi sekali kami terbangun dan dia segera memakai pakaian renangnya kembali sedangkan aku langsung mengantarnya pulang ke villanya yang letaknya ternyata tidak jauh dari hotel tempat aku menginap.<br />
<br />
Sesampainya Di Vila Dila, sebelum kami berpisah kami sempat bertukaran no. Handphone. Setelah sampai di hotel, aku melihat rombongan sekolahku telah kembali ke hotel dan bersiap untuk pulang. Setelah kami semua selesai berkemas, kemudian kamipun pulang. Sesampainya di rumah aku langsung menelefon Dila. Saat itu ternyata dia juga sedang ada di kotaku.<br />
<br />
Saat itu kamipun segera menentukan tempat untuk ketemuan. Dan yang pasti setelah kami ketemuan, kami melakukannya hubunngan sex lagi. Setelah kejadian itu kami-pun akhirnya berpacaran hingga sekarang. Untuk menjaga agar hubungan kami tidak rusak karena hamilnya Dila, aku memintanya agar Dila meminum pil KB sebelum dan sesudah berhubunga Sex.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-57319617513255375072018-06-22T02:15:00.000-07:002018-06-22T02:15:49.801-07:00Istriku Sex Dengan Tukang Becak Karena Kontolku Cepat Loyo<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBv4OhO017aW350Kq9pZAy3AO-CopkI8sSjL1JCpVdzBI0aJZfodzltfl9EXN3t3I7vgIjJcTEbskbBESDlLLLchdTKYQDEX4NtblTxQ6wzHeB9br6OSrahE0uhhHoht_niKOyKODBI54t/s1600/3052.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Istriku Sex Dengan Tukang Becak Karena Kontolku Cepat Loyo" border="0" data-original-height="469" data-original-width="623" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBv4OhO017aW350Kq9pZAy3AO-CopkI8sSjL1JCpVdzBI0aJZfodzltfl9EXN3t3I7vgIjJcTEbskbBESDlLLLchdTKYQDEX4NtblTxQ6wzHeB9br6OSrahE0uhhHoht_niKOyKODBI54t/s640/3052.jpg" title="Istriku Sex Dengan Tukang Becak Karena Kontolku Cepat Loyo" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Istriku Sex Dengan Tukang Becak Karena Kontolku Cepat Loyo</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Istriku adalah seorang adalah seorang dosen yang mengajar di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota Surabaya. Sering kali karena jadwal perkuliahan yang padat apalagi jika menjelang ujian akhir semester istriku pulang sampai larut malam. Biasanya berkisar jam sepuluhan.<br />
<br />
Suatu malam istriku pulang dengan naik becak, kebetulan abang tukang becaknya sudah kenal baik denganku, namanya pak Kahar, karena selain bekerja sebagai abang becak pak Kahar itu juga berprofesi sebagai tukang pijat yang sudah banyak pelanggannya, dan anehnya semua pelanggannya itu kebanyakan ibu-ibu rumah tangga.<br />
<br />
Pernah suatu ketika disaat aku ngobrol dengannya, dia bercerita sering wanita yang sudah bersuami di desanya dibuatnya kelenger oleh batang kontolnya, bahkan istri temannya sering dia setubuhi saat suaminya tidur pulas. Yang membuatku kagum karena diusia sekitar 55 tahun dia masih bisa membuat banyak wanita jatuh dalam pelukannya.<br />
<br />
Dan malam ini istriku juga pulang dengan naik becaknya, kekwatiranku segera memenuhi otakku, aku menjadi curiga jangan-jangan istriku juga menjadi korbannya, maka aku intip mereka dari balik tirai jendela. Oh … benar juga… jantungku rasanya penuh oleh rasa cemburu. Kulihat ketika istriku turun dari becak dan bermaksud untuk membayar ongkosnya, sambil tersenyum tak kusangka tangan kiri Pak Kahar memegang tangan istriku dan menuntunnya kearah selangkangannya yang menyembul, sedang tangan kanan Pak Kahar langsung meremas remas payudara kanan istriku.<br />
<br />
Malam berikutnya aku masih ingin membuktikan lagi apakah perbuatan mereka akan diulangi lagi, maka aku mencari tempat persembunyian yang kurasa aman dan bisa melihat mereka lebih jelas. Aku segera bersembungi di balik kerimbunan tanaman. Dari jauh kulihat sepeda yang berjalan menuju kearah rumah… ternyata istriku dan pak Kahar. Hatikupun berdegup kencang saat kulihat istriku bergayut menempelkan payudara kanannya ke pinggang Pak Kahar dan kakiku hampir tak dapat berdiri saat kulihat kedua tangan istriku sedang mengocok dan mengelus-elus batang kontol Pak Kahar yang sebesar batang kontol kuda itu sehingga aku sempat melihat jari- jari tangan istriku tak dapat menggenggam batang kontol Pak Kahar.<br />
<br />
Mungkin karena aku dikira sudah tidur pulas, maka dengan santainya mereka masuk kedalam rumah. Akupun segera meyelinap lewat belakang dan ingin segera melihat apa yang akan mereka lakukan. Bagai disambar geledek, diruang tamu kulihat istriku sedang berjongkok di depan Pak Kahar dan tengah mengulum batang kontol Pak Kahar yang besar panjang dan berurat- urat sebesar cacing tanah sehingga mulut istriku kesulitan mengukum batang kontolnya yang amat besar itu, sedangkan tangan kanan Pak Kahar menyusup di blouse kuning istriku sedang meremas-remas payudara kiri istriku dan tangan kanan Pak Kahar membelai belai rambut pendek istriku. Di atas meja tamu kulihat BH tipis dan celana dalam merah istriku tergeletak di dekat tas kerja istriku.<br />
<br />
“Oooooohhhhh. …eeuuunaak … terus buuuu…. ?!!!!!” kudengar Pak Kahar mendesis,<br />
<br />
Akupun benar-benar telah kehilangan konsentrasi melihat istriku tengah “membayar” ongkos becak, sehingga akupun jatuh tersungkur sehingga membuat istriku dan Pak Kahar kaget.<br />
<br />
“Mungkin itu suami ibu ..?” kudengar dengan jelas bisikan Pak Kahar di telinga istriku.<br />
<br />
Merekapun berjalan perlahan menuju kearahku.<br />
<br />
“Lho Mas …. Mas Kenapa? tanya istriku.<br />
<br />
Aku tak menjawab dan merekapun tahu kakiku terkilir dan terluka, karena celanaku terlihat berlepotan tanah. Akhirnya akupun dipijat oleh Pak Kahar dan memang agak berkurang sakitnya. Akupun disuruh Pak Kahar beristirahat dan Pak Kahar akan kembali esok pagi. Pak Kahar pun berpamitan dan Kudengar istriku mendesis pelan sebelum pintu depan ditutup. Keesokkan paginya Pak Kahar datang dan memijitku lagi dan terakhir aku tak mengerti kenapa Pak Kahar menusuk- nusuk batang kontolku dengan sarung kerisnya dan Pak Kahar menyodorkan sebuah botol berisi semacam ramuan kepada istriku. Segera pula mereka masuk ke dalam kamar, katanya sih pak kahar hanya akan memijat istriku.<br />
<br />
Tak lama kemudian, istriku dan Pak Kahar keluar dari kamar, aku berpura-pura tidur sehingga aku masih dapat mendengar pembicaraan mereka.<br />
<br />
“Sudah, Bu Salmah…..!!! ” kata Pak Kahar<br />
“Aku masih takut, Pak ……!!!!” bisik istriku<br />
“Ayo dicoba saja, Bu Salmah…..!!! ,” bisik lagi Pak Kahar.<br />
<br />
Kemudian Istriku masuk kamar kembali dan aku sedikit kaget saat istriku mengelus elus batang kontolku dan aku pura-pura terbangun, sementara batang kontolku langsung bangun, kemudian istriku melepas celana dalam nya.<br />
<br />
“Eeeeehhh… Diikkk… apa… Pak Kahar sudah pulang….? tanyaku<br />
“Sudah…Baru aja…” istriku menjawab singkat dan kini mengocok batang kontolku, sambil naik keatas tempat tidur dan mengkangkangkan kedua kaki di atas tubuhku, sementara selangkangannya mendekati batang kontolku, tapi….<br />
“Cretttt…crettt… cretttt….” Aku tak bisa menahan, air maniku lansung keluar saat menempel bulu-bulu kemaluan istriku.<br />
“Aaaaahhhhhh. ….maaasssss. …..!!!! !,” bisik istriku yang terus mengocok batang kontol ku dan tak lama kemudian bisa berdiri lagi dan untuk kedua kalinya aku tak sanggup untuk menahan desakan hebat dari dalam kontolku, air maniku tersembur kembali saat baru samapi di mulut vagina istriku.<br />
<br />
“Kok selalu begini terus to mas. Sudah berapa lama kita menikah mas. Aku sudah pingin sekali, mas. Aku pingin sekali bisa menikmati bagaimana ngeseks dan mencapai puncak itu?” kata istriku sambil dengan sabar membersihkan sisa-sisa air maniku di bulu-bulu kemaluannya. Kemudian Istriku keluar kamar untuk kekamar mandi membersihkan diri.<br />
<br />
Siangnya aku menahan sakit di batang kontol dan utamanya di lubang kencingku sebelum istriku berangkat mengajar, akupun terkulai dan tertidur hingga kudengar pintu depan terbuka saat istriku pulang.<br />
<br />
“Pak Kahar saya masih takut, aahhhh…..! !” terdengar bisikan istriku<br />
“Ayo, cepat, Bu Salmah,….” suara mendesak Pak Kahar berbisik.<br />
<br />
Aku menutup wajahku dengan bantal untuk berpura pura tidur saat istriku masuk kamar dan kulihat istriku merias diri dan melepas semua yang menempel tubuh sintal istriku tak terkecuali celana dalam dan BHnya pun tak lagi di tempatnya dan dan berganti daster sehingga lekuk tubuh istriku dimana kedua payudara dan kedua puting nya menonjol di bagian dada dan pantat bahenol nya.<br />
<br />
“Mas… mas… bangun Mas!” istriku membangunkanku.<br />
“Uuuuaaccchemmm… ada apa, dik….?” tanyaku<br />
“Anu mas… Pak Kahar mau mijit aku mas…” kata istriku terbata-bata.<br />
“Emangnya kamu tadi terkilir? tanyaku.<br />
“Eenggak kok mas, kata pak Kahar dia bisa mengurangi tingginya nafsuku ..” kata istriku mengagetkanku.<br />
<br />
Tapi lidahku kelu, tak dapat berbicara. “Selama ini kan aku selalu gagal untuk orgasme, padahak aku pingin sekali mas, Pak Kahar itu bilang bisa mengurangi deru nafsuku, mas, bolehkan…?” aku hanya terpaku dan diam, istriku pun menganggapku setuju.<br />
<br />
Maka segera istriku memanggil pak Kahar yang masih duduk di ruang tamu sambil melihat televise. Pak Kahar yang mengenakan sarung membawa tas plastik itupun masuk kamarku. Kemudian istriku tidur tengkurap diatas tempat tidur dan Pak Kahar duduk dipinggir ranjang, serta mulai memijat betis istriku, telapak kaki dan kemudian kedua tangan istriku. Kelihatan pijatan Pak Kahar wajar-wajar saja, sampai akhirnya Pak Kahar memijat tengkuk istriku dan kulihat mulutnya komat kamit seperti membaca sesuatu, kemudian Pak Kahar meniup tengkuk istriku dan…..terdengar istriku mendesis seakan dia merasakan kenikmatan.<br />
<br />
“Eccch ? eeeeccchhhhh. …!!” berkali-kali istriku mendesis.<br />
“Dibalik badannya, Bu….” perintah Pak Kahar pada istriku<br />
<br />
Kemudian Pak Kahar memijat kedua tangan istriku dan kemudian kaki istriku. Pak Kahar akhirnya memijit punggung dan telapak kaki istriku dan istriku semakin mendesis-desis dan tubuhnya mulai meregang.<br />
<br />
“Ini mulai, Bu Salmah,…!!!” kata Pak Kahar semakin intensif memijit telapak kaki istriku dan istriku makin lama makin meregangkan kedua kakinya dan kedua lututnya semakin tertekuk.<br />
<br />
Begitu Pak Kahar memijat kedua pergelangan kaki istriku, istriku langsung mengkangkangkan kedua kakinya sehingga terlihat olehku selangkangan istriku yang ditumbuhi bulu-bulu lebat….<br />
<br />
“Tak salah … Bu Salah memang hipersex..!!!” kata Pak Kahar dan tangan kanannya meraih tas plastiknya dan Pak Kahar membuka bungkusan yang berisi pisang ambonsebesar batang kontol orang dewasa tapi tanpa keris dan diletakkan diantara kedua paha istriku yang terkangkang tanpa sepengetahuan istriku.<br />
<br />
Pak Kahar menyuruh istriku untuk duduk, Pak Kahar kemudian duduk bersila di belakang istriku, Pak Kahar memijat tengku istriku kembali dan meniup niup tengkuk istriku dan kulihat kedua tangan istriku lunglai dan istriku mendesis desis sedangkan pisang ambonitu bergerak sendiri dan merayap mendekati selangkangan istriku dimana istriku semakin mengkangkangkan kedua kakinya. Istriku semakin lunglai dan akhirnya tubuh istriku rebah ke dada Pak Kahar yang sudah mengkangkangkan kedua kaki di samping tubuh istriku.<br />
<br />
<h2>
Istriku Sex Dengan Tukang Becak Karena Kontolku Cepat Loyo</h2>
<br />
“Paak apa ituuuu… paaakkkk? !!!!” istriku mendesis saat pisang ambon menempel di selangkangannya dan pantat bahenolnya pun bergetar. “Paaak apaaa oooooooccccchhhhh ….paaakkkk ?!!!!!!!” istriku merintih panjang. “Biar nafsumu menjadi berkurang bu….!” kata Pak Kahar dan kulihat pisang ambon bergetar.<br />
<br />
Aku hanya bisa melotot tak percaya melihat pisang ambon mulai menguak bibir vagina istriku dan membuat istriku membuka kedua kaki nya lebih lebar lagi.<br />
<br />
“Paaaaak …ooooohhhhh.. ..kookkkk masuuuk?..paaakkkk. …!!!!!” istriku merintih dan kulihat pisang ambon itu mulai menembus masuk liang vagina istriku.<br />
“Apanya yang masuk, bu…..???? tanya Pak Kahar berpura pura.<br />
“Nggak tahu paaak..iiiii. ..oooooggggghhhh hhh…… paaakkkk. ….!!!!” istriku mendesis “Lho, masuk kemana…..? ” goda Pak Kahar<br />
“EEEcccgggghhhhh. .. ke…keeee.. . empikkuuu …paaaakkkk ?!!!!” istriku merintih dan mulai menceracau menandakan nafsu nya sudah mulai naik.<br />
“Anu, apa Bu Salmah….? Pak Kahar semakin menggoda istriku<br />
“Oocch anuu….kuuu. … paaaak,….!” istriku merintih-rintih dan kedua tangan Pak Kahar mulai turun ke kedua lengan istriku dan…..<br />
“Paaaak….jaaaa. … jaaangaannnn. ..paaaakkkkk. … aaaa.. ..aaaaaddaaa. .. ….ssuuuu.. suu….. uuuamikuuuu. .paaaakkkkkkk. ….!!!!! ” istriku mendesis panjang terputus-putus saat kedua tangan keriput Pak Kahar mulai meremas-remas kedua payudaranya.<br />
“Anu apa, Bu Salmah…..? bisik Pak Kahar di telinga kanan istriku dimana kepalanya terkulai dibahu kiri Pak Kahar.<br />
<br />
Sementara itu, ujung tumpul pisang ambon itu berputar menggetarkan pantat bahenol istriku dan<br />
<br />
“Empikkuuuuuu paaaaak adaa yang….maaaaa. .. maaaasuuk empikkuuuu? !!” istriku meracau dan “Hhhhuuuuuaaaaggggg hhhhhh… .aaaaaaaddduuuuu uhhhhh… … beee.. beeesaaa arrrrr…… aaaammmmmaaaatttttt ….paaaakkkkkk ?..!!!!” rintih istriku dan pisang ambon menembus makin dalam liang vagina nya. “Ayo….bu…. lihat aja.. ..!!!!,” kata Pak Kahar enteng sambil menyingkapkan daster istriku hingga selangkangan istriku terlihat dan Pak Kahar menundukkan kepala istriku yang lunglai ke selangkangan nya, yang mulai dijejali pisang ambon itu.<br />
<br />
“Iiiiihhhhhhh. … aaaaappaaa iiiiniii…. paaaaaakkkkkk ?!!!!!” rintih istriku, kemudian<br />
“Beeeuuuuzzzaaarrrr ..aaaaammaaaaatt tt….paaaakkkkk? .ooooo hhhh…paaakkkk. …!!!!!”<br />
<br />
Istriku merintih saat dia melihat pisang ambon itu menembus masuk ke liang vaginanya dan kulihat bibir vagina istriku menggelembung seolah-olah ditiup, karena desakan pisang ambonbesar itu di dalam liang vagina nya sehingga dia semakin mengkangkangkan kedua kaki nya lebar-lebar. Istriku mengerang-erang keras seirama dengan meluncur keluar masuknya pisang ambon tersebut menembus liang vaginanya…<br />
<br />
“Nngngngaaaaaaaccch hhh ?? beeezzaaaaaarrr hghghghghghhh ??!!!!!” sambil kepala nya lunglai bersandar di bahu kiri Pak Kahar dan kedua tangan keriput Pak Kahar menyusup ke daster bagian atas istriku dan dengan gemasnya Pak Kahar meremas-remas payudara istriku yang menggelinjang- gelinjang, sementara mulut istriku merintih-rintih, mengerang dan menggeram, dan bahkan badannya kemudian mengejang-ngejang dengan keras karena pisang ambon besar tersebut mulai menghujam makin dalam keluar masuk di liang vagina nya.<br />
<br />
Sementara itu, Pak Kahar berhasil melepas kancing daster istriku dan terkuaklah kedua payudara montok istriku, lalu kedua tangan keriput Pak Kahar mulai meremas remas lagi dengan ganas kedua payudara istriku dan jari-jari tangan Pak Kahar memelintir sambil menarik-narik kedua puting susu istriku secara bergantian seolah Pak Kahar sedang merempon kuda betina yang sudah waktunya mengeluarkan air susunya.<br />
<br />
“Paaaaaak ??oooooooohhhhh. …..paaaakkkk. ..!!!” rintih istriku saat mulut Pak Kahar mencaplok payudara kanannya.<br />
<br />
Pak Kahar membentangkan tangan kanan istriku yang lunglai agar Pak Kahar mudah mengempot payudara istriku dan kulihat istriku benar- benar menikmati perlakuan Pak Kahar, abang becak itu, sementara pantat bahenolnya bergoyang, berputar maju mundur akibat pisang ambonyang keluar masuk di liang vagina nya dan tubuhnya terus bergetar hebat, nafas istriku mendengus-dengus oleh perbuatan Pak Kahar di payudara nya dan pisang ambon yang menghujam keluar masuk semakin cepat di liang vagina istriku membuat ia mandi keringat dan…..<br />
<br />
“Paaaak… paaaaakkk… .aaaaaakuuu. …..oooccccchhh hh…paaaaaak ….aaa aa….aaaakuuu nggaaaaaak taahaaaan ? aaaa…aaakuuuu. ..keee… .keeeluaaaar ? paaaaakkkkk. …..!!!! ” istriku mengerang keras dan pantat bahenol istriku tersentak sentak dengan kuat ketika dia mengalami orgasme yang dasyaattt malam itu.<br />
<br />
Rupanya pisang ambon di liang vagina nya tak berhenti juga keluar masuk di liang vagina nya dan bahkan semakin cepat membuat nafas istriku semakin mendengus-dengus seperti kuda betina yang digenjot tuannya untuk berlari kencang, dimana pantat bahenol nya tersentak-sentak dan terangkat angkat tak karuan dan Pak Kahar langsung mencaplok dan mengempot dan menyedot nyedot payudara kiri istriku sementara jari-jari tangan kanan Pak Kahar tak henti-hentinya memelintir sambil menarik-narik puting susu kanan istriku dan istrikupun mengangkat pinggulnya ke atas dannnn<br />
<br />
“Paaaaak… ooohhhhh ……… .aaaa…aaakuuuu u keluar lagiiiiiiiiii ??.paaakkkkk.. .. !!!!!” istriku mengerang mencapai orgasme keduanya. Pak Kahar rupanya sudah tak sabar lagi dan dia menidurkan istriku yang sudah mengkangkangkan kedua kaki dan mulutnya komat kamit.<br />
<br />
Selanjutnya, pisang ambon itu pun muncul dan keluar dari liang vagina istriku dan seolah mengerti perintah, pisang ambonitu masuk ke tempatnya semula dan Pak Kahar menutupkan sarungnya di kedua kaki istriku yang sudah kegatalan ingin disetubuhi Pak Kahar, si abang becak dan<br />
<br />
“Hgggggggggghhhhhh ??..aaaaaaagggghhhhhh hh……! !!!!!” kudengar suara istriku menggeram saat kulihat pantat Pak Kahar mulai turun naik diantara kedua kaki istriku yang terkangkang lebar seolah punggung istriku digebuk keras.<br />
<br />
“Ppppaaaak ?. amppffuuuuunnnn ?.beeezzzzzaaaaaarrr seeekaliiiiiii kontooolmuuu paaaaak ? hhhgggggggggghhhhhh…?..rooobeeeeek naaatniiii empikkuuuu paaaaaak hhhgggggggggghhhhhh ?.!!!!!”<br />
<br />
Kulihat kedua jari-jari tangan istriku yang lunglai itu mencengkeram lengan Pak Kahar yang menopang tubuhnya saat menggenjot batang kontol nya ke liang vagina istriku dan entah karena kebesaran kedua kaki istriku terkangkang lebar, sehingga sarung Pak Kahar pun tersingkap dan betapa kagetnya aku saat kulihat batang kontol Pak Kahar sebesar kuda itu sudah separuh menjejali liang vagina istriku, dimana bibir vagina istriku seolah- olah ditiup menggelembung besar karena desakan batang kontol sebesar kuda Pak Kahar itu.<br />
<br />
Pak Kahar berhenti menghujamkan batang kontolnya saat istriku melenguh keras dan pingsan. Aku mengira Pak Kahar akan melepas batang kontolnya yang sebesar kuda dari liang vagina istriku yang pingsan, tapi mulut Pak Kahar komat kamit dan begitu wajah istriku ditiup oleh Pak Kahar, istriku pun tersadar kembali dan Pak Kahar menjejalkan kembali batang kontolnya ke liang vagina istriku sehingga kudengar gemeletuk gigi istriku merasakan liang vagina seolah robek.<br />
<br />
Pak Kahar kini mempermainkan kelentit istriku dan istriku mulai mengerang kembali mendapatkan kenikmatan hasrat seksualnya, sehingga bunyi “cek cek” lendir vagina istriku terdengar kembali menandakan nafsu istriku mulai naik dan suara lendir vagina istriku semakin keras dan seperti tak percaya kulihat batang kontol sebesar kuda Pak Kahar mulai masuk ke dalam liang vagina istriku perlahan namun pasti.<br />
<br />
“Kontolmu besaaar sekali? kontolmu besaaar paaak eeeccch aku nggak pernaaaah merasakan uuummpppfff paaaakk akuuuu oooocccch paaaaaaakk engngngngngngngng ??. ”istriku mengejang keras saat mencapai orgasme ketiganya malam itu dan hal itu memudahkan batang kontol sebesar kuda Pak Kahar semakin masuk ke liang vagina istriku yang berlendir karena orgasmenya sehingga tak kusangka batang kontol sebesar kuda Pak Kahar amblas keseluruhan ke liang vagina istriku dan Pak Kahar menindih tubuh istriku.<br />
<br />
Kulihat kedua tangan Pak Kahar meremas remas kedua payudara istriku kembali, mulutnya mengulum bibir merah istriku dan istriku meladeni kuluman Pak Kahar dan kulihat lidah Pak Kahar menyusup ke rongga mulut istriku dan menjilati dalam rongga istriku yang kian terangsang kembali dimana jari-jari tangan istriku meremas remas punggung Pak Kahar dan Pak Kahar mulai menggoyangkan pantatnya dan istriku mencengkeram punggung Pak Kahar disertai nafas istriku mendengus-dengus dan tak lama kemudian pantat bahenol tersentak sentak mencapai orgasmenya ke empat.<br />
<br />
Malam itu, Pak Kahar menyetubuhi istriku tanpa henti dan aku hanya dapat menghitung pantat bahenol istriku tersentak sentak lebih dari enam kali dan akhirnya Pak Kahar menggenjot pantatnya naik turun semakin lama semakin cepat dan menghujam kan batang kontolnya disertai erangan panjang berulang ulang dari mulut istriku saat Pak Kahar menumpahkan airmaninya di rahim istriku.<br />
<br />
Keesokkan paginya Pak Kahar baru pulang meninggalkan istriku yang hampir pingsan dan seharian istriku tak dapat turun dari tempat tidur karena liang vagina dan bibir vagina istriku membengkak. Duh… sungguh menderitanya istriku, semua itu gara-gara aku yang tak dapat menjalankan kewajibanku sebagai seorang laki-laki. Semoga kamu kuat sayangku… begitu kataku dalam hati.vCewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-42421880170462793462018-06-18T23:52:00.000-07:002018-06-18T23:52:30.513-07:00Melepas Rindu Dengan Si Dia<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkCpAoBEj8-6gsRcCqcaZAySuVoEmpjR5RCZTHkHo1l-pHMlBxP3gaOPDLA_wiVrzBA0ZgfBFdxD156GbSJs1PrlPFJW6pPZfJlFC8gg5OglnwxTtB5R1drGDCSu96gSBN-YPTuDZMnkG1/s1600/3040.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Melepas Rindu Dengan Si Dia" border="0" data-original-height="452" data-original-width="453" height="638" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkCpAoBEj8-6gsRcCqcaZAySuVoEmpjR5RCZTHkHo1l-pHMlBxP3gaOPDLA_wiVrzBA0ZgfBFdxD156GbSJs1PrlPFJW6pPZfJlFC8gg5OglnwxTtB5R1drGDCSu96gSBN-YPTuDZMnkG1/s640/3040.jpg" title="Melepas Rindu Dengan Si Dia" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Melepas Rindu Dengan Si Dia</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Dewa Poker Indonesia</a> - Pekerjaanku sebagai salah satu montir di sebuah bengkel yang memang sudah terkenal dan banyak memiliki member. Dengan tubuh atletis dan juga wajah yang lumayan manis, menurut sebagian orang bahkan aku dijuluki si cakep. Dan aku tahu mungkin hal itu memang benar karena selama masih sekolah dulu banyak cewek yang menembakku dan menjadikan aku pacarnya.<br />
<br />
Namun karena aku sadar diri karena akupun dari keluarga yang kurang mampu maka aku mencoba menghidari mereka. Aku tidak mau hanya memanfaatkan mereka untuk menjadi pacarku dan aku jadikan mereka pemuas nafsu semata, karena terus terang hingga saat ini aku belum menemukan wanita yang bisa membuat hatiku tersentuh dari dalam dan aku tidak ingin jika hanya ingin melakukan adegan seperti dalam cerita seks saja.<br />
<br />
Kini aku dekat dengan seorang wanita yang jauh lebih tua dariku. Awalnya aku memanggilnya mbak Santi karena dia memang sudah berumur 30 tahun sedangkan aku masih 23 tahun, dan dia memanggilku dengan sebutan Arman saja karena dia termasuk salah satu langganan kami. Aku menjadi dekat dengannya karena dia sering traktir kami makan atau hanya sekedar membawa makanan ringan pada bengkel.<br />
<br />
Sebenarnya teman-temanku bilang kalau Santi suka sama aku tapi aku membantah ucapan mereka, apalagi aku tidak mau terlalu jauh membayangkan aku dengan Santi. Karena aku lihat dia seorang wanita yang sukses dalam karirnya, terlihat dengan penampilannya yang sering gonta ganti mobil dan juga dia sangat cantik dan anggun menurutku apalagi senyumnya begitu menggoda.<br />
<br />
Jadi aku harus tahu diri untuk tidak berharap banyak padanya, apalagi aku hanya seorang montir yang berpenghasilan tidak seberapa di bnadingkan dengan dia. Dan juga aku memang selalu kagok tiap kali ada wanita mencoba mendekatiku, mungkin karena itu sampai sekarang akupun belum pernah melakukan adegan layaknya dalam cerita seks yang pernah aku baca sebelumnya.<br />
<br />
Namun sebagai laki-laki tulen sebenarnya jauh dari dalam hatiku akupun ingin melakukan hal itu. Tapi rasa malu jauh lebih besar dari keinginan itu, pernah sekali aku di bawa teman ke salah satu relokasi tempat plus-plus yang ada di kota ini. Tapi tetap saja aku tidak bisa melakukan sebagaimana dalam cerita seks itu karena saat datang wanita penghiburnya akupun keluar dari tempat itu.<br />
<br />
Sampai sekarangpun aku belum pernah menjamah siapapun bahkan hal itu menjadi rahasia umum teman-temanku. Dan tidak jarang pula mereka menjadikan hal itu sebagai bahan ledekan padaku, bahkan pernah sekali mereka keceplosan di saat ada Santi di bengkel rasa malu langsung menyergap padaku dan akupun meninggalkan mereka. Karena aku rasa begitu malu pada Santi.<br />
<br />
Namun aku yakin karena hal itu jugalah yang membuat Santi menjadi lebih ingin dekat padaku. Buktinya Santi mengajakku untuk jalan bareng dan aku memenuhi keinginannya apalagi untuk seorang wanita seperti Santi yang begitu cantik. Sejak saat itu kami sering jalan bareng bahkan tanpa sepengetahuan teman bengkelku karena kamipun janjian di tempat yang jauh dari sana.<br />
<br />
Bukan hanya itu saja Santi menjadi lebih perhtian padaku, dia sering membelikan aku sesuatu yang tidak aku minta. Hingga pada suatu hari dia mengajaku makan di sebuah cafe dan di sana juga dia menyatakan cinta padaku, aku yang sedikit terperanjat mencoba untuk menjelaskan status kami yang beda jauh, namun dengan mantap dia bilang kalau memang mencari pria seperti aku.<br />
<br />
Sejak saat itulah kamipun resmi pacaran dan semakin sering Santi main ke bengkel tempatku bekerja. Bahkan dia tidak malu untuk bilang sayang padaku, kamipun sering jalan bareng bahkan aku kenalkan Santi pada ibuku yang memang dengan ibu aku tinggal karena dia sudah cerai dengan ayahku yang kini tinggal di lain kota bersama istri barunya, dan tinggallah aku bersa dengan ibuku.<br />
<br />
Karena Santi begitu baik karena itu ibukupun menjadi akrab denganya, apalagi baru kali ini aku mengenalkan wanita yang sudah aku anggap sebagai kekasihku. Terlihat ibuku begitu menyukai Santi. Namun akhirnya kebahagian kami tidak berlangsung lama karena sewaktu aku main ke rumah Santi dengan lantang orang tuanya menolak kehadiranku dan menganggapku hanya memanfaatkan Santi.<br />
<br />
Singkatnya akupun menghindari Santi dengan segala maca cara, hingga akupun berhenti bekerja di bengkel hanya untuk menjauh darinya. Aku dengar kalau Santi juga sakit karena hal itu tapi aku masih ingat kata-kata yang di lontarkan oleh papanya, karena itu akupun membawa ibuku buat pindah ke tempat kontrakan yang baru meskipun aku harus menguras tabunganku.<br />
<br />
Hingga pada suatu hari ketika aku berangkat kerja menjadi salah satu buruh pabrik. Secara tidak sengaja aku bertemu dengan Santi, dengan berteriak cukup keras dia menghampiri aku lalu memeluk erat tubuhku. Akupun terlena dengan pertemuan ini bahkan ketika Santi mengajakku untuk masuk dalam mobilnya akupun mengikuti hingga akhirnya dia membawaku ke sebuah home stay yang tidak jauh dari tempat tadi.<br />
<br />
Tanpa membuang waktu lagi kamipun saling pagut melepas rindu yang hampir dua bulan berpisah. Santi dengan lembut dan buasnya melumat bibirku sambil melepas pakaian yang menempel padaku, begitu konttolku terlihat diapun langsung mengulum kontolku itu, aku yang baru pertama kali melakukan adegan layaknya dalam cerita seks ini hanya bisa menikmatinya.<br />
<br />
<h2>
Melepas Rindu Dengan Si Dia</h2>
<br />
Aku melihat apa yang di lakukan oleh Santi pada kontolku “OOoouuugghhh… ooouuuggghh… aaaaaggggghhh… aaaaggghh.. sa.. yang… aaaaaggggghhhh… aaaaggghhh.. ” Aku tidak kuat menahan hisapan mulut Santi pada kontolku, lalu akupun menarik tubuhnya untuk aku rabahkan pada tempat tidur di dalam kamar tersebut. Santi rupanya mengerti karena saat itu juga dia menarik tangaku.<br />
<br />
Membawaanya ke tempat tidur lalu diapun terlentang sambil menggapaikan tangannya “Ayo.. sa.. yang.. lakukan.. se.. karang…. yaaaaccchhh…. ” Dengan perlahan akupun menindih tubuhnya lalu aku acungkan kontolku pada lubnag memeknya dan dengan tanganya Santi ikut membantu menyelinapkan kontolku pada memeknya yang terasa hangat begitu aku masukkan kontolku.<br />
<br />
Aku masih terdiam menikmati terbenamnya kontolku, tiba-tiba aku sadar untuk bergerak ketika Santi dengan perlahan menggoyangkan pantatnya dari bawah tubuhku. Aku menatap matanya diapun tersenyum lalu mendekap tubuhku “OOOuuuuuggghhh… aaaagagggghh…. aaagggghhh… aaaaaggghh… sa.. yang… aaaaggghh… ” Desahnya membuatku semakin bergairah saja.<br />
<br />
Kini akupun sanggup bergerak layaknya pemain dalam cerita seks. Bahkan akupun mengerang merasakan kenikmatan yang tiada terkira “OOouuggghh… aaaggghh.. San.. ti…. aaaagggggghhh… sa… yang… aaaaggghhhh… aaaagggghhh.. ” Saat itulah aku mengeluarkan spermaku karena kontolku serasa bergerak-gerak dan lemas pada akhirnya setelah akupun meneguk rasa nikmatnya.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-70664105441458155962018-06-11T00:34:00.000-07:002018-06-11T00:34:19.980-07:00Pelampiasan Seks Dengan Anak Kandungku Sendiri<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLmCt6VL0prXz9rw1NyY0Qu-FUXOZar0MBcdFCQAM6vRMkllHm61_5Xm_KJkJfSOeIN_pcCt6Un6bTA5Fsmw4MCLrxYmv_xDUAMvlu3hc3ctndtj7QRZN2TeBKOdQcE-ZLzufV4zn_ENbE/s1600/2937.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pelampiasan Seks Dengan Anak Kandungku Sendiri" border="0" data-original-height="720" data-original-width="540" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLmCt6VL0prXz9rw1NyY0Qu-FUXOZar0MBcdFCQAM6vRMkllHm61_5Xm_KJkJfSOeIN_pcCt6Un6bTA5Fsmw4MCLrxYmv_xDUAMvlu3hc3ctndtj7QRZN2TeBKOdQcE-ZLzufV4zn_ENbE/s640/2937.jpg" title="Pelampiasan Seks Dengan Anak Kandungku Sendiri" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pelampiasan Seks Dengan Anak Kandungku Sendiri</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://ceritasexmaniakqq.blogspot.com/">Cerita Sex Janda Gatal</a> - Setelah memiliki seorang anak, aku mendapatkan vonis dokter jika rahimku bermasalah dan tidak dianjurkan jika menambah momongan lagi. Mendengar hal itu tentu saja membuat diriku sedih dan tidak karuan.<br />
<br />
Dengan kondisiku yang seperti itu, suamiku pun meminta izin untuk menikah lagi dengan wanita lain karena dirinya ingin memiliki anak lagi. Hal tersebut ia lakukan saat anakku berusia 1 tahun. Walaupun berat, akhirnya aku izinkan suamiku untuk menikah lagi mengingat keterbatasan yang kumiliki saat ini sebagai seorang wanita.<br />
<br />
Sejak pernikahannya, dia jarang pulang ke rumah. Paling sekali dalam seminggu. Kini setelah usia anakku 15 tahun, suamiku justru tak pernah pulang ke rumah lagi. Dia telah memiliki 4 orang anak, tepatnya dua pasang dari istri mudanya dan dua anak lagi dari istrinya yang ketiga.<br />
<br />
Aku harus puas, memiliki tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta sebuah mobil dan sebuah taksi selain sedikit deposito yang terus kutabung untuk biaya kuliah anakku Wendi nanti.<br />
<br />
Wendi sendiri sudah tak perduli pada ayahnya. Malah, kalau ayahnya pulang, kelihatan Wendi tak bersahabat dengannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Semoga saja Wendi tidak berdosa pada ayahnya.<br />
<br />
Setiap malam Aku selalu mengeloni Wendi agar tubuhku tak kedinginan ditiup oleh suasana dingin AC di kamar tidurku. Wendi juga kalau kedinginan, justru merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Wendi memang anak yang manja dan aku menyayanginya.<br />
<br />
Sudah menjadi kebiasaanku, kalau aku tidur hanya memakai daster mini tanpa sehelai kain pun di balik daster miniku. Aku menikmati tidurku dengan udara dinginnya AC dan timpa selimut tebal yang lebar. Nikmat sekali rasanya tidur memeluk anak semata wayangku, Wendi. Kusalurkan belai kasih sayangku padanya. Hanya padanya yang aku sayangi.<br />
<br />
Sudah beberapa kali aku merasakan buah dadaku diisap-isap oleh Wendi. Aku mengelus-elus kepala Wendi dengan kelembutan dan kasih sayang. Tapi kali ini, tidak seperti biasanya. Hisapan pada pentil payudaraku, terasa demikian indahnya. Terlebih sebelah tangan Wendi mengelus-elus bulu vaginaku. Oh… nikmat sekali. Aku membiarkannya. Toh dia anakku juga. Biarlah, agar tidurnya membuahkan mimpi yang indah.<br />
<br />
Saat aku mencabut pentil payudaraku dari mulut Wendi, dia mendesah.<br />
<br />
“Mamaaaaa…”<br />
<br />
Kuganti memasukkan pentil payudaraku yang lain ke dalam mulutnya. Selalu begitu, sampai akhirnya mulutnya terlepas dari payudaraku dan aku menyelimutinya dan kami tertidur pulas. Malam ini, aku justru sangat bernafsu. Aku ingin disetubuhi.<br />
<br />
Ah… Mampukah Wendi menyetubuhiku. Usianya baru 15 tahun. Masih SMP. Mampukah. Pertanyaan itu selalu bergulat dalam bathinku.<br />
<br />
Keesokan paginya, saat Wendi pergi ke sekolah, aku membongkar lemari yang sudah lama tak kurapikan. Di lemari pakaian Wendi di kamarnya (walau dia tak pernah meniduri kamarnya itu) aku melihat beberapa keping CD. Saat aku putar, ternyata semua nya film-film porno dengan berbagai posisi. Dadaku gemuruh.<br />
<br />
Apaah anakku sudah mengerti seks? Apakah dia sudah mencobanya dengan perempuan lain? Atau dengan pelacur kah? Haruskah aku menanyakan ini pada anakku? Apakah jiwanya tidak terganggu, kalau aku mempertanyakannya? Dalam aku berpikir, kusimpulkan, sebaiknya kubiarkan dulu dan aku akan menyelidikinya dengan sebaik mungkin dengan setertutup mungkin.<br />
<br />
Seusai Wendi mengerjakan PR-nya (Disekolah Wendi memang anak pintar), dia menaiki tempat tidur dan memasuki selimutku. Dia cium pipi kiri dan pipi kananku sembari membisikkan ucapan selamat malam dan selalu kubalas dengan ucapan yang sama.<br />
<br />
Tapi kalau aku sudah tertidur, biasanya aku tak menjawabnya. Dadaku gemuruh, apaah malam ini aku mempertanyakan CD porno itu. Akhirnya aku membiarkan saja. Dan Aku kembali merasakan buah dadaku dikeluarkan dari balik dasterku yang mini dan tipis. Wendi mengisapnya perlahan-lahan. Ah… kembali aku bernafsu.<br />
<br />
Terlebih kembali sebelah tangannya mengelus-elus bulu vaginaku. Sebuah jari-jarinya mulai mengelus klentitku. AKu merasakan kenikmatan. Kali ini, aku yakin Wendi tidak tidur. Aku merasakan dari nafasnya yang memburu.<br />
<br />
Aku diam saja. Sampai jarinya memasuki lubang vaginaku dan mempermainkan jarinya di sana dan tangan yang satu terus memainkan payudaraku. Ingin rasanya aku mendesah, tapi…<br />
<br />
Aku tahu, Wendi menurunkan celananya, sampai bagian bawah tubuhnya sudah bertelanjang. Dengan sebelah kakinya, dia mengangkangkan kedua kakiku. Dan Wendi menaiki tubuhku dengan perlahan. Aku merasakan penisnya mengeras. Berkali-kali dia menusukkan penis itu ke dalam vaginaku. Wendi ternyata tidak mengetahui, dimana lubang vagina.<br />
<br />
Berkali-kali gagal. Aku kasihan padanya, karena hampir saja dia putus asa. Tanpa sadar, aku mengangkangkan kedua kakiu lebih lebar. Saat penisnya menusuk bagian atas vaginaku, aku mengangkat pantatku dan perlahan penis itu memasuki ruang vaginaku. Wendi menekannya. Vaginaku yang sudah basah, langsung menelan penisnya.<br />
<br />
Nampaknya Wendi belum mampu mengatasi keseimbangan dirinya. Dia langsung menggenjotku dan mengisapi payudaraku. Lalu<br />
<br />
*crooot…croot…croooootttt..*<br />
<br />
Spermanya menyemprot di dalam vaginaku. Tubuhnya mengejang dan melemas beberapa saat kemudian. Perlahan Wendi menuruni tubuhku. Aku belum sampai… tapi aku tak mungkin berbuat apa-apa.<br />
<br />
Besok malamnya, hal itu terjadi lagi. Terjadi lagi dan terjadi lagi. Setidaknya tiga kali dalam semingu. Wendi pun menjadi laki-laki yang dewasa. Tak sedikit pun kami menyinggung kejadian malam-malam itu. Kami hanya berbicara tentang hal-hal lain saja. Sampai suatu sore, aku benar-benar bernafsu sekali.<br />
<br />
Ingin sekali disetubuhi. Saat berpapasan dengan Wendi aku mengelus penisnya dari luar celananya. Wendi membalas meremas pantatku. Aku secepatnyake kamar dan membuka semua pakaianku, lalu merebahkan diri di atas tempat di tutupi selimut. Aku berharap, Wendi memasuki kamar tidurku. Belum sempat usai aku berharap, Wendi sudeah memasuki kamar tidurku.<br />
<br />
Di naik ke kamar tidurku dan menyingkap selimutku. Melihat aku tertidur dengan telanjang bulat, Wendi langsung melepas semuapakaiannya. Sampai bugil. Bibirku dan payudaraku sasaran utamanya. AKu mengelus-elus kepalanya dan tubuhnya. Sampai akhirnya aku menyeret tubuhnya menaiki tubuhku. KUkangkangkan kedua kakiku dan menuntun penisnya menembus vaginaku.<br />
<br />
Nafsuku yang sudah memuncak, membuat kedua kakiku melingkar pada pinggangnya. Mulutnya masih rakus mengisapi dan menggigit kecil pentil payudaraku. Sampai akhirnya, kami sama-sama menikmatinya dan melepas kenikmatan kami bersama. Seusai itu, kami sama-sama minum susu panas dan bercerita tentang hal-hal lain, seakan apa yang baru kami lakukan, buka sebuah peristiwa.<br />
<br />
Malamnya, seisai Wendi mengerjakan PR-nya dia mendatangiku yang lagi baca majalah wanita di sofa. Tatapan matanya, kumengerti apa maunya. Walau sore tadi kami baru saja melakukannya. Kutuntun dia duduk di lantai menghadapku. Setelah dia duduk,aku membuka dasterku dan mengarahkan wajahnya ke vaginaku. AKu berharap Wendi tau apa yang harus dia lakukan, setelah belajar dari CD pornonya.<br />
<br />
Benar saja, lidah Wendi sudah bermain di vaginaku. Aku terus membaca majalah, seperti tak terjadi apa-apa. AKu merasa nikmatr sekali. Lidahnya terus menyedot-nyedot klentitku dan kedua tangannya mengelus-elus pinggangku. Sampa akhirnya aku menjepit kepalanya, karean aku akan orgasme.<br />
<br />
Wendi menghentikan jilatannya Dan aku melepaskan nikmatku. Kemudia kedua kakiku kembali merenggang. AKu merasakan Wendi menjilati basahnya vaginaku. Setelah puas, Wendi bangkir. Aku turun ke lantai. Kini Wendi yang membuka celananya dan menarik kepalaku agar mulutku merapat ke penisnya. Penis yang keras itu kujilati dengandiam. Wendi menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. Kepalaku ditangkapnya dan dileus-elusnya.<br />
<br />
Aku terus menjilatinya dan terus melahap penisnya, sampai spermanya memenuhi mulutku. Sampai akhirnyanormal kembali dan kami duduk bersisian menyaksikan film lepas di TV. Seusai nonton film, aku mengajaknya untuk tidur, karean besok dia harus sekolah, dan aku harus memeriksa pembukuan toko.<br />
<br />
“yuk tidur sayang,” kataku.Wendi bangkit dan menggamit tanganku, lalu kami tertidur pulas sampai pagi.<br />
<br />
Siang itu, aku mendengar Wendi pulang sekolah dan dia minta makan. Kami sama-sama makan siang di meja makan. Usai makan siang, kami sama-sama mengangkat piring kotor dan sama-sama mencucinya di dapur. Wendi menceritakan guru baruya yang sangat disiplin dan terasa agak kejam. Aku mendengarkan semua keluhan dan cerita anakku.<br />
<br />
Itu kebiasaanku, sampai akhirnya aku harus mengetahui siapa Wendi. Aku juga mulai menanyakan siapa pacarnya dan pernah pergi ke tempat pelacuran atau tidak. Sebenarnya aku tahu Wendi tidak pernah pacaran dan tidak pernah kepelacuran dari diary-nya. Kami sama-sama menyusun piring dan melap piring sampai ke ring ke rak-nya, sembari kami terusbercerita.<br />
<br />
“Ma…besok Wendi diajak teman mendaki gunung…boleh engak, Ma?” tanya Wendi meminta izinku sembari tangannya memasuku bagian atas dasterku dan mengelus payudaraku.<br />
<br />
“Nanti kalau sudah SMA saja ya sayang…” kataku sembari mengelus penis Wendi.<br />
<br />
“Berarti tahun depan dong, Ma,” katanya sembari mengjilati leherku.<br />
<br />
“Oh… iya sayang… Tahun depan” kataku pula sembari membelai penisnya dan melepas kancing celana biru sekolahnya dan melepas semua pakaiannya sampai Wendi telanjang bulat.<br />
<br />
“Kalau mama bilang gak boleh ya udah. Wendi gak ikut,” katanya sembari melepaskan pula kancing dasterku sampai aku telanjang bulat.<br />
<br />
Ya.. kami terus bercerita tentang sekolah Wendi dan kami sudah bertelanjang bulat bersama<br />
<br />
“Sesekali kita wisata ke puncak yuk ma…” kata Wendi sembari menjilati leherku dan mengelus payudaraku. Aku duduk di kursi kamar dan Wendi berdiri di belakangku. Uh… anakku sudah benar-benar dewasa. Dia ingin sekali bermesraan dan sangat romantis.<br />
<br />
“Kapan Wendi maunya ke puncak?” kataku sembari menkmati jilatannya. Aku pun mulai menuntunnya agar berada di hadapanku.<br />
<br />
Wendi kubimbing untuk naik ke atas tubuhku. Kedua kakinya mengangkangi tubuhku dan bertumpu pada kursi. Panttanya sudah berada di atas kedua pahaku dan aku memeluknya. Kuarahkan murnya untuk mengisap pentil payudaraku.<br />
<br />
“Bagaimana kalau malam ini saja kita ke puncak sayang. Besok libur dan lusa sudah minggu. Kita di puncak dua malam,” kataku sembari mengelus-elus rambutnya.<br />
<br />
“Setuju ma. Kita bawa dua buah selimut ma,” katanya mengganti isapan nya dari payudaraku yang satu ke payudaraku yang lain.<br />
<br />
<h2>
Pelampiasan Seks Dengan Anak Kandungku Sendiri</h2>
<br />
“Kenapa harus dua sayang. Satu saja..” kataku yang merasakan tusukan penisnya yang mengeras di pangkal perutku.<br />
<br />
“Selimutnya kita satukan biar semakin tebal, biar hangat ma. Dua selimut kita lapis dua,” katanya. Dia mendongakkan wajahnya dan memejamkan matanya, meminta agar lidahku memasuki mulutnya. Aku membernya. Sluuupp… lidahku langsung diisapnya dengan lembut dan sebelah tangannya mengelus payudaraku.<br />
<br />
Tiba-tiba Wendi berdiri dan amengarahkan penisnya ke mulutku. Aku menyambutnya. Saat penis itu berada dalam mulutku dan aku mulai menjilatinya dalam mata terpejam Wendi mengatakan.<br />
<br />
”Rasanya kita langsung saja pergi ya ma. Sampai dipuncak belum sore. Kita boleh jalan-jalan ke gunung yang dekat villa itu,” katanya.<br />
<br />
Aku mengerti maksudenya, agar aku cepat menyelesaikan keinginannya dan kami segera berangkat. Cepat aku menjilati penisnya dan Wendi Meremas-remas rambutku dengan lembut. Sampai akhirnya, Wendi menekan kuat-kuat penisnya ke dalam mulutku dan meremas rambutku juga.<br />
<br />
Pada tekak mulutku, aku merasakan hangatnya semprotan sperma Wendi beberapa kali. Kemudian dia duduk kembali ke pangkuanku. Di ciumnya pipiku kiri-kanan dan mengecup keningku. Uh… dewasanya Wendi. Au membalas mengecup keningnya dengan lembut.<br />
<br />
Wendi turun dari kursi, lalu memakaikan dasterku dan dia pergi ke kamar mandi. Aku kekamar menyiapkan sesuatu yang harus kami bawa. Aku tak lupamembawa dua buah selimut dan pakaian yang mampu mebnghangatkan tubuhku. Semua siap. Mobil meluncur ke puncak, mengikuti liuknya jalan aspal yang hitam menembus kabut yang dingin.<br />
<br />
Kami tiba pukul 15.00. Setelah check in, kami langsung makan di restoran di tepi sawah dan memesan ikan mas goreng serta lapannya. Kami makan dengan lahap sekali. Dari sana kami menjalani jalan setapak menaik ke lereng bukit. Dari sana, aku melihat sebuah mobil biru tua, Toyota Land Cruiser melintas jalan menuju villa yang tak jauh dari villa kami.<br />
<br />
Mobil suamiku, ayahnya Wendi. Pasti dia dengan istri mudanya atau dengan pelacur muda, bisik hatiku. Cepat kutarik Wendi agar dia tak melihat ayahnya. Aku terlambat, Wendi terlebih daulu melihat mobil yang dia kenal itu. Wendi meludah dan menyumpahi ayahnya.<br />
<br />
”Biadab !!!” Begitu bencinya dia pada ayahnya. Aku hanya memeluknya dan mengelus-elus kepalanya. Kami meneruskan perjalanan. Aku tak mau suasana istirahat ini membuatnya jadi tak indah.<br />
<br />
Sebuah bangku terbuat dari bata yang disemen. Kami duduk berdampingan diatasnya menatap jauh ke bawah sana, ke hamparan sawah yang baru ditanami. Indah sekali.<br />
Wendi merebahkan kepalanya ke dadaku. AKu tahu galau hatinya. Kuelus kepalanya dan kubelai belai.<br />
<br />
“Tak boleh menyalahkan siapapun dalam hidup ini. Kita harus menikmati hidup kita dengan tenang dan damai serta tulus,” kata ku mengecup bibirnya.<br />
<br />
Angin mulai berhembus sepoi-sepoi dan kabut sesekali menampar-nampar wajah kami. Wendi mulai meremas payudaraku , walau masih ditutupi oleh pakaianku dan bra.<br />
<br />
“Iya. Kita harus hidup bahagia. Bahagia hanya untuk milik kita saja,” katanya lalu mencium leherku.<br />
<br />
“Kamu lihat petani itu? Mereka sangat bahagia meniti hidupnya,” kataku sembari mengelus-elus penisnya dari balik celananya. Wendi berdiri, lalu menuntunku beridiri. Aku mengikutinya. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut.<br />
<br />
“Lumpur-lumpur itu pasti lembut sekali, Ma,” katanya terus mengelus pantatku. Pasti Wendi terobsesi dengan anal seks, pikirku. Aku harus memberinya agar dia senang dan bahagia serta tak lari kemana-mana apalagi ke pelacur. Dia tak boleh mendapatkannya dari perempuan jalang.<br />
<br />
Kami mulai menuruni bukit setelah mobil Toyota biru itu hilang, mungkin ke dalam garasi villa. Wendi tetap memeluk pinggangku dan kami memesan dua botol teh. Kami meminumnya di tepi warung.<br />
<br />
“Wah… anaknya ganteng sekali bu. Manja lagi,” kata pemilik warung. Aku tersenyum dan Wendipun tak melepaskan pelukannya. Sifatnya memang manja sekali.<br />
<br />
“Senang ya bu, punya anak ganteng,” kata pemilik warung itu lagi. Kembali aku tersenyum dan orang-orang yang berada di warung itu kelihatan iri melihat kemesraanku dengan anakku. Mereka pasti tidak tau apa yang sedang kami rasakan. Keindahan yang bagaimana. Mereka tak tahu.<br />
<br />
Setelah membayar, kami menuruni bukit dan kembali ke villa. Angin semakin kencang sore menjelang mahgrib itu. Kami memesan dua gelas kopi susu panas dan membawanya ke dalam kamar. Setelah mengunci kamar, aku melapaskan semua pakaianku. Bukankah tadi Wendi mengelus-elus pantatku? bukankah dia ingin anal seks? Setelah aku bertelanjang bulat, aku mendekati Wendi dan melepaskan semua pakaiannya.<br />
<br />
Kulumasi penisnya pakai lotion. Aku melumasi pula duburku dengan lotion. Di lantai aku menunggingkan tubuhku. Wendi mendatangiku. Kutuntun penisnya yang begitu cepat mengeras menusuk lubang duburku.<br />
<br />
Aku pernah merasakan ini sekali dalam hidupku ketika aku baru menikah. Sakit sekali rasanya. Dari temanku aku mengetahui, kalau mau main dri dubur, harus memakai pelumas, katanya. Kini aku ingin praktekkan pada Wendi<br />
<br />
Wendi mengarahkan ujung penisnya ke duburku. Kedua lututnya, tempatnya bertumpu. Perlahan…perlahan dan perlahan. Aku merasakan tusukan itu dengan perlahan. Ah.. Wendi, kau begitu mampu memberikan apa yang aku inginkan, bisik hatiku sendiri. Setiap kali aku merasa kesat, aku denga tanganku menambahi lumasan lotion ke batangnya. Aku merasakan penis itu keluar-masukdalam duburku.<br />
<br />
Kuarahkan sebelah tangan Wendi untuk mengelus-elus klentitku. Waw… nimat sekali. Di satu sisi klentitku nikat disapu-sapu dan di sisi lain, duburku dilintasi oleh penis yang keluar masuk sangat teratur. Tak ada suara apa pun yang terdengar.<br />
<br />
Sunyi sepi dan diam. Hanya ada desau angin, desah nafas yang meburu dan sesekali ada suara burung kecil berkicau di luar sna, menuju sarangnya.<br />
<br />
Tubuh Wendi sudah menempel di punggungku. Sebelah tangannya mengelus-elus klentitku dan sebelah lagi meremas payudaraku. Lidahnya menjilati tengkukku dan dan leherku bergantian. Aku sangat beruntung mememiliki anak seperti Wendi.<br />
<br />
Dia laku-laki perkasa dan penuh kelembutan. Tapi… kenapa kali ini dia begitu buas dan demikian binal? Tapi… Aku semakin menikmati kebuasan Wendi anak kandungku sendiri. Buasnya Wendi, adalah buas yang sangat santun dan penuh kasih.<br />
<br />
Aku sudah tak mampu membendung nikmatku. AKu menjepit tangan Wendi yang masih mengelus klentitku jugamenjepit penisnyadengan duburku. Wendi mendesah-desah…<br />
<br />
“Oh… oh….oooooohh…”<br />
<br />
Wendi menggigit bahuku dan mempermainkan lidahnya di sela-sela gigitannya. Dan remasan pada payudaraku terasa begitu nikmat sekali.<br />
<br />
“Ooooooooooohhhh..” desahnya dan aku pun menjerit.<br />
<br />
“Akhhhhhhhhhhhh..” Lalu aku menelungkup di lantai karpet tak mampu lagi kedua lututku untuk bertumpu.<br />
<br />
Penis Wendi mengecil dan meluncur cepat keluar dari duburku. Wendi cepat membalikkan tubuhku. Langsung aku diselimutinya dan dia masuk ke dalam selimut, sembari mengecupi leherku dan pipiku. Kami terdiam, sampai desah nafas kami normal.<br />
<br />
Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Pengantin Baru<br />
<br />
Wendi menuntunku duduk dan membimbingku duduk di kursi, lalu melilit tubuhku dengan selimut hotel yang tersedia di atas tempat tidur. Dia mendekatkan kopi susu ke mulutku.<br />
<br />
Aku meneguknya. Kudengar dia mencuci penisnya, lalu kembali mendekat padaku. Dia kecul pipiku dan mengatakan:”Malam ini kita makan apa, Ma?”<br />
<br />
“Terserah Wendi saja sayang.”<br />
<br />
“Setelah makan kita kemana, Ma?” dia membelai pipiku dan mengecupnya lagi.<br />
<br />
“Terserah Wendi saja sayang. Hari ini, adalah harinya Wendi. Mama ngikut saja apa maunya anak mama,” kataku lembut.<br />
<br />
“OK, Ma. Hari ini haerinya Wendi. Besok sampai minggu, harinya mama. Malam ini kita di kamar saja. Aku tak mau ketemu dengan orang yang naik Toyota Biru itu,” katanya geram. Nampaknya penuh dendam. Aku menghela nafas.<br />
<br />
Usai makan malam, kami kembali ke kamar dan langsung tidur di bawah dua selimut yang hangat dan berpelukan. Kami tidur sampai pukul 09.00 pagi baru terbangun.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-39339636831774020022018-06-08T02:12:00.000-07:002018-06-08T02:12:36.071-07:00Di Genjot Paman Saat Aku Horny<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnJ-mTEIqH_7rF7WHnG8gk2-lKsUBj-aOdqyECvsjHDv2x_HO0yyI0lC2yGodIXk-onFMv_8ls6EjRIJtjFEj6EX0IF1PTVhFpRN9C67D3yDMAvBKhwtAaFoyR9KqjhlojB_lTsOq7qPIq/s1600/2919.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Di Genjot Paman Saat Aku Horny" border="0" data-original-height="512" data-original-width="455" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnJ-mTEIqH_7rF7WHnG8gk2-lKsUBj-aOdqyECvsjHDv2x_HO0yyI0lC2yGodIXk-onFMv_8ls6EjRIJtjFEj6EX0IF1PTVhFpRN9C67D3yDMAvBKhwtAaFoyR9KqjhlojB_lTsOq7qPIq/s640/2919.jpg" title="Di Genjot Paman Saat Aku Horny" width="568" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di Genjot Paman Saat Aku Horny</td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://maniakqq.online/">Dewapoker Live</a> - Aku sudah mulai dapat melupakan kejadian yang kulihat antara Mbak Ningsih dengan Pakdheku karena kesibukanku mempersiapkan EBTA. Begitu EBTA selesai aku mendapatkan liburan sambil menunggu pengumuman. Saat itu waktuku lebih banyak kuluangkan di rumah membersihkan rumah dan menyetrika serta membantu Mbak Ningsih memasak.<br />
Suatu hari, aku harus berada sendirian di rumah dengan Pakdhe.<br />
<br />
Mbak Ningsih mengikuti acara darma wisata ke Selecta yang diadakan<br />
sekolahnya sebagai acara perpisahan. Mbak Ningsih sudah berangkat saat pagi-pagi buta. Aku yang sedang libur harus menggantikan Mbak Ningsih menyiapkan sarapan buat Pakdhe. Setelah membuat minuman teh untukku dan satu cangkir khusus untuk Pakdhe aku segera menyapu halaman.<br />
Aku menyempatkan diri meminum tehku sebelum pergi ke kamar mandi. Teh yang kuminum rasanya agak lain, tapi aku tidak begitu curiga. Saat mandi itulah aku merasa ada yang agak aneh dengan tubuhku. Tubuhku terasa panas dan jantungku berdebar-debar. Rasa aneh menyergapku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut dan ada rasa aneh menyerbu diriku. Tubuhku terasa gerah sekali.<br />
<br />
Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin agar rasa gerahku hilang. Apa yang kulakukan ternyata cukup menolong. Tubuhku merasa segar sekali. Lalu kugosok seluruh tubuhku dengan sabun. Rasa aneh itu kembali menyerang diriku, apalagi saat aku menyabuni daerah selangkanganku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Aku merasa ada dorongan birahi yang begitu kencang. Aku tidak tahu mengapa ini terjadi. Tiba-tiba anganku melayang pada apa yang kulihat beberapa hari yang lalu saat Mbak Ningsih dan Pakdhe Marto bergumul di kamarku.<br />
<br />
Cepat-cepat kubuang pikiran itu jauh-jauh dan segera menyelesaikan acara mandi pagiku. Hanya dengan tubuh terbalut handuk, aku lari masuk kamarku. Aku selalu berganti pakaian di kamarku sambil mematut-matut diriku di depan cermin sambil mengamati seluruh tubuhku yang mulai berubah. Bulu-bulu kemaluan sudah mulai tumbuh di gundukan bukit kemaluanku. Dadaku yang dulu rata kini mulai tumbuh dengan puting yang sebesar kacang kedelai dengan warna merah muda. Pinggulku mulai tumbuh membesar. Kata orang aku seksi dan menarik. Apalagi tinggi badanku sudah mencapai 160 cm.<br />
<br />
Aku sendiri selalu betah berlama-lama di depan cermin dengan melenggak-lenggokkan tubuhku memandang dari segala sisi dan mengagumi tubuhku. Aku sangat bangga dengan tubuhku. Baru saja aku mengunci pintu kamarku aku dikejutkan dengan pelukan tangan yang kokoh menyergapku. Aku tidak sempat menjerit karena tiba-tiba sosok yang memelukku langsung membekap mulutku dengan tangannya yang kokoh. Belum hilang terkejutku, handuk yang melilit tubuhku ditarik seseorang dan jatuh teronggok ke lantai. Aku benar-benar bugil tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhku.<br />
<br />
<h2>
Di Genjot Paman Saat Aku Horny</h2>
<br />
Kembali rasa aneh yang menyerangku semakin menggelora. Ada dorongan hasrat yang menggebu-gebu dalam diriku. Aku tak mampu meronta dan menjerit! Tangan yang kokoh dan berbulu tetap membekap mulutku sementara tangan satu lagi memeluk tubuh telanjangku. Mataku semakin nanar menerima perlakuan seperti itu. Apalagi kurasakan sentuhan kulit tubuh telanjang menempel hangat di punggungku. Pantatku yang telanjang terasa menekan suatu benda panjang melingkar dan keras di balik kain tipis. Aku semakin tak mampu menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam diriku saat sapuan-sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku. Aku menggelinjang kegelian dan melenguh. Lidah itu semakin liar bergerak menyusuri leherku..<br />
<br />
pundakku.. Lalu turun ke bawah ke sepanjang tulang punggungku. Aku semakin menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke bawah dan pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat tubuhku didorong ke tempat tidurku dan dijatuhkan hingga aku tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku lalu ditindih oleh sesosok tubuh yang sangat berat. Kakiku mulai memberontak liar karena geli. Apalagi lidah itu dengan rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat saat mulut berkumis itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku terangkat-angkat liar saat lidah panas itu mulai menyusup ke dalam celah-celah bongkahan pantatku dan mulai menjilati lubang anusku.<br />
<br />
Aku benar-benar seperti terbang mengawang. Aku belum tahu siapa yang memelukku dari belakang dan menggerayangi seluruh tubuhku. Aku hanya bisa merasakan dengusan napas panas yang menghembus di bongkahan pantatku saat lidah itu mulai menjilati lubang anusku. Aku tercekik kaget saat tubuhku dibalik hingga telentang telanjang bulat di kasurku. Ternyata orang yang sedari tadi menggumuliku adalah Pakdhe Mitro, orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti orang tuaku. Aku tak tak mampu berteriak karena mulutku langsung dibekap dengan bibirnya. Lidahku didorong dorong dan digelitik.<br />
<br />
Aku terangsang hebat. Apalagi sejak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah-olah ada dorongan menghentak-hentak yang menuntut pemenuhan. Tubuhku menggelinjang saat tangan kekar dan agak kasar mulai meraba dan meremas kedua payudaraku yang baru mulai tumbuh. Lalu kedua kakiku dipentangkan oleh Pakdhe Mitro lebar-lebar, lalu Pakdhe menindih tubuhku yang sudah telanjang bulat di antara kedua pahaku yang terkangkang. Aku merasa ada benda keras seperti tongkat yang menekan ketat ke bukit kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakan Pakdhe. Mulut dan lidah Pakdhe tak henti-hentinya menjilat dan melumat setiap jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibir Pakdhe bergeser menjilati seluruh batang leherku, kemudian turun ke dua belah payudaraku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah dan mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya payudaraku hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut Pakdhe Mitro. Aku sangat terangsang dan sudah tidak mampu berpikir jernih. Ada sesuatu yang mulai menggelora dan mendesak-desak di perut bagian bawahku. Lidah Pakdhe terus merayap semakin ke bawah. Perutku menjadi sasaran jilatan lidahnya. Tubuhku semakin menggelinjang hebat. Akal sehatku sudah benar-benar hilang. Kobaran napsu sudah menjeratku. Pantatku terangkat tanpa dapat kucegah saat lidah Pakdhe terus merayap dan menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Aku merasa kegelian yang amat sangat menggelitik selangkanganku. Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong saat lidah Pakdhe mulai menyelusup ke dalam bukit kemaluanku dan menggelitik kelentitku. Lubang kemaluanku semakin berdenyut-denyut tergesek gesek lidahnya yang panas. Aku hanya mampu menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang menggelitik selangkanganku.<br />
<br />
Tubuhku semakin melayang dan seperti terkena aliran listrik yang maha dahsyat. Aku tak mampu lagi menahan gelora napsu yang semakin mendesak di dalam perutku. Pantatku terangkat seperti menyongsong wajah Pakdhe yang menekan bukit kemaluanku. Lalu tubuhku seperti terhempas ke tempat kosong. Aku merasakan ada sesuatu yang meledak di dalam perut bagian bawahku. Tubuhku menggelepar dan tanpa sadar kujepit kepala Pakdhe dengan kedua kakiku untuk menekannya lebih ketat menempel selangkanganku. Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba mulutku sudah disodori batang kemaluan Pakdhe Mitro yang tanpa kutahu sejak kapan sudah melepas sarungnya dan sudah telanjang bulat mengangkangi wajahku. Batang kemaluannya yang besar, hitam panjang dan tampak mengkilat mengacung di depan wajahku seperti hendak menggebukku kalau aku menolak menciuminya. Dengan rasa jijik aku terpaksa menjulurkan lidahku dan mulai menjilati ujung topi bajanya yang mengkilat. Aku hampir muntah saat lidahku menyentuh cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kemaluan Pakdhe. Namun jepitan kedua paha Pakdhe di sisi wajahku tidak memberiku kesempatan lain. Aku hanya mampu pasrah dengan tetap menjilati batang kemaluan Pakdhe. Lalu dengan paksa Pakdhe membuka mulutku dan menjejalkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena susah bernapas. Batang kemaluannya yang besar memenuhi mulutku yang masih kecil. Kudengar Pakdhe menggumam tanpa jelas apa yang diucapkannya. Pantatnya digerak-gerakannya hingga batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku.<br />
<br />
Aku hampir tersedak saat ujung kemaluan Pakdhe menyentuh-nyentuh kerongkonganku. Aku hanya mampu melotot karena hampir tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram pantat Pakdhe Mitro. Setelah puas “mengerjai” mulutku dengan batang kemaluannya, Pakdhe menggeser tubuhnya dan menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua pahaku dikuaknya dan dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya ke arah bukit kemaluanku. Aku merasa geli saat ujung kemaluan Pakdhe mulai menggesek-gesek pintu lubang kemaluanku yang sudah basah. Dari rasa geli dan nikmat, tiba-tiba aku merasa perih di selangkanganku saat Pakdhe mulai menurunkan pantatnya sehingga batang kemaluannya mulai menerobos ke dalam lubang kemaluanku yang masih perawan. Aku merintih kesakitan dan air mataku mulai mengalir. Aku tersadar akan bahaya! Namun terlambat. Pakdhe yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mungkin mau berhenti. Ia hanya sejenak menghentikan gerakannya. Ia merayuku dan mengatakan kalau sakitku hanya sebentar dan berganti rasa nikmat yang tidak terkira. Pakdhe menarik pantatnya ke atas hingga batang kemaluannya yang terjepit di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan batang kemaluannya yang besar di dalam dinding lubang kemaluanku menimbulkan rasa nikmat seperti apa yang dikatakannya. Aku mulai dapat menikmati rasa nikmat itu. Ini mungkin karena pengaruh teh yang kuminum sehingga aku benar-benar belum sadar akan bahaya yang kuhadapi. Yang kuinginkan hanya satu yaitu menuntaskan gejolak yang meledak-ledak dalam diriku. Aku kembali merintih kesakitan saat Pakdhe mulai menekan pantatnya lagi yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang kemaluanku. Lagi-lagi Pakdhe membisikiku kalau rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit itu berganti nikmat saat batang kemaluannya ditarik keluar hingga hanya ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku. Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin sangat membantu pergerakan batang kemaluan Pakdhe dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik-detik berlalu dan sedikit-demi sedikit batang kemaluan Pakdhe meneronos semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Pakdhe terus menarik dan mendorong pantatnya dengan pelan dan teratur. Hingga suatu saat aku menggigit bibirku keras-keras saat selangkanganku terasa perih sekali. Selangkanganku terasa robek saat Pakdhe menekan pantatnya hingga batang kemaluannya hampir masuk separuh ke dalam lubang kemaluanku. Aku sempat menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku. Pakdhe segera menghentikan gerakannya dan memberiku kesempatan untuk bernapas. Aku merasa lega saat Pakdhe menghentikan gerakannya. Kini aku dapat merasakan lubang kemaluanku seperti terganjal benda keras dan hangat.<br />
<br />
Benda itu berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Kembali rasa sakit yang tadi menyentakku berangsur mulai hilang tergantikan rasa nikmat saat batang kemaluan Pakdhe yang semakin lancar mulai bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku. Rasa nikmat terus meningkat sehingga tanpa sadar aku menggoyangkan pantatku untuk segera meraih kenikmatan yang lebih banyak lagi. Aku seperti gila. Rasa sakit itu sudah benar-benar hilang tergantikan rasa nikmat yang benar-benar memabukkan. Pakdhe semakin bersemangat mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. Empat kali mendorong lalu didiamkan dan diputar kemudian ditarik lagi. Tanpa sadar pantatku terangkat saat Pakdhe menarik pantatnya. Berkali-kali Pakdhe mengulang gerakannya hingga perutku terasa kejang. Tubuhku mulai melayang. Tanganku semakin kuat mencengkeram punggung Pakdhe untuk mencoba menahan kenikmatan yang mulai menerjangku. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya diiringi geramannya yang kudengar bergemuruh di telingaku.<br />
<br />
Mataku semakin membeliak menahan desakan yang kian dahsyat di perut bagian bawahku. Aku hampir menjerit saat ada sesuatu yang kurasa pecah di dalam sana. Namun bibir Pakdhe yang tiba-tiba melumat bibirku menghentikan teriakanku. Pakdhe melumat dengan rakus kedua belah bibirku. Aku merasa tubuhku seolah-olah terhempas di awan. Tubuhku mengejat-ngejat saat aku mencapai puncak pendakian yang melelahkan. Pakdhe yang bibirnya masih melumat bibirku pun mulai berkelojotan di atas perutku. Lalu ia menggeram dengan dahsyat.. Dan akhirnya kurasakan ada semburan cairan hangat yang memancar dari batang kemaluan Pakdhe yang terjepit dalam lubang kemaluanku. Batang kemaluannya berkedut-kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe masih bergerak dengan liar selama beberapa saat lalu ambruk menindihku. Napas ku hanya tinggal satu-satu. Napas Pakdhe pun kudengar menggemuruh di telingaku. Air mataku mengalir saat kusadari segalanya telah terlambat bagiku. Kegadisanku telah terenggut oleh Pakdhe. Orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti ayahku. Lalu dengan lembut Pakdhe mengusap air mataku dan berjanji akan menyayangiku sepanjang sisa hidupnya. Aku menjadi agak terhibur dengan perkataannya.<br />
<br />
________________________________________ ________________________________________<br />
<br />
<br />
Sejak kegadisanku hilang, aku menjadi pendiam. Keceriaan yang selama ini menjadi ciri khasku seolah-olah hilang sirna. Aku menjadi sangat berubah. Selangkanganku masih terasa sakit hingga beberapa hari setelah kejadian itu. Mbak Ningsih yang selama ini sangat memperhatikanku sangat heran melihat perubahan yang terjadi pada diriku. Akhirnya aku mengaku terus terang kepada Mbak Ningsih tentang kejadian yang menimpaku. Ia hanya menghela napas merasa prihatin akan musibah yang kualami. Kira-kira satu bulan sejak aku dinodai Pakdheku, Mbak Ningsih minta pamit kepadaku dan juga Pakdheku. Mbak Ningsih setelah lulus SMK diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di daerah Malang dan pindah ke Malang. Sehingga sejak saat itu aku yang baru masuk SMU harus tinggal berdua saja dengan Pakdhe.<br />
<br />
Suatu hari, kira-kira seminggu sejak kepergian Mbak Ningsih, saat itu aku sedang mencuci pakaianku dan pakaian Pakdhe. Hari itu sekolahku libur karena tanggal merah jadi aku bersih-bersih rumah. Pakdhe seperti biasanya merapikan tanaman di halaman depan yang sudah mulai tumbuh tidak teratur. Setelah kuselesaikan cucianku dan kujemur, aku berniat mandi. Baru saja mau menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba tangan Pakdhe mengganjal pintu kamar mandi dan menyerobot masuk.<br />
<br />
Aku tidak sempat berteriak karena tiba-tiba Pakdhe sudah memelukku. Tubuhnya yang hanya tertutup celana kolor dan sudah basah penuh keringat memelukku erat-erat. Aku tidak berani berteriak karena diancam kalau tidak mau melayani nafsunya aku akan diusir dari rumah itu dan tidak dibiayai sekolahku. Aku merasa takut sekali dengan ancamannya hingga dengan air mata yang kutahan aku pasrah akan apa yang dilakukan Pakdhe padaku.<br />
<br />
Tangan Pakdhe dengan cekatan melucuti dasterku, bra-ku lalu celana dalamku hingga aku benar-benar bugil. Tanpa membuang waktu Pakdhe segera melepas kolornya dan telanjang bulat. Batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan masih mengkerut dan menggantung lunglai. Kemudian Pakdhe duduk di tepi bak mandi keramik dengan kaki yang terbuka. Ditariknya tubuh telanjangku ke dalam pelukannya dan dilumatnya bibirku dengan rakusnya.<br />
<br />
Mulutku masih tertutup saat lidah Pakdhe mulai mencoba menerobos masuk ke dalam mulutku. Karena tidak tahan dengan sapuan-sapuan lidahnya yang mendesak-desak bibirku, akhirnya bibirku pun terbuka. Pakdhe segera menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku dan mendorong-dorong lidahku. Mula-mula aku diam saja, namun lama-kelamaan aku jadi terangsang juga. Apalagi batang kemaluan Pakdhe yang tadinya mengkerut perlahan-lahan mulai mengembang dan mengganjal perutku. Aku mulai bereaksi. Lidahku tanpa sadar membalas dorongan lidah Pakdhe. Tubuhku mulai menggerinjal dalam pelukan Pakdhe saat tangan Pakdhe mulai menggerayangi buah pantatku. Tangan Pakdhe dengan gemas meremas dan memijat buah pantatku lalu ditariknya tubuhku hingga semakin ketat lengket dalam pelukannya. Setelah puas memainkan lidahnya dalam mulutku, tangan Pakdhe menekan kepalaku hingga aku disuruhnya berlutut di depan selangkangannya. Batang kemaluannya yang sudah keras nampak mengacung tegak di depan wajahku. Ditariknya wajahku ke selangkangannya dan disuruhnya mulutku menciumi batang kemaluannya itu. Dengan agak risi aku terpaksa membuka mulutku dan mulai menciumi batang kemaluannya yang sudah mengeluarkan sedikit cairan. Kepalaku didorong maju mundur oleh tangan Pakdhe yang mencengkeram rambutku hingga batang kemaluannya mulai bergeser keluar masuk dalam mulutku. Kerongkonganku tersodok-sodok ujung kepala kemaluan Pakdhe yang keluar masuk dalam mulutku. Kudengar napas Pakdhe mulai menggebu. Batang kemaluannya semakin mengeras dalam kuluman mulutku. Mungkin karena tak tahan, Pakdhe segera menarik tubuhku agar berdiri lalu mendudukanku di sisi bak mandi. Mulutnya segera mencecar payudaraku kanan dan kiri silih berganti.<br />
<br />
<br />
Aku menggelinjang hebat manakala mulut Pakdhe dengan rakusnya mempermainkan kedua puting payudaraku. Tangan Pakdhe pun tak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke selangkanganku yang terbuka lebar dan mulai meremas gundukan bukit kemaluanku. Aku sampai megap-megap mendapat rangsangan seperti itu. Aku semakin tersiksa oleh gejolak nafsu. Mulut Pakdhe lalu merayap menyusuri perutku dan mulai menjilati gundukan bukit kemaluanku. Dikuakkanya kedua bibir kemaluanku dengan jari-jarinya lalu disusupkannya lidahnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku yang duduk di sisi bak mandi hampir saja terjatuh karena menggelinjang saat lidah Pakdhe mulai menggesek-gesek dinding lubang kemaluanku. Tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Pakdhe dan menekankan kepalanya agar lebih ketat menekan bukit kemaluanku. Aku semakin blingsatan menahan rangsangan yang diberikan Pakdhe di selangkanganku.<br />
<br />
Tanpa sadar mulutku mendesis-desis dan dudukku bergeser tak karuan. Perutku mulai mengejang menahan desakan gejolak yang meledak-ledak. Tubuhku terasa mulai mengawang dan pandangan mataku nanar. Akhirnya dengan diiringi rintihan panjang aku mencapai orgasmeku. Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba Pakdhe sudah berdiri di hadapanku. Batang kemaluannya yang keras dicocokkan ke bibir kemaluanku dan digesek-gesekkannya ujung kepala kemaluannya ke bibir kemaluanku yang sudah basah dan licin. Aku menggelinjang lagi saat benda hangat itu mulai menerobos masuk ke dalam bibir kemaluanku. Bibir Pakdhe Mitro dengan rakusnya mulai melumat bibirku sambil mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya semakin melesak ke dalam jepitan bibir kemaluanku. Aku masih duduk di bibir bak mandi sementara Pakdhe Mitro menggenjot lubang kemaluanku sambil berdiri. Mungkin karena kesulitan bergerak, dicabutnya batang kemaluannya dari jepitan bibir kemaluanku. Tubuhku lalu diturunkan dari bibir bak mandi dan dibaliknya hingga aku berdiri dengan tangan bertumpu bak mandi. Lalu Pakdhe menempatkan diri di belakangku dan mulai mencoba memasukan batang kemaluannya ke dalam bibir kemaluanku dari celah bongkahan pantatku.<br />
<br />
Punggungku didorong Pakdhe agar sedikit membungkuk hingga setengah menungging. Dipentangkanya kedua kakiku lebar-lebar lalu dicucukannya batang kemaluannya ke gundukan bukit kemaluanku. Setelah arahnya tepat, Pakdhe mulai mendorong pantatnya hingga kembali batang kemaluannya menerobos masuk dalam jepitan bibir kemaluanku. Kembali aku mulai merasa ada suatu benda hangat menyeruak ke dalam lubang kemaluanku. Dinding-dinding lubang kemaluanka serasa dikilik-kilik. Batang kemaluan Pakdhe yang terjepit ketat dalam lubang kemaluanku berdenyut-denyut.<br />
<br />
Pakdhe yang napasnya mulai memburu semakin kuat mengayunkan pantatnya maju mundur hingga gesekan batang kemaluannya pada dinding lubang kemaluanku semakin cepat. Pinggulku yang dipegang Pakdhe terasa agak sakit karena jari-jari Pakdhe mulai mencengkeram. Pinggulku ditarik dan didorong oleh tangan kuat Pakdhe seiring dengan ayunan pantatnya. Tubuhku mulai terhentak dan aku mulai limbung. Kembali aku merasa melayang karena desakan gejolak yang meledak-ledak. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya dan napasnya semakin menderu.<br />
<br />
Pantatku yang ditarik dan didorong Pakdhe maju mundur semakin cepat bergerak. Cengkeraman jari-jari Pakdhe semakin terasa di pinggulku. Gerakan ayunan pantat Pakdhe semakin tak terkendali. Tak lama kemudian aku kembali mencapai orgasmeku. Pakdhe pun kukira mencapai puncak kenikmatannya karena aku merasa ada semburan cairan hangat yang menyemprot dari batang kemaluan Pakdhe ke dalam lubang kemaluanku dengan diiringi geraman yang keluar dari mulut Pakdhe. Pakdhe tetap membiarkan batang kemaluannya terjepit dalam lubang kemaluanku selama beberapa saat. Napasnya yang mulai teratur terasa hangat menerpa kulit pipiku. Tulang kemaluannya menekan kuat di bukit buah pantatku.<br />
<br />
Aku merasa sedikit geli karena rambut kemaluan Pakdhe menempel ketat dan menggesek buah pantatku. Batang kemaluan Pakdhe yang masih keras terasa berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Setelah menyemprotkan sisa-sisa air maninya batang itu mulai mengendur dan terlepas dengan sendirinya. Tubuhku sudah terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya memejamkan mata karena lemas dan malu karena untuk kedua kalinya aku berhasil digagahi Pakdheku sendiri. Aku membiarkan saja saat Pakdhe memandikanku seperti bayi. Tangannya yang kokoh menyabuni seluruh lekuk tubuhku. Tubuhku kembali menggerinjal saat tangannya yang kokoh mulai menyabuni payudaraku yang baru mulai tumbuh. Putingku yang mencuat dipermainkannya dengan gemas. Tubuhku semakin menggelinjang saat tangannya mulai menyentuh perutku lalu meluncur turun dan mulai menyabuni gundukan bukit kemaluanku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Jari-jarinya menyisir celah sempit di tengah gundukan bukit kemaluanku dan berlama-lama menyabuni daerah itu. Aku tak berani memandang Pakdhe saat ia mengangsurkan sabun ke tanganku dan menyuruhku menyabuninya. Dengan agak kaku tanganku mulai menyabuni punggung Pakdhe yang kekar. Tanganku bergerak hingga seluruh punggung Pakdhe kugosok merata dengan sabun. Lalu Pakdhe membalikkan tubuhnya menghadapku. Tangannya mengelus-elus kedua payudaraku sementara aku disuruhnya menyabuni tubuh bagian depannya. Tanganku bergerak dari dada terus turun ke arah perut.<br />
<br />
Napas Pakdhe mulai memburu saat tanganku yang dilumuri busa sabun mulai menggosok bagian bawah perutnya. Batang kemaluannya yang tadi kendur sudah mulai mengembang. Tanganku yang agak ragu dipegang Pakdhe dan diarahkan untuk menyabuni daerah kemaluan Pakdhe. Rambut kemaluannya sangat lebat tumbuh di pangkal batang kemaluannya yang mulai berdiri setengah tegak dan mengeras. Lucu sekali kelihatannya seperti pistol namun “gombyok”. Ya!! Kelihatannya seperti pistol gombyok!! Seperti pistol tapi lebat ditumbuhi rambut atau gombyok!!<br />
<br />
Pakdhe yang sudah mulai terangsang segera menyuruhku menyelesaikan acara saling memandikan. Hanya dengan berbalut handuk, tubuhku yang masih agak basah ditariknya dari kamar mandi dan diseret masuk ke kamar Pakdhe. Pakdhe pun hanya mengenakan kolornya yang tadi dipakainya hingga batang kemaluannya yang sudah setengah keras tampak membusung di balik kolor seragamnya. Baru saja pintu ditutup, tubuhku sudah langsung disergapnya. Diloloskannya handuk yang melilit tubuhku hingga aku telanjang bulat. Pakdhe segera melepas kolornya dan bugil dihadapanku. Mulut Pakdhe segera menyergap bibirku dan melumatnya dengan rakus. Kedua payudaraku segera menjadi bulan-bulanan remasan tangannya hingga tubuhku menggelinjang dalam dekapannya. Tanganku segera dibimbing Pakdhe dan dipegangkannya ke batang kemaluannya yang sudah semakin mengembang. Bibir Pakdhe yang rakus meulai bergeser turun dari bibirku ke dagu, lidahnya menjilat-jilat daguku terus turun ke leherku hingga aku semakin menggelinjang karena kumisnya yang pendek dan kasar menggaruk-garuk batang leherku. Aku semakin mendesis karena kini bibir Pakdhe sudah mulai melumat kedua puting payudaraku kanan dan kiri secara bergantian. Tanganku secara tak sadar bergerak mengurut dan meremas “pistol gombyok” Pakdhe.<br />
<br />
Napas Pakdhe pun semakin menderu dan semakin keras menghembus di kedua payudaraku. Jilatannya semakin liar di seluruh bukit payudaraku tanpa terlewatkan sejengkalpun. Batang kemaluan Pakdhe yang semakin keras mulai berdenyut-denyut dalam genggaman tanganku. Sementara tangan Pakdhe mulai bergerak liar menyusuri penggungku dan turun ke bawah lalu berhenti di kedua pantatku dan meremas-remas kedua buah pantatku dengan gemasnya. Aku sangat terangsang. Ya.. Mungkin daerah kelemahanku adalah pada buah pantatku dan pada kedua puting payudaraku. Tubuhku sudah mulai mengawang dan sudah pasrah bersandar dalam pelukan Pakdhe. Mengetahui kalau tubuhku sudah tersandar sepenuhnya dalam pelukannya, Pakdhe segera mendorong tubuhku ke kasurnya hingga aku berbaring telentang. Ditindihnya tubuh telanjangku oleh tubuh kekar Pakdhe. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar dan aku kembali digumuli Pakdheku.<br />
<br />
Lidah Pakdhe kembali menyerbu bibirku lalu bergeser ke leherku. “Pistol gombyok” Pakdhe yang sudah sangat keras mengganjal di perut bagian bawahku. Rambut kemaluannya yang gombyok sangat terasa menggesek-gesek perutku menimbulkan rasa geli. Lidah Pakdhe menjilat-jilat seluruh batang leherku hingga aku mendesis-desis kegelian. Tubuhku semakin menggelinjang menahan geli saat lidahnya mulai bergeser turun dan menyapu-nyapu sekeliling bukit payudaraku di sekitar putingku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah Pakdhe yang panas mulai menyapu-nyapu puting payudaraku. Tubuhku serasa semakin melayang. Lidah Pakdhe terus bergeser ke bawah. Pusarku dijilatnya dengan rakus lalu lidahnya mulai bergerak turun ke perut bagian bawahku. Otot-otot perutku terasa seperti ditarik-tarik saat bibir Pakdhe menyedot-nyedot daerah sekitar perut bagian bawahku di atas pangkal pahaku. Geli sekali rasanya, apalagi kumisnya yang pendek dan kasar menyeruduk-nyeruduk kulit perutku yang halus. Pakdhe lalu membalik tubuhnya.<br />
<br />
Wajahnya menghadap selangkanganku sementara “pistol gombyok”nya dihadapkan ke wajahku. Diturunkannya pantatnya hingga batang kemaluannya menempel bibirku. Dibimbingnya “pistol gombyok”nya ke mulutku. Aku tahu aku harus membuka mulutku menyambut “pistol gombyok” Pakdhe yang dijejalkan ke dalam mulutku. Dengan terpaksa aku mulai mengulum “pistol gombyok” Pakdhe dan menjilati seluruh ujung topi bajanya yang mengkilat. Tubuhku terhentak saat mulut Pakdhe mulai melumat bibir kemaluanku. Kedua tangannya menarik kedua bibir lubang kemaluanku dan membukanya lebar-lebar lalu lidahnya yang panas didorong keluar masuk kedalam lubang kemaluanku. Aku semakin mendesis-desis menahan nikmat. Napas Pakdhe yang semakin menggebu sangat terasa meniup-niup lubang kemaluanku yang terbuka lebar. Tanpa sadar pantatku terangkat ke atas seolah menyambut dorongan lidah Pakdhe yang menggesek-gesek kelentitku. Gerakan lidahnya yang liar seolah membuatku semakin gila. Tanpa dapat kucegah lagi, mulutku merintih dan mendesis menahan gejolak kenikmatan yang meledak-ledak. Batang kemaluan Pakdhe yang menyumpal mulutku tak mampu menahan desisan yang keluar dari mulutku. Mataku kembali nanar. Perutku terasa kejang.. Dorongan gejolak liar yang mendesak di perut bagian bawahku sudah hampir tak dapat kutahan lagi. Lalu dengan diiringi rintihan panjang tubuhku menggelepar dan berkelojotan seperti ayam disembelih. Tubuhku lalu melayang dan terhempas di tempat kosong. Akhirnya tubuhku terdiam beberapa saat. Aku telah mencapai orgasme yang ke sekian di pagi itu. Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat Pakdhe yang telah mencabut batang kemaluannya dari kuluman mulutku bangkit dan duduk di sisi pembaringan mengangkat tubuhku dan mendudukanku di pangkuannya. Tubuhku dihadapkannya ke dirinya dan kakiku dipentangkannya hingga aku terduduk mengangkang dipangkuannya dengan saling berhadapan. Kemudian tangan Pakdhe mengarahkan batang kemaluannya ke celah bukit kemaluan di selangkanganku. Bless!! Aku terhenyak saat pantatku diturunkan dan ada suatu benda keras dan hangat mengganjal di lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Seluruh dinding lubang kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Kelentitiku yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal batang kemaluan Pakdhe. Lain sekali rasanya bersetubuh dengan posisi begini. Aku merasa sangat terangsang! Kelentitku serasa tergesek penuh pada batang kemaluan Pakdhe.<br />
<br />
<br />
Dengan dibantu kedua tangan Pakdhe yang menyangga kedua buah pantatku tubuhku bergerak naik turun di pangkuan Pakdhe. Payudaraku yang baru tumbuh bergetar bergoyang-goyang seiring dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Pakdhe. Batang kemaluan Pakdhe yang menancap ketat dalam jepitan lubang kemaluanku terasa menggesek nikmat seluruh dinding lubang kemaluanku yang terus berdenyut-denyut meremas apa saja yang menyumpalnya. Tubuhku terasa menggigil bergetar saat mulut Pakdhe tak tinggal diam. Mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku bergantian. Mulutnya menyedot buah dadaku sepenuhnya. Gerakanku menjadi kian liar. Desakan gejolak birahi semakin mendesak. Aku mempercepat gerakanku naik turun dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang kemaluan Pakdhe masuk hingga ke pangkalnya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Karena tak tahan lagi tanpa sadar kudorong tubuh Pakdhe hingga terbaring telentang di kasur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Tubuhku yang tadi di pangku Pakdhe menjadi duduk seperti seorang joki yang sedang naik kuda balap berpacu dalam birahi dengan menduduki Pakdhe yang berbaring telentang.<br />
<br />
Gerakanku kian bebas. Dengan tangan bertumpu pada dada Pakdhe yang bidang aku terus menggerakan pantatku memutar dan maju mundur. Kelentitiku kian ketat tergesek batang kemaluan Pakdhe. Tanga Pakdhe yang memegang kedua pantatku semakin ketat mencengkeram dan membantu mempercepat gerakanku. Aku merasa tubuhku kembali mulai mengawang. Gerakanku kian tak terkendali. Mataku mulai membeliak dan mulutku menceracau tak karuan. Puncak pendakian kian dekat.. Kian dekat.. Dan akhirnya dengan merintih panjang tubuhku berkejat-kejat seperti sedang terkena aliran listrik. Lubang kemaluanku berdenyut-denyut saat ada sesuatu yang pecah di dalam sana.. Tubuhku berkejat-kejat beberapa saat lalu ambruk di atas perut Pakdhe. Aku benar-benar tak bertenaga. Ya akibat pistol gombyok Pakdhe aku mencapai orgasme yang kesekian kalinya. Luar biasa Pakdhe ku ini. Walaupun sudah tua namun mampu membuat aku yang masih ABG begini bertekuk lutut. Pakdhe yang rupanya belum mencapai orgasme segera membalikkan tubuhku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluanku. Sekarang tubuhku yang telentang gantian digenjot Pakdhe.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku yang sudah tak bertenaga hanya pasrah. Pakdhe dengan semangat juang terus menggenjot selangkanganku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Pistol gombyoknya tanpa ampun menghajar lubang kemaluanku. Perlahan-lahan napsuku mulai bangkit lagi menerima tusukan-tusukan pistol gombyok Pakdhe. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada aku berusaha menyambut setiap tusukan pistol gombyok dengan menggoyangkan pantatku ke kanan dan kiri. Napas Pakdhe semakin memburu dan terdengar menggemuruh menghembus ke payudaraku yang dilumat bibir rakus Pakdhe. Genjotan Pakdhe semakin kuat dan bertubi-tubi. Desakan gejolak yang mendesak dalam tubuhku semakin menguat. Aku sudah hampir tak kuat lagi menahan desakan itu. Tubuhku kembali mengejang. Pantatku terangkat dan dengan merintih panjang aku mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan. Tubuhku terhempas di tempat kosong dan pandangan mataku makin nanar. Aku merasa betapa di saat-saat itu tubuh Pakdhe yang menindih perutku mulai bergetar.<br />
<br />
Mulutnya menggeram dahsyat dan pantatnya menekan kuat-kuat menghunjamkan pistol gombyoknya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe berkejat-kejat lalu aku merasa ada semprotan cairan hangat menyiram di dalam lubang kemaluanku. Ada rasa berdesir menyergapku saat semprotan itu menyembur ke liang rahimku. Tubuh Pakdhe tersentak-sentak lalu ambruk di atas perutku. Sungguh melelahkan pergumulan di pagi itu. Akhirnya aku tertidur karena terlalu lelah. Pagi itu Pakdhe benar-benar melampiaskan seluruh hasratnya pada tubuhku. Dari pagi hingga malam aku tidak dibiarkannya mengenakan pakaian utuh. Aku disetubuhi berkali-kali hari itu hingga selangkanganku terasa ngilu karena digenjot Pakdhe. Sejak kepergian Mbak Ningsih aku menjadi pelampiasan napsu Pakdhe.<br />
<br />
Minimal satu kali dalam satu minggu Pakdhe pasti minta jatah dariku. Selama tiga tahun aku menjadi budak napsu pistol gombyok Pakdhe hingga aku lulus SMU. Tiga tahun aku harus menjalani kehidupan sebagai sasaran tembak “pistol gombyok” Pakdhe. Ternyata hal seperti itu dialami juga oleh Mbak Ningsih. Dia bercerita kalau dulu pertama kali diperawani Pakdhe dirinya tidak sadar. Untuk selanjutnya ia juga diancam tidak akan dibiayai sekolah dan diusir kalau tidak mau memenuhi keinginan Pakdhe. Lalu setelah aku lulus, atas kebaikan Mbak Ningsih aku kuliah di salah satu PTS di kota Solo. Untuk menambah biaya karena tidak ingin terlalu memberatkan Mbak Ningsih aku terjun ke dunia pelacuran. Ya.. Akhirnya aku menjadi pelacur untuk membiayai kuliahku. Aku berjanji akan berhenti dari dunia ini setelah aku mempunyai cukup bekal.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-92204312479385585092018-06-07T02:04:00.001-07:002018-06-07T02:04:25.805-07:00Kamu Ngentot Ibuku, Aku Ngentot Ibumu<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjavRyoiOEfOpAG8XOzW3B30kLzUHvrIr2-KOrMSWeHBnz6ZjqNlzmFJklzU5E-HiZUHanpeQWvc1aEc1VQZOkW8A43Yvh6uR3j1-jUzv8PoPTasfi9atlR1sfOUH8yHaEdrv5Y-ZYVw8Oo/s1600/2905.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kamu Ngentot Ibuku, Aku Ngentot Ibumu" border="0" data-original-height="270" data-original-width="480" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjavRyoiOEfOpAG8XOzW3B30kLzUHvrIr2-KOrMSWeHBnz6ZjqNlzmFJklzU5E-HiZUHanpeQWvc1aEc1VQZOkW8A43Yvh6uR3j1-jUzv8PoPTasfi9atlR1sfOUH8yHaEdrv5Y-ZYVw8Oo/s640/2905.jpg" title="Kamu Ngentot Ibuku, Aku Ngentot Ibumu" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kamu Ngentot Ibuku, Aku Ngentot Ibumu</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://ceritasexmediaqq.blogspot.com/">Cerita Sex Nikmat</a> - Telepon yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan ulangi beberapa menit lagi ”. Begitu yang kudengar setiap kupencet namanya pada memori HP ku.<br />
<br />
Lagi ada di mana si penjahat seks itu sampai HP nya dimatikan? Aku sampai lupa meminum es juice dan menyantap pisang keju yang terhidang di mejaku karena terus mencoba menghubungi Roni, temanku. “ Tumben sendirian. Biasanya sama Roni, ” kata Bu Tiwi, pemilik kantin. “Iya nih Bu, HP nya dimatikan.<br />
<br />
Nggak bisa dihubungi, ” ujarku setelah menghirup es juice yang terhidang dan mengunyah pisang keju. Sebenarnya telah hilang selera makanku pada makananan dan minuman favoritku itu karena tak berhasil menghubungi Roni. “Kalau mau dateng ke pesantren kilat bareng mestinya janjian yang mateng. Jadi nggak manyun begitu,” ujar Bu Tiwi lagi sambil melayani pembeli yang lain. Benar juga omongan Bu Tiwi. Ini memang salahku. Semestinya, semalam atau tadi sebelum berangkat kontak Roni dulu hingga bisa janjian. Kalau sudah begini, aku yang repot. Mau ngikut pesantren udah kesiangan dan pasti pintu pagar udah ditutup sementara Roni tidak bisa dihubungi. Atau bisa jadi ia berangkat tanpa bawa HP. Gagasan untuk ngikut pesantren kilat ini memang murni ide kita daripada nganggur mendingan ngikut and bisa kenalan ma cewe-cewe pengajar yang katanya dari universitas muslim, katanya kakak- kakak pengajarnya banyak yang cantik-cantik. Lagian ada juga yang ngikut dari sekolah laen.<br />
<br />
Sewaktu mau berangkat, Rizal, temanku yang lain datang ke rumah dan meminjamkan sejumlah VCD porno yang pernah ia janjikan dahulu. Lalu muncul gagasan untuk membolos dan nonton bareng Roni di rumahnya. Aku yakin Roni pasti tak menolak. Karena seperti kata Rizal diantara film-film yang dipinjamkan, ada yang bercerita tentang hubungan seks antara seorang anak laki-laki dengan ibunya. Thema seperti itu, atau setidaknya yang menggambarkan hubungan seks antara pria muda dengan wanita yang lebih dewasa bahkan yang lebih pantas menjadi ibunya, adalah yang sangat digemari Roni. Bahkan dalam pengalaman nyata, seperti pengakuan dan cerita Roni, ia sering menyetubuhi pembantunya, wanita yang telah berusia 43 tahun. Roni juga mengaku sering terangsang saat mengintip ibunya sendiri yang tengah telanjang. Itulah kenapa aku sering menyebutnya sebagai penjahat seks. Di luar itu Roni juga yang mengajari dan memperkenalkanku pada kebiasaan onani.<br />
<br />
Menurutnya, aku tergolong pria puritan karena hingga berumur 18 tahun belum tahu dan tidak pernah melakukan onani. Dan ketika ia menggagas untuk membuat lubang rahasia untuk mengintip aktivitas ibuku dari kamarku yang memang bersebelahan dengan kamar ibu, aku tak kuasa menolaknya. Menurut Roni, tubuh ibuku sangat menggairahkan dan merangsang. Sama seperti tubuh ibunya yang memang usianya tak jauh berbeda karena usia ibu 47 sedang ibunya Roni lebih muda setahun. Dan seperti ibunya Roni, ibuku juga sudah menjanda cukup lama. Hanya Roni punya kakak perempuan yang sudah menikah dan hidup terpisah. Sedangkan aku, anak tunggal dan hanya hidup berdua dengan ibu sejak kecil. Bahkan konon, sebenarnya aku bukan anak ayahku yang meninggal saat usiaku masih balita. Tapi buah perselingkuhan ibu dengan pemuda tetangganya setelah menikah cukup lama dan tidak punya anak. Aku gak terlalu percaya ma omongan itu karena keluargaku adalah keluarga muslim yang taat, ibuku saja sudah lama memakai jilbab begitu juga denga ibunya Roni, kita jadi dekat dari kecil karena ibuku dan ibunya Roni sama-sama ngikut pengajian di tempat yang sama, buat ngisi kesibukan dan nambah kenalan juga kekayaan batin gitu alasan ibuku. Tapi memang si Roni lebih nekat dariku, kita sama-sama penasaran ama body perempuan-perempuan berjilbab, sapa tahu korengan kali,ha..ha.. “Sam memek ibumu besar dan membusung banget.<br />
<br />
Mau deh aku menjilati lubangnya. Ah, pasti enak banget kalau dientotin, ” ujar Roni berbisik ketika ia menginap di kamarku suatu malam dan mengintip ke kamar ibu dari lubang rahasia yang kami buat. Saat itu, ibu tidur mengangkang tanpa mengenakan celana dalam dan dasternya tersingkap. Malam itu Roni memuaskan diri beronani sambil sambil mengintip dan membayangkan menyetubuhi ibuku. Dan lucunya, aku juga melakukan yang sama. Hanya aku melakukan secara diam-diam setelah Roni tertidur pulas. Benar seperti kata Roni, wanita seusia ibu memang lebih matang dan merangsang. Sejak itu, aku sering mengintip ke kamar ibu di saat terangsang dan hendak beronani. Aku juga ingin merasakan nikmatnya bersetubuh dengan ibu kendati sejauh ini belum pernah melakukan sekali pun dengan wanita lain. Satu jam lebih duduk tercenung sendiri di kantin Bu Tiwi akhirnya membuatku jenuh. Setelah sekali lagi mencoba menghubungi HP Roni tak tersambung, akhirnya kuputuskan untuk pulang. Paling ibu sudah berangkat ke Puskesmas tempatnya bekerja hingga nggak bakalan tahu kalau aku gak jadi ngikut, pikirku. Setelah membayar makanan, aku langsung keluar dan menyetop angkutan kota yang rutenya melewati jalur jalan dekat rumah. Motor memang sengaja tak kubawa karena tadinya berniat membolos dengan Roni. Sampai di rumah, seperti biasa aku masuk lewat pintu belakang. Kunci rumah bagian depan memang selalu dibawa oleh ibu karena dia yang berangkat belakangan setiap hari. Aku membawa kunci pintu belakang agar tak repot mampir ke kantor ibu untuk mengambil kunci saat pulang sekolah. Namun di dalam, saat masuk ke ruang tengah, aku dibuat kaget. sepeda motor Roni ada di sana terparkir di dekat motorku. Sementara tas hitam yang biasa dibawa ibu ke kantor teronggok di atas meja makan. Jadi ibu belum berangkat? Dan kenapa motor Roni ada di sini? Aku jadi curiga. Jangan- jangan Roni juga ada di sini dan lagi berdua dengan ibuku di kamarnya. Memikirkan kemungkinan itu, kuperlambat jalanku. Dengan berjingkat kumasuki kamarku sendiri.<br />
<br />
Setelah mengunci pintu kamar dari dalam, langsung kutuju lubang rahasia yang biasa kugunakan untuk mengintip ke kamar ibu. Dugaanku tidak meleset. Roni ada di kamar itu berdua dengan ibuku. Di atas ranjang besar tempat tidur ibu, keduanya tengah melakukan perbuatan yang selayaknya tidak pantas dilakukan. Kulihat Ibu sudah tidak berpakaian, tapi masih mengenakan jilbabnya, seragam putih panjang khas puskesmas sudah teronggokdi lantai dan satu-satunya penutup tubuh yang dikenakan hanya celana dalam warna hitam, duduk menyandar di dinding kamar. Ia terlihat sangat menikmati apa yang tengah dilakukan Roni pada dirinya. Ya Roni menghisapi salah satu pentil susu ibu di bagian kiri dengan mulutnya. Sementara payudaranya yang sebelah kanan, sesekali dibelai dan diremas gemas oleh pemuda teman akrab dan kawan sekolahku itu. Seperti bayi yang kehausan, Roni menetek dengan lahap di payudara ibu yang besar, 36B, kutahu waktu kulihat di jemuran dulu. Pasti hisapannya sangat kuat pada puting susu ibu yang coklat kehitaman hingga ibu tampak menggelinjang menahan nikmat. Terlebih tangan Roni juga tak mau berhenti meremasi buah dadanya yang lain sambil sesekali memilin putingnya. “Ah… ah.. terus hisap Ron, ah enak banget. Tetek tante enak banget kamu begitukan Ron, ah.. sshh …ahh …aaahhh,” suara ibu terdengar mengerang dan melenguh menahan nikmat. Mungkin seharusnya aku merasa jengah atau stidaknya memprotes atas apa yang tengah dilakukan Roni pada ibuku. Tetapi tidak, aku malah menikmati permainan mereka. Bahkan ingin rasanya aku menggantikan peran Roni. Karena sudah cukup lama aku ingin menyentuh dan menghisap tetek ibu bahkan sekaligus menyetubuhinya. Aku memang sangat terangsang setiap mengintip dan mendapati ibu tengah telanjang. Hanya selama ini aku hanya bisa menyetubuhi dalam angan-angan yakni beronani sambil membayangkan menyetubuhinya. Aku makin terangsang ketika Roni mulai menciumi kemaluan ibu dari luar CD hitam yang dikenakannya. Kulihat ujung hidung Roni disentuhkan di bagian tengah memek ibu yang masih tertutup CD. Sesekali Roni juga menggunakan mulutnya untuk mengecup. Ah kenapa Roni tidak segera melepas saja CD hitam itu. Terus terang aku jadi tidak sabar untuk melihat bentuk sejelasnya vagina ibu.<br />
<br />
Selama ini, setiap mengintip, aku hanya bisa melihatnya sepintas. Kini, dengan posisi duduk mengangkang seperti itu, kalau CD nya dibuka pasti memek ibu bisa terlihat detilnya. Ternyata harapanku tidak sia-sia. Hanya, bukan Roni yang mengambil insiatif tetapi malah ibuku. “Kamu sudah kangen sama memek tante ya Ron? Tante buka deh celana dalamnya biar kamu bisa melihat sepuasnya atau melakukan apa saja sesuka kamu. Tetapi baju dan celana kamu dibuka juga dong, ” kata ibu sambil memelorotkan dan melepas celana dalamnya. Saat ibuku mau melepas jilbabnya ditahan sama Roni, “Jangan dilepas tante, tante lebih cantik kalo pake jilbab, sumpah”, rayu Roni Dan ibuku senyum-senyum saja mendengar kata-kata Roni, kini ibuku benar-benar telanjang tanpa sehelai benang yang menutupinya setelah CD warna hitamnya dilepas dan dilemparkan sekenanya, hanya jilbab yang masih menutupi kepalanya dan itu membuatku lebih terangsang karena Roni pernah bilang pengen ngentotin cewe yang masih pake jilbab, lebih bikin nafsu katanya dan bener banget karena kurasakan ada sensasi yang luar binasa kalo bisa ngentotin cewe yang masih pake jilbab. Dan yang membuatku kaget, memek ibu yang biasanya terlihat lebat ditumbuhi rambut hitam, telah dicukur gundul. Padahal tiga hari lalu, saat aku mengintipnya dari kamar seusai mandi, vagina ibu masih tertutup oleh kerimbunan rambut hitam keritingnya. Tetapi memek yang telah tercukur kelimis itu lebih merangsang karena seluruh detilnya jadi terlihat jelas. Dalam posisi duduknya yang mengangkang, kemaluan ibuku membentuk busungan besar yang terbelah di bagian tengahnya. Hanya, bibir bagian luarnya yang berwarna coklat kehitaman terlihat tebal dan berkerut. Kontras dengan warna di bagian dalam yang agak kemerahan. Sedangkan kelentitnya yang berada di ujung celah bagian atas, terlihat cukup besar ukurannya. Mungkin sebesar biji jagung dan tampak mencuat. Ah .. merangsang banget.<br />
<br />
Bibir bagian luar memek ibu yang berwarna coklat kehitaman, tebal dan berkerut itu, kemungkinan terbentuk akibat seringnya tergesek kejantanan milik laki-laki. Baik milik almarhum suaminya semasa hidup atau milik ayah kandungku yang menjadi teman selingkuh ibu. Bahkan mungkin kontol beberapa pria lain yang pernah singgah dalam hidupnya karena beberapa tahun lalu sempat pula kudengar kabar ibu ada main dengan salah seorang atasannya hingga sebagai PNS ia sempat dipindahtugaskan ke daerah terpencil selama beberapa waktu. Roni menghampiri ibuku setelah melepas baju kokonya dan semua yang dikenakannya. Kontolnya tampak tegak mengacung dan keras. Hanya, soal ukuran, kuyakin setingkat di bawah punyaku yang lebih panjang dan besar,palingan Cuma 13 cman dibanding punyaku yang kalo ngaceng banget bisa sampai 17cman. Tadinya kukira Roni akan langsung menindih dan menancapkan rudalnya di memek ibu yang memang telah menunggu untuk disogok.<br />
<br />
Namun dengan santai, bak lelaki dewasa yang sudah berpengalaman dengan perempuan, direbahkannya tubuhnya dekat tubuh ibu mengangkang. Posisi kepalanya persis berada diantara kedua paha ibu yang terbuka lebar atau persis berhadapan dengan memek ibuku. Posisi itu dipilihnya, nampaknya agar ia dapat dengan mudah menatapi memek ibuku dari jarak sangat dekat dan sekaligus menyentuhnya. Ibuku kian membuka lebar kangkangan pahanya ketika tangan Roni mulai menjamah bagian paling sensitif miliknya. Diusap-usapnya bibir luar memek ibu yang tebal dan berkerut dengan telapak tangannya dan sesekali diselipkannya ujung jari tengah tangan Roni ke lubang di antara celahnya. Disentuh sedemikian rupa oleh tangan Roni, terlebih ketika jari tengah teman sekolahku itu menyentuh kelentitnya, mulut ibu mulai mendesis dan melenguh. Roni tak hanya menggunakan tangan untuk menyentuhnya tetapi mulai menggunakan lidahnya untuk menjilat dan mengkilik lubang kenikmatannya, maka desahan yang keluar berubah menjadi erangan. Bahkan tubuh ibuku terlihat menggelinjang dan tergetar ketika Roni mengecupi dan menghisapi kelentit ibuku. “Aauuw.. oh.. oh.. Ron kamu apakan memek tante.<br />
<br />
Ssshh.. sshh oh enak banget Ron. Ya.. ya ahh enak banget Ron, terus sayang ya terus aahhh , ” erangnya menahan nikmat. Suara yang keluar dari mulut ibuku, bukannya membuat Roni menghentikan aksinya. Tetapi malah memberinya semangat untuk membuat aksi jilatan dan hisapan dengan mulutnya lebih efektif. Lidahnya makin dalam dijulurkan ke dalam lubang kemaluan itu dan hisapannya pada kelentit ibu dilakukannya dengan lebih keras dan gemas. Hingga tubuh ibuku berkali- kali meronta dan menggeliat namun terlihat sangat menikmatinya sambil meremas sendiri ujung jilbabnya. Puncaknya, Roni tak hanya menjilati lubang memek ibuku. Lidahnya yang kuyakin telah terlatih untuk menjilati lubang kemaluan Bik Suti, wanita yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya yang sering diceritakannya, mulai mencari sasaran lain. Itu kuketahui karena setelah ia meremas-remas pantat besar ibuku dan membukanya hingga lubang anusnya terlihat, lidahnya kembali dijulurkan dan diarahkan ke sana. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun ia mulai menyapu-nyapukan lidahnya di lubang anus yang berwarna senada dengan memek ibu yang coklat kehitaman. Tidak hanya menyapu dan menjilat, lidah Roni pun dicolokkan bagian ujungnya seolah berusaha menerobos ke bagian dalam lubang anus itu. Diperlakukan seperti itu ibu memekik keras menahan nikmat. “Iiiihhhh diapakan lagi tante Ron. Okh.. okh.. sshh … aahh enak banget Ron. Kamu pintar banget sayang. Tante nggak pernah merasakan yang seperti ini, ” ungkapnya terbata di sela-sela rintihan dan lenguhan yang keluar dari mulut ibuku.<br />
<br />
Mungkin karena sudah tak tahan menahan gairah yang kian memuncak, ibu akhirnya menggeser tubuh. Melepaskan pantatnya dari mulut Roni yang terus mencengkeram menyerang anusnya dengan jilatan lidahnya. Tadinya ibu bermaksud melakukan serangan balik yakni mengerjai kontol Roni dengan mulutnya. Namun Roni memaksa ingin tetap dapat mengerjai bagian bawah tubuh ibu. Hingga akhirnya disepakati untuk melakukan posisi 69 yang memungkinkan keduanya dapat menjilat dan menghisap bagian paling peka milik keduanya. Dengan posisi merangkak di atas tubuh Roni yang telentang, ibu memulai aksinya dengan melakukan sapuan dan jilatan pada kepala penis Roni yang tegak mengacung. Lalu, dikulum dan dimasukkannya batang penis Roni ke dalam mulutnya sambil dihisap-hisapnya. Merangsang banget, melihat ibuku yang masih berjilbab mengeluar masukkan kontol Roni. Perlakuan serupa dilakukan ibu pada kedua biji pelir kemaluan Roni.<br />
<br />
Maka kini Roni dibuatnya seperti cacing kepanasan. Tubuh Roni terlihat mengejang. Ia juga mengerang melampiaskan rasa nikmat yang diterimanya dengan meremasi bongkahan pantat besar ibuku. Menikmati adegan panas yang dilakukan ibu dan Roni dari tempatku mengintip, tanpa sadar aku mengeluarkan sendiri kontolku yang juga telah tegak mengacung dan mulai meremasinya sendiri. Nafasku memburu menahan gairah yang kian membakar. Ah, kapan aku bisa menyentuh dan menikmati keindahan tubuh ibu seperti yang tengah dilakukan Roni saat ini, keluhku membatin. Bahkan sempat pula menyelinap dalam anganku untuk menikmati kehangatan tubuh Tante Romlah, ibunya Roni. Kocokan pada penisku makin kupercepat ketika adegan di kamar ibu mendekati klimaks. Kulihat ibu telah dalam posisi berjongkok di atas pinggul Roni dan mengarahkan lubang memeknya ke tonggak kontol Roni yang tegak mengacung. Maka ketika pantat ibu diturunkan perlahan, masuk dan amblaslah batang kontol itu ke dalam kehangatan kemaluan ibuku.<br />
<br />
“Kamu diam saja Ron, kini giliran tante yang memberi kenikmatan, ” kata ibu sambil mulai menaik-turunkan pinggulnya. Tidak hanya gerakan naik turun yang dilakukan ibu di atas tubuh Roni. Sesekali, sambil membenamkan lebih dalam kontol Roni di dalam lubang memeknya, pinggul ibu memutar-mutar sambil meremas- remas rambutnya yang berjilbab sehingga agak longgar juga jilbab ibu dan tangan Roni kadang ikut meremas tetek ibu yang besar itu, hingga keduanya merasakan kenikmatan yang ditimbulkan. “Ah.. sshhh oh.. oh.. memek tante enak banget seperti menghisap.<br />
<br />
Oh.. oh enak banget tante, ah.. ah punya Roni mau keluar tan, akkhhhh … oouugghhh,” “Tahan dulu Ron jangan dikeluarkan dulu. Kita ganti posisi ya? Biar keluarnya sama-sama enak, ” ujar ibu sambil merubah posisi. Tanpa menunggu lama, setelah ibu kembali dalam posisi mengangkang, Roni yang terlihat sudah tidak mampu lagi mengontrol gairahnya langsung mengarahkan ujung kontolnya ke lubang memek ibuku. Dan entah disengaja atau karena tak mampu menahan gairah yang menggebu, Roni menurunkan pinggulnya dengan sentakan yang cukup kuat. Akibatnya, di samping batang kemaluan Roni langsung amblas terbenam, ibu jadi memekik tertahan. “Auw .. pelan-pelan dong sayang,” “Maaf tente. Habis Roni gemes sih sama memek tante, ” kata Roni sambil terus menaik turunkan tubuhnya di atas tubuh ibuku. Awalnya hanya perlahan. Namun ketika ibu mulai meningkahi dengan menggoyang-goyang memutar pinggulnya, hunjaman kontol Roni di memek ibuku semakin cepat.<br />
<br />
Akibatnya peluh nampak berleleran pada pasangan berlainan jenis sekaligus berbeda usia cukup jauh yang tengah melampiaskan hasratnya itu. Sesekali tangan Roni kulihat ikut menarik, meremas kuat jilbab ibu, menjamah dan meremasi tetek ibuku yang terguncang- guncang. Memilin-milin putingnya dan juga menghisap dengan mulutnya. Tenda-tanda keduanya hendak mencapai klimaks terlihat ketika gerakan Roni terlihat kian tidak terkontrol. Begitu pun ibu, goyangan pinggulnya tidak berirama lagi. Puncaknya, keduanya sama-sama memekik dan mengerang dengan tubuh mengejang. “<br />
<br />
Hhaakh..akkhhh..mmm..ssssstt….. nnhhikkhhmmaaat …… bbhhaannggeetthh…. Rrrhhonn” erang ibuku, “Tante Mmmhhoo ssshhaammmppp….oouugggghhh……” teriak ibuku sambil meremas kuat jilbabnya yang sudah mulai terlepas. “ Iiiyyyaahhh… tttthhaannn… ssshhhaaamm…mmaa…aaahhhh……” tukas Roni sambil ngeremes tetek ibu kuat-kuat. Maka jebolah pertahanan Roni, maninya tercurah menyembur di lubang nikmat memek ibuku “ Nnnikkhmatt… banget tantee..<br />
<br />
haakh..hakh..aaaarrrggghhhh …… cccrooottt….crrrooott ……sssssttttt…..hhhooookhhhhh….” ceracau Roni. Sedangkan ibuku, puncak orgasmenya ditunjukkan dengan belitan kakinya ke pinggang Roni dibarengi tubuh yang mengejang hebat.<br />
<br />
“Oookkhhhhh……yyyyaaahhhhh ……eemmmmhh……ssssttthhhh…… “ Pagi itu, setelah ibu kembali ke kamar seusai membersihkan diri di kamar mandi, sebenarnya Roni mencoba melakukan pemanasan kembali. Saat ibu berdiri di depan meja rias dan hendak memakai celana dalam, Roni mencegahnya. Ia berjongkok di depannya dan mulai mengecupi memek ibu. Bahkan salah satu kaki ibu diangkatnya dan ditempatkannya di kursi meja rias hingga memudahkannya menjilati memek ibu. Namun kendati ibu terlihat kembali terangsang oleh hisapan mulut Roni pada kelentitnya, ia menolak melanjutkannya lebih jauh. Menurut ibu, hari ini ada rapat penting di kantornya yang tidak dapat ditinggalkan.<br />
<br />
Maka Roni terpaksa harus menahan diri untuk kembali melampiaskan gairah mudanya yang masih menggebu. Keduanya meninggalkan rumah setelah berdandan rapi. Sedangkan aku, terpaksa meneruskan onaniku yang belum tuntas sambil membayangkan hangatnya tubuh ibuku. Bagian II Sejak peristiwa itu, aku jadi tahu kemana perginya Roni tiap membolos sekolah tanpa mengajakku. Belakangan memang Roni sering membolos tetapi tidak memberitahu dan mengajakku. Rupanya dia punya acara asyik ngentot dengan ibuku. Tetapi yang membuatku kagum dan mengundang rasa ingin tahuku, bagaimana awal mulanya hingga ia bisa berselingkuh dengan ibuku? Untuk bertanya langsung padanya aku tidak berani.<br />
<br />
Takut dia jadi tahu bahwa sebenarnya perbuatannya dengan ibuku telah diketahui olehku dan pertemananku dengannya jadi renggang. Lagian terus terang, kalau diberi kesempatan, aku juga ingin banget bisa bisa menikmati memek ibu. Juga ngentot dengan ibunya Roni yang bodi dan keseksiannya nyaris sama dengan ibuku jadi aku harus membina keakraban dengan Roni. Hanya untuk melangkah ke arah itu aku belum berani dan tidak punya pengalaman seperti Roni.<br />
<br />
Belakangan, sejak mengetahui antara ibu dan Roni ada hubungan khusus, aku sering memberi kesempatan agar mereka bisa menyalurkan hasratnya secara lebih leluasa. Saat Roni main ke rumah, aku pura-pura punya acara dengan teman lain dan meninggalkan mereka. Padahal, aku malah ke rumah Roni dengan berpura-pura pada ibunya hendak menemui dia. Hingga belakangan hubunganku dengan ibunya Roni makin akrab dan aku bebas melakukan apa saja di rumahnya seperti halnya Roni di rumahku. Seperti sore itu, di saat Roni main ke rumah, aku berpura-pura udah janjian dengan teman kampungku untuk menghadiri acara ulang tahun. Padahal aku langsung ke rumah Roni. “ Tadi katanya ke rumah kamu Did? Padahal udah dari tadi lho, ” kata ibunya Roni saat aku masuk. Saat membukakan pintu, ibunya Roni rupanya habis mandi. Tubuhnya kelihatan masih basah, terlihat dari baju kurung terusan yang dipakenya, tercetak teteknya yang menggunung. Tetek ibu Roni lebih manteb dari punya ibu, karena keliatan lebih runcing. Tapi jilbab yang dipakenya sudah tampak rapi, keliatan mau pergi.<br />
<br />
“Hemm…” dengusku agak kesal juga. Seperti halnya ibuku, ibunya Roni juga berbodi tinggi besar. Pantatnya besar membusung dengan pinggul yang mengundang. Hanya, kulit Tante Romlah (nama ibunya Roni) agak sedikit gelap. Tetapi kesemua bagian tubuhnya benar-benar merangsang hingga membuatku terpana menatapinya. Namun anehnya, kendati tatapanku terang-terangan tertuju pada dadanya yang agak tercetak dan bagian lain tubuhnya yang mengundang selera, ia seperti tak menghiraukannya. Setelah mempersilahkanku masuk dan menutup pintu, dengan santai ia membereskan koran dan majalah yang terserak di ruang tamu. Posisinya yang agak membungkuk saat melakukan aktivitasnya itu menjadikan gairahku terpacu lebih kencang. Betapa tidak, karena baju kurungnya yang lebih mirip kayak daster Cuma ga tipis-tipis banget membuat bongkahan pantat besarnya kini ikut-ikutan tercetak di bajunya dan keliatan ibu Roni belum sempat memakai CD. “Fiuh… sayang mo pergi.., sial” umpatku dalam hati Kuyakin itu disengaja.<br />
<br />
Karena ia seperti berlama-lama dalam posisi itu kendati koran dan majalah yang dibereskan hanya sedikit. Ah ingin rasanya meremas pantat besar yang menggunung itu. Kalau Roni, mungkin ia sudah nekad melakukan apa yang diinginkan. Tetapi aku tidak memiliki keberanian hingga hanya jakunku yang turun naik menelan ludah. “Eh Did, kamu ada acara nggak? Kalau nggak ada acara, tolong antar tante ya. Tante harus menagih ke orang tapi tempatnya jauh dan sulit kendaraan, ” ujarnya setelah semua koran dan majalah tertata rapi di tempatnya. “Eee.. ee bi.. bisa tante. Nggak ada acara kok, ” kataku agak tergagap. “Kalau begitu tante ganti baju dulu. Oh ya kalau kamu haus ambil sendiri di kulkas, mungkin masih ada yang bisa diminum, ” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang sangat manis namun sangat sulit kuartikan. Satu buah teh botol dingin yang kuambil dari kulkas langsung kutenggak dari botolnya. Rupanya, tontonan gratis yang sangat menggairahkanku tadi membuat tenggorokanku jadi kering hingga teh botol dingin itu langsung tandas.<br />
<br />
Belakangan baru kusadari, ternyata Tante Romlah tidak menutup kembali pintu kamarnya. Dengan bertelanjang bulat, karena baju kurungnya tadi telah dilepas, dengan santai ia memilih-milih baju yang hendak dikenakan. Maka kembali suguhan mengundang itu tersaji di hadapanku. Bukan hanya pantatnya yang besar membusung. Buah dada Tante Romlah juga besar tapi keliatan kencang dan meruncing, mungkin 36C lah. Putingnya yang berwarna coklat kehitaman, terlihat mencuat. Ah ingin banget bisa membelai dan meremasnya atau menghisapnya seperti yang dilakukan Roni pada tetek ibuku. Sebenarnya aku ingin banget melihat bentuk memek Tante Romlah secara jelas. Namun karena posisinya membelakangiku, aku tak dapat melihatnya. Tetapi benar seperti kata Roni, tubuh ibunya yang berambut sebahu itu masih belum kehilangan pesonanya sebagai wanita. Setelah menemukan baju yang dicari dan berniat dipakainya, Tante Romlah berbalik dan memergokiku tengah menatapi tubuh telanjangnya. Tetapi sepertinya ia tidak marah. Bahkan dengan santai, ia kenakan celana dalam di hadapanku.<br />
<br />
Hanya karena merasa tidak enak dan takut dianggap terlalu kurang ajar, aku segera meninggalkannya menuju ke ruang tamu untuk menunggunya. Ibunya Roni meski telah bergelar hajah dan setiap keluar rumah selalu membungkus rapat tubuhnya dengan busana muslimah, namun masih menjalankan usaha yang tercela. Di samping bisnisnya sebagai pedagang perhiasan berlian, ia juga meminjamkan uang dengan bunga tinggi atau rentenir, bahkan temenku Roni sempat beberapa kali memergoki ibunya jalan bareng sama laki-laki di luar. Hanya kalau di rumah, pakaian yang dipakainya agak lebih santai dan lebih tipis, menurutku lebih seperti daster ibu- ibu tetangga cuman lebih panjang dan berlengan dan tidak sungkan- sungkan memamerkan tubuh indahnya seperti yang barusan dilakukan di hadapanku. Rumah orang yang ditagih Tante Romlah ternyata memang cukup jauh dan kondisi jalannya juga jelek. Untung orangnya ada dan memenuhi janjinya membayar hutang hingga Tante Romlah terlihat sangat senang. Saat pulang, karena sudah malam dan kondisi jalan sangat jelek, beberapa kali motorku nyaris terguling. Karena takut terjatuh, Tante Romlah membonceng dengan memeluk erat tubuhku.<br />
<br />
Dengan posisi membonceng yang terlalu mepet, sepasang gunung kembar Tante Romlah terasa menekan punggungku. Aku jadi membayangkan bentuknya yang kulihat saat ia telanjang di rumahnya. Hal itu membuatku terangsang dan menjadikan konsentrasiku mengendarai sepeda motor agak terganggu. Bahkan nyaris menabrak pengendara sepeda yang ada di hadapanku. Untung Tante Romlah segera mengingatkannya. “Did karena kamu sudah mengantar tante, tante akan memberi hadiah istimewa. Tapi kamu harus menjawab dulu pertanyaan tante dengan jujur, ” kata Tante Romlah saat perjalanan hampir sampai rumah. “Pertanyaan apa Tan?” “Tadi waktu lihat tante telanjang di kamar, kamu terangsang kan ?” katanya berbisik di telingaku sambil kian merapatkan tubuhnya. Aku tak menyangka ia akan bertanya seperti itu. Aku jadi bingung buat menajawabnya. Harusnya kujawab jujur bahwa aku sudah sangat terangsang. Tetapi aku nggak berani takut salah. Sampai akhirnya, kurasakan tangan Tente Romlah meraba bagian depan celana dan meraba kontolku yang telah tegang mengacung.<br />
<br />
“Ini buktinya punyamu tegang dan mengeras. Pasti karena terangsang membayangkan tetek tante yang menempel di punggungmu kan ?” “I..i.. iya tan,” kataku akhirnya menyerah. “Nah gitu dong ngaku. Makanya cepet deh bawa motornya biar cepet sampai rumah. Kalau Roni belum pulang, nanti kamu boleh lihat punya tante sepuasmu, ” ujarnya lagi sambil terus mengelus kontolku. Penawaran ibunya Roni adalah sesuatu yang paling kudambakan selama ini. Maka langsung saja kupacu kencang laju sepeda motor seperti yang diperintahkannya. Mudah-mudahan saja Roni belum pulang hingga tidak membatalkan niat Tante Romlah untuk memberi hadiah istimewa seperti yang dijanjikannya. Mudah-mudahan ia masih terus asyik menikmati kehangatan tubuh ibuku seperti yang pernah kulihat. Sampai di rumah, setelah tahu Roni belum pulang, aku diminta memasukkan sepeda motor dan menutup pintu. “Setelah itu tante tunggu di kamar,” ujarnya. Namun setelah semua perintahnya kulaksanakan, aku ragu untuk masuk ke kamar Tante Romlah seperti yang diperintahkannya.<br />
<br />
Tidak seperti Roni yang telah berpengalaman dengan wanita setidaknya dengan pembantu di rumahnya dan dengan ibuku, aku belum pernah melakukannya meskipun sering beronani dan membayangkan menyetubuhi ibuku maupun ibunya Roni. Hingga aku hanya duduk mencenung di ruang tamu menunggu panggilan Tante Romlah. Sampai akhirnya, mungkin karena aku tak kunjung masuk ke kamarnya, Tante Romlah sendiri yang keluar kamar menemuiku. Hanya yang membuatku kaget, ia keluar kamar bertelanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. “Katanya suka melihat tante telanjang, kok nggak cepet masuk ke kamar tante ?” katanya menghampiriku. Ia berdiri tepat di hadapan tempatku duduk seolah ingin mempertontonkan bagian paling pribadi miliknya agar terlihat jelas olehku. Tak urung jantungku berdegup lebih kencang dan jakunku turun naik menelan ludah. Betapa tidak, tubuh telanjang Tante Romlah kini benar-benar terpampang di hadapanku.<br />
<br />
Diantara kedua pahanya yang membulat padat, di selangkangannya kulihat memeknya yang menggunduk. Licin tanpa rambut karena habis dicukur. Dan seperti memek ibuku, bibir luar kemaluannya yang berwarna coklat kehitaman tampak berkerut-kerut. Seperti kebanyakan wanita seusia dengannya, perut Tante Romlah sedikit membuncit dan ada lipatan- lipatan di sana. Namun buah dadanya yang menggantung dengan putingnya yang menonjol nampak lebih besar ketimbang milik ibuku. Ibu temanku itu hanya tersenyum melihat ulahku yang seperti terpana menatapi bukit kemaluannya.<br />
<br />
Entah darimana datangnya keberanian itu, tiba-tiba tanganku terulur untuk meraba memek Tante Romlah. Hanya sebelum berhasil menyentuh, keraguan seperti menyergap hingga nyaris kuurungkan niatku. “Ayo Did pegang saja. Kamu ingin merabanya kan? Sudah lama punya tante nggak ada yang menyentuh lho, ” rayu Tante Romlah melihat keraguanku. Hangat, itu yang pertama kali kurasakan saat telapak tanganku akhirnya mengusap memek wanita itu. Permukaannya agak kasar, mungkin karena bulu-bulu rambutnya yang habis dicukur. Sedangkan di bagian tengah, di bagian belahannya, daging kenyal yang berkerut-kerut itu terasa lebih hangat. Aku mengelus dan mengusapnya perlahan. Ah, tak kusangka akhirnya aku dapat menjamah kemaluan Tante Romlah yang sudah lama kudambakan. Sambil tetap duduk, aku terus merabai memek ibu temanku itu. Bahkan jariku mulai mencolek-colek celah diantara bibir vaginanya yang berkerut.<br />
<br />
Lebih hangat dan terasa agak basah. Sebenarnya aku ingin sekali melihat bentuk kelentitnya. Namun karena Tante Romlah berdiri dengan kaki agak merapat, jadi agak sulit untuk dapat melihat kelentitnya dengan leluasa. Untungnya, Tante Romlah langsung tanggap. Tanpa kuminta, kaki kanannya diangkat dan ditempatkan di sandaran kursi tempat aku duduk. Dengan posisinya itu, memek ibunya Roni jadi lebih terpampang di hadapanku dalam jarak yang sangat dekat. Kini bibir kemaluannya tampak terbuka lebar. Di bagian dalam warnanya kemerah-merahan. Dan kelentitnya yang ukurannya cukup besar juga terlihat mencuat. “ Pasti kamu ingin lihat itil tante kan? Ayo lihat sepuasmu Did. Atau jilati sekalian.<br />
<br />
Tante ingin merasakan jilatan lidahmu, ” ujar Tante Romlah lagi. Ia mengatakan itu sambil memegang kepalaku dan menekannya agar mendekati ke selangkangannya. Jadilah wajahku langsung menyentuh memeknya karena tarikan Tante Romlah pada kepalaku memang cukup kuat. Saat itulah, aroma yang sangat asing yang belum pernah kukenal sebelumnya membaui hidungku. Bau yang timbul dari lubang memek ibunya Roni. Bau yang aneh tapi membuatku makin terangsang. Aku jadi ingat segala yang dilakukan Roni pada memek ibuku. Maka setelah menciumi dengan hidungku untuk menikmati baunya, bibir kemaluannya yang berkerut langsung kulahap dan kucerucupi. Bahkan seperti menari, lidahku menjalari setiap inci lubang nikmat Tante Romlah. Sesekali lidahku menyodok masuk sedalam yang bisa dicapai dan di kesempatan yang lain, ujung lidahku menyapu itilnya. Hasilnya, Tante Romlah mulai merintih perlahan. Tampaknya ia mulai merasakan kenikmatan dari tarian lidahku di lubang kemaluannya. “Ahhhh… sssshhhhh … aakkkhh enak banget Did.<br />
<br />
<h2>
Kamu Ngentot Ibuku, Aku Ngentot Ibumu</h2>
<br />
Terus sayang, aakkkhh .. ya.. ya enaaakhh sayang ahhhhh, ” suara Tante Romlah mulai merintih dan mendesis. Ia juga mulai merabai dan meremasi sendiri buah dadanya. Aku jadi makin bersemangat karena yang kulakukan telah membuatnya terangsang. Itil Tente Romlah tidak hanya kujilat, tetapi kukecup dan kuhisap-hisap. Sementara bongkahan pantat besarnya juga kuraih dan kuremasi dengan tanganku. “Auuww … enak banget itil tante kamu hisap sayang! Aahh …. sssshhhhh ..oookkkhhhh… enak banget. Kamu pinter banget Did,… aaakkkhhh ….ssshh …aaarrrggghhh,” rintihanya makin menjadi. Cukup lama aku mengobok-obok memek Tante Romlah dengan mulut dan lidahku. Memeknya menjadi sangat basah karena dibalur ludahku bercampur dengan cairan vaginanya yang mulai keluar. Akhirnya, mungkin karena kecapaian berdiri atau gairahnya semakin memuncak, ia memintaku untuk menghentikan jilatan dan kecupanku di liang sanggamanya.<br />
<br />
“Kalau diterusin bisa bobol deh pertahanan tante,” ujarnya sambil memintaku untuk berganti posisi. Namun sebelumnya, ia memintaku untuk membuka semua yang masih kukenakan. Bahkan seperti tak sabar, saat aku tengah melepas bajuku ia membantu melepas ikat pinggang dan memelorotkan celana jins yang kukenakan. Termasuk celana dalamku juga dilolosinya. ”Wow… kontol kamu gede banget Did! Keras banget lagi, ” seru Tante Romlah saat melihat kontolku telah terbebas dari pembungkusnya. Diremas-remas dan dibelainya kontolku, membuatku tambah ngaceng saja dan saat lidahnya mau menyentuh kontolku aku minta Tante Romlah mengenakan jilbabnya lagi, ku bilang rayuan yang sama punyanya Roni,<br />
<br />
“Tante keliatan cantik kalo masih pakai jilbab” rayuku, sambil senyum-senyum geli ibu Roni memakai jilbabnya kembali dan saat Tante Romlah sibuk memakai jilbabnya, aku gak sabar ngeliat tetek tante yang menganggur, seketika aku jilat-jilat sambil ku hisap pelan putting teteknya bergantian sehingga Tante Romlahpun agak menggelinjang, “ Oouukkhh…udah gak sabar ya, lidah kamu pinter juga… eemmmhhh……” desah Tante Romlah. “Sekarang giliran lidah tante Did” kata tante yang langsung jongkok dan mencaplok kepala kontolku dengan mulut dan lidahnya. “Uuukkhhh…… aaaakhhhhh…..” desahku saat lidah basah tante menyentuh kontolku,hangat banget. Mulut tante keliatan kesulitan menggelomoh kontolku yang lumayan besar diameternya, tapi meliat mulut tante bekerja keras mengenyot kontolku apalagi dengan masih pakai jilbab membuat aku sangat terangsang karena baru kali ini akau merasakan lidah perempuan menari-nari di kontolku. “ Mulut tante gak muat sayang, panjang dan gedhe banget sih, emm..emm… tapi tante suka banget…” Sambil menghisap, tante juga mengocok- ngocok kontolku hingga makin tambah panjang dan keras saja kontolku. Dengan gemas, tante mengulum juga biji kontolku sambil tangannya tetap mengocok kontolku dengan kencang. “Aaakkhhhh…… eennaakk …banget tante, mulut tante hhaaahh …<br />
<br />
ngaatthhh banget…oohh” ceracauku merasakan kenyotan mulut Tante Romlah yang luar biasa nikmat, kontolku seperti di sedut-sedut dan pintarnya mulut dan lidah Tante Romlah hanya bermain di kepala kontolku yang notabene itu bagian paling peka di kontol laki-laki sambil tangannya mengocok, meremas dan memilin-milin batang kontolku dengan cepat dan teratur. Aku makin gak tahan dengan perlakuan Tante Romlah tersebut, “Ennakkhh… sssaaayyyhhaaa….. dah gak kuaaat …tttaaann…” teriakku sambil ku remas- remas kepala tante yang berjilbab. “ Eemmm….mmmm……. sssllluuurrrpp….slluurrppp….iiyyahh…<br />
<br />
keluarin di mulut tante aajahh Did, tante pengen banget minumm ppeejuhh kkkaammuu ….” Jawab Tante Romlah sambil makin kenceng ngocok dan ngenyotin kontol ku. Saat kurasakan kenikmatan sudah di ubun-ubun dan aku gak mampu nahan lagi, kutembakkan seluruh maniku ke dalam rongga mulutnya sampai ada 8 kali tembakan tapi yang pertama bercecer di wajah tante sampai jilbabnyapun kena tembakan maniku saking kencengnya, “ Aaaaarrggghhhhhh……hhhhaaaaakkkhhhh ……cccrrootttt…… issseepp… tttaanttheee….aakkkhhhhh….. crrooott …crrottt…ccrroott……sserrrrr…… ookkhhhh….sssstttt…”<br />
<br />
teriakku sambil ngeremas jilbab tante dengan kuatnya. Dan Tante Romlahpun mengulum kontolku dengan kuat saat kutembakkan maniku sambil meremas gemas kontolku, “ eemmm….eemmmmmmhhh…. sslluurrrppp…. Enak banget pejuh kamu Did… ahhhhhh” desah tante sambil menelan semua maniku, sempat kulihat maniku lumayan banyak di mulutnya.<br />
<br />
sesaat aku merasa lemas banget, sambil mengatur nafas aku tiduran di kasur tante. Ternyata memang luar biasa, bisa ngecrotin maniku di wajah perempuan berjilbab, sensasinya luar biasa. “Kok belum turun-turun juga nih kontol?” kata tante melihat kontolku yang masih lumayan ngaceng walaupun udah ngecrot berulang-ulang. Dan memang kurasakan kontolku masih lumayan keras. “Sekarang, tante pengen ngajak kamu ngerasain kemutan tante yang bawah, mau gak Did ” tanya tante manja, membuatku mulai bergairah dan gak sabar pengen bener-bener ngentotin Tante Romlah. Dibelai dan di elus-elusnya kontolku sesaat. Ia sepertinya mengagumi ukuran kontolku. Lalu ia duduk di kursi tempat aku duduk sebelumnya dengan posisi mengangkang. Kedua kakinya dibukanya lebar-lebar hingga memeknya yang membusung terpampang dengan belahan di bagian tengahnya membuka. Kelentitnya yang mencuat nampak mengintip di sela-sela bibir luar kemaluannya yang berkerut-kerut. Tante Romlah yang nampaknya jadi tak sabar langsung menarikku mendekat. Dibimbing tangan wanita itu kontolku diarahkan ke lubang memeknya. “Dorong dan masukkan Did kontolmu. Ih gemes deh, punya kamu besar banget, ”. Tanpa menunggu perintahnya yang kedua kali, aku langsung menekan dan mendorong masuk kontolku ke lubang memeknya.<br />
<br />
Tapi, “Aaauuww,.. jangan kencang-kencang Did. Bisa jebol nanti memek tante, ” pekik Tante Romlah. Aku jadi kaget dan berusaha menarik kembali kontolku namun dicegah olehnya. “Jangan sayang, jangan ditarik. Biarkan masuk tetapi pelan-pelan saja ya, ” pintanya. Seperti yang dimintanya, batang kontolku yang baru masuk sepertiga bagian kembali kudorong masuk. Namun dorongan yang kulakukan kali ini sangat perlahan. Hasilnya, bukan cuma Tante Romlah yang terlihat menikmati sodokan kontolku di memeknya. Tetapi aku pun merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan yang sulit kulukiskan. Terlebih ketika kontolku mulai kukeluarmasukkan ke dalam lubang nikmat itu. Ah, luar biasa nikmat. Jauh lebih enak menikmati kehangatan memek Tante Romlah daripada mulut Tante tadi, kemutannya sangat terasa, peret banget. Bagian dalam dinding memek Tante Romlah seperti menjepit dan menghisap hingga menimbulkan kenikmatan tiada tara. “Ttteeerrrhhhussss…… Did,.. uuukkhhhhh… uuuuukkkhhhh…….<br />
<br />
kontolmu enak banget. Gede dan marem banget. Aakkhhh iiii …yyyyhhhaaa Diddd, terus sogok memek Tante ssshhayaaannggg. Aaakkkhhhh,.. aaakkkhhhhhh … aaaakkkkhhhh…. Ssshhhhhh……,” Tante Romlah mengerang nikmat. Mendengar erangannya, aku jadi kian bersemangat mengentotinya. Apalagi aku melakukannya sambil terus memandangi memeknya yang tengah diterobosi kontolku. Ternyata, di bibir luar kemaluan Tante Romlah ada sebentuk daging yang menggelambir. Saat batang penisku kudorong masuk, daging menggelambir itu ikut terdorong masuk.<br />
<br />
Namun saat aku menariknya, bagian tersebut juga ikut keluar. Melihat itu sodokan kontolku pada lubang nikmat wanita itu kian bersemangat. “Memek Tante nggak enak ya Did? Kok dilihatin begitu ?” Kata Tante Romlah. Rupanya ia memperhatikan ulahku. “Eee. enak bangat Tante. Sungguh. Memek tante bisa meremas. Saya sangat suka, ” ujarku tanpa berterus terang perihal bagian daging yang menggelambir dan menarik perhatianku. “Bener Did? Kalau kamu suka, kapanpun kamu boleh entotin terus tante. Tante juga suka banget kontol kamu. Aaaahhh ….. ssssskkkhhhhhh… aaaaakkkkhhhhhhh…<br />
<br />
eeennnaaaaakkkkkhhhhh bangat sayang. Ooouuggghhhhhhh terus Did, aaayyyooo sayang ssssshhhoooo …….gggghhhooookkkkhhh…… teruuuu..ssshhhhh. Aaaaakkkkhhhhhh… aaaahhhhhh …mmmmpphhhh ……sssssshhhhhh….aaaakkkhhhhh,” erang nikmat Tante Romlah sampai menggelinjang tak karuan. Sambil terus melakukan sodokan ke liang sanggamanya, perhatianku juga tertarik pada buah dada Tante Romlah yang terlihat terguncang- guncang seiring dengan guncangan tubuhnya. Maka langsung saja kuremas-remas teteknya yang berukuran besar dan kencang itu. Sesekali kedua putingnya yang mencuat, berwarna coklat kehitaman kupilin-pilin dengan jari- jariku.<br />
<br />
Alhasil Tante Romlah kian kelojotan, desah nafasnya semakin berat dan erangannya semakin menjadi. Aku menjadi keteter ketika wanita itu mulai melancarkan serangan balik dan menunjukkan kelihaiannya sebagai wanita berusia matang. Ia yang tadinya mengambil sikap pasif dan hanya menikmati setiap sogokan kontolku di memeknya, mulai menggoyangkan pinggulnya. Goyangannya seakan mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya. Maka yang kurasakan sungguh di luar perhitunganku. Jepitan dinding vaginanya pada kemaluanku terasa semakin menghimpit dan putarannya membuat batang kontolku serasa digerus dan dihisap. “Ooookkkhhhhh… ooohhhhhh… sshhh ..sshhh ahahh enak bangat tante.<br />
<br />
Mmmhheee … mmeeekkkhh tante enak banget. Sssshh ….. sssaaa.. ..saya ngggaaakkhh.. tahan tante. Ooohhhhh… ooouuukkhhhhhhh,” ucapku menahan kemutan memek tante yang sangat nikmat. “Ttthhhaaaaa……hhhhaaaannnn Did, tante jjjuuugggaaahh…. hampir sampai. Aakkkkhhhhh……nnniiiikkkkhhh…. mmaaatt banget… kkkhhhooo…nnntthhooollll…. kamu eeeennnaaakkkhhh banget Did. Aaaarrrgggggghhhhh.. sshhhhhh …. aaahhhhh sssssshh….<br />
<br />
Mmmmppphhhhh…….ookkhhh……akkhh aakhhh…aakkhhh….,” Erang Tante Romlah sambil tangannya meremas kuat pinggulku. Seperti yang diinginkannya, aku berusaha keras menahan jebolnya pertahananku. Namun saat goyangan pantat Tante Romlah kian menjadi, berputar dan meliuk-liuk lalu disusul dengan melingkarnya kedua kaki wanita itu ke pinggangku dan menariknya, akhirnya ambrol juga semua yang kutahan. Seperti air bah, air maniku kini memancar lebih deras dan lebih banyak dari ujung kontolku mengguyur bagian dalam memek ibu temanku itu diantara rasa nikmat yang sulit kulukiskan. “ Ssssaaa….yyyyhhaaaa nggaaaakkhhh…. tahan tanteeee, aaakkkkkhhhhhh… ooookkhhhh……… sssshhhhhh ..aaakkkhhh…<br />
<br />
aaaaakkkkhhhhhh..aakkhhhhhhh …… cccrrootttttt….crroott …cccrroottt….ccccrrootttt….sseerrrrr ……hhhoooookkhhh……….,” lolongku panjang sambil meremas kuat-kuat tetek Tante Romlah. Kenikmatan yang kudapat semakin berlipat ketika beberapa detik berselang, memek Tante Romlah berkedut-kedut menjepit, meremas dan seperti menghisap dengan keras kontolku. Rupanya, ia juga telah sampai pada puncak gairahnya. “ Ttttaaaannn…..tttteeeee….. jjjjuuu …gggaaa nyampaaaaiiii…… Did.<br />
<br />
Aaaaaaarrrrggghhhhhhh.. aaakkhhhh …… ssshhhh… ohhh …oookkhhhhhh … aaaakkkhhhhh……,. Enak… eenaakkkhhh…. bangat Did,… hhhaaahhh…. Hhhaaaakkhhhh.. aaaakkhhhh….. …..aaaakkkkhhhhhhhh,” ia merintih keras dan diakhiri dengan erangan panjang sambil jilbab yang sudah awut-awutan di kapalanya dia remas kuat-kuat. Tante Romlah menciumiku dan memeluk erat tubuhku dalam dekapan hangat tubuhnya yang bermandi keringat setelah puncak kenikmatan yang kami rasakan. “ Tante sangat puas Did. Sudah lama tante tidak merasakan yang seperti ini. Kalau kamu suka, pintu rumah tante selalu terbuka kapan saja, ” katanya sambil terus memeluk dan menciumiku sampai akhirnya ia mengajakku mandi bersama.<br />
<br />
Di kamar mandipun, aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan, melihat tubuh ibu temanku basah membuatku sangat bergairah. Aku hajar Tante Romlah dari belakang dengan tiba-tiba dan cepat, kontolku masuk lebih dalam, ku genjot ibu temanku ini dengan lebih ganas dan kuat sambil teteknya yang menggantung indah aku remas-remas dari belakang. Kebetulan di kamar mandinya ada cermin di dinding untuk berhias jadi aku bisa melihat wajah ibu temanku ini megap-megap, kelojotan menerima sogokan kontolku yang besar. “Aaaaauuwwwww……. Aaaaaarrggghhhh…..aaakkkhhh…aakkhh aakkhh…aakkhhh….<br />
<br />
Aarrrggghhhh… pppee…. Llhannn Dddiiiddd….” Jeritnya, tapi aku tetap saja menyogoknya dengan buas bahkan dengan ritme yang lebih cepat. Dan Tante Romlah hanya bisa menggelinjang-gelinjang dan tubuh ibu temanku ini berguncang- guncang dengan hebatnya. “Hhaahh …kenapa tante? Sakit tante?” godaku sambil tetap menyogokkan kontolku ke memeknya.<br />
<br />
“Nnggghh …ggggaaakkkhhh… Hhhooookkhhhh… nikmat bangat Did… kontolmu… manteb bangat…. Aakhh…aakkhh…aakkhh…akkhhh… Mmmmpphh… sssshhhhhh…” “Sssooo…dddooookkhhhh….. ttteruuss…. Dddiidddd… ooouugghhhh…..” “Tantteee…. Ddaaahhh …nnngggaaaakkhhhhh…. Tttaaahhhannn…. Aaaaakkkhhhhhhh…… oooouugghhhh…… ssshhhhhh….” Jerit orgasme ibu temanku ini sambil meremas-remas teteknya, badanya bergetar hebat, melenguh dan menjepit kontolku dengan sangat kuat serta menyedut-nyedutnya membuat aku juga nggak kuat, akhirnya kutembakkan maniku ke liang memeknya dengan masih aku sogok- sogokkan kontolku dan saat tembakan terakhir-akhir aku masukkan semua kontolku ke dalam memeknya, “Aaaaakkhhhhh…nnniikkkkhhh …mmmaattthhh….bbaannggaattt…. ttaaantteee….<br />
<br />
Ookkkhhhh…… ccrrooott….crrott…ccrrottt …aaaahhhhhhhh………” Tubuh kita sama-sama ambruk di lantai kamar mandi dan kontolku masih tetap kubenamkan di liang memek ibu temanku ini sambil terengah-engah merasakan guyuran air shower kamar mandi. Luar biasa nikmatnya. Malam itu setelah makan bersama, aku dan Tante Romlah mengulang beberapa kali permainan panas yang tidak sepantasnya dilakukan. Berkali- kali air maniku muncrat membasahi lubang memeknya dan membuat lemas sendi-sendiku. Namun, berkali- kali pula Tante Romlah mengerang dan merintih oleh sogokan kontol besarku. Baru saat menjelang pagi kami sama-sama terkapar kelelahan<br />
<div>
<br /></div>
Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-45195792031612721452018-06-04T21:36:00.000-07:002018-06-04T21:36:54.057-07:00Di Perkosa Kakak Kandungku Sendiri<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmjbDat9KPaQ4GcrsKd-IiCkxN0WmBsKeqq90kwu6oh9UvKs7ojsyQ_GyajGQDvHZbW0YGGwdAR0UTD_hBLW7Ftmj0cSOrtQ12lFtWDol82qulhRxz6F1bTx5yn9SQ-OpzWES9SI4SaMyF/s1600/2881.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Di Perkosa Kakak Kandungku Sendiri" border="0" data-original-height="385" data-original-width="586" height="420" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmjbDat9KPaQ4GcrsKd-IiCkxN0WmBsKeqq90kwu6oh9UvKs7ojsyQ_GyajGQDvHZbW0YGGwdAR0UTD_hBLW7Ftmj0cSOrtQ12lFtWDol82qulhRxz6F1bTx5yn9SQ-OpzWES9SI4SaMyF/s640/2881.png" title="Di Perkosa Kakak Kandungku Sendiri" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di Perkosa Kakak Kandungku Sendiri</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://ceritasexmediaqq.blogspot.com/">Cerita Sex Terbaru</a> - Namaku Dessy, 23 tahun. Aku sekarang tinggal di Jakarta. Banyak orang mengatakan bahwa aku sangat cantik, walau aku tak merasa demikian. Aku dilahirkan di satu keluarga yang biasa saja. Ayah dan ibuku bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta. Aku mempunyai 2 orang kakak laki-laki. Yoga, 29 tahun, dan Okky, 25 tahun. Keduanya belum menikah. Yoga bekerja sebagai montir mobil, Okky bekerja serabutan. Dan aku sendiri sampai saat ini belum bekerja setelah tamat kuliah D3.<br />
<br />
Aku selalu di rumah membantu ibu dalam urusan rumah tangga. Aku jarang keluar. Sampai saat ini aku belum mempunyai kekasih karena ada suatu hal yang akan aku ceritakan sekarang ini. Keluargaku tidak ada masalah dalam hal ekonomi. Ekonomi kami cukup walau tidak bisa lebih. Hanya saja ada satu hal yang sangat membebani perasaanku saat ini. Kurang lebih 5 bulan yang lalu awal dari beban perasaanku ini dimulai..<br />
<br />
Waktu itu, 5 April 2004 pagi hari, ayah dan ibu serta Yoga sudah pergi kerja. Hanya Okky dan aku yang ada di rumah. Okky masih tiduran di kamarnya walau sudah bangun. Aku sendiri sedang menyapu di tengah rumah. Kulihat Okky bangkit dari ranjangnya dan segera keluar dari kamar.<br />
<br />
“Masih ada makanan, tidak?” tanya sambil lewat.<br />
<br />
Tak kusangka tangan Okky tiba-tiba meremas pantatku dari samping sambil lewat.<br />
<br />
“Ihh.. Kamu ngapain sih!” aku membentak.<br />
<br />
Okky hanya tersenyum dan segera ke kamar mandi. Aku pikir Okky hanya iseng menggoda aku. Tapi ketika Okky sudah selesai dari kamar mandi, tanpa sepengetahuanku tiba-tiba Okky memelukku dari belakang.<br />
<br />
“Hei! Lepaskan aku!” aku berteriak sambil meronta.<br />
<br />
Tapi Okky malah sengaja meremas buah dadaku dan menciumi leher dan tengkuk aku. Aku terus meronta, tapi pelukan Okky makin kuat.<br />
<br />
“Diamlah, Des.. Sebentar saja,” bisik Okky di telingaku sambil tangannya tetap meremas buah dadaku.<br />
<br />
Entah kenapa aku jadi lemah meronta. Malah aku rasakan ada perasaan aneh yang menjalari tubuhku. Antara mau dan tidak, aku biarkan tangan Okky meremas buah dadaku. Bahkan ketika Okky menyingkap dasterku dan tangannya masuk ke celana dalamku, aku biarkan tangannya meraba dan menelusuri belahan memekku.<br />
<br />
“Mmhh…” aku mendesah dengan mata terpejam.<br />
“Ke kamar, yuk?” bisik Okky tak lama kemudian.<br />
<br />
Aku hanya bisa mengangguk. Okky lalu menarik tanganku ke kamarnya. Di dalam kamar, Okky dengan terburu-buru melepas semua pakaian yang melekat di tubuhku. Nafasnya terdengar cepat. Aku diam saja diperlakukan demikian oleh kakakku. Entah kenapa gairahku bangkit diperlakukan demikian.. Nafsuku makin terangsang lagi ketika kulihat Okky melepas semua pakaiannya dan terlihat kontolnya yang cukup besar dipenuhi bulu lebat berdiri dengan tegak.<br />
<br />
Okky menghampiri, lalu mengecup bibirku. Aku langsung membalas ciumannya dengan hangat. Tangan Okky kembali bermain dan meremas buah dadaku. Kontolnya sesekali menyentuh memekku sehingga membuat darahku selalu berdesir.<br />
<br />
“Ohh.. Ohh…” desahku ketika jari tangan Okky menyentuh memek dan menggosok-gosok belahan memekku. Aku sendiri langsung menggenggam kontol Okky dan meremasnya pelan.<br />
“Mmhh…” desah Okky sambil menggerakkan pinggulnya.<br />
“Isepin kontol aku, Des…” pinta Okky berbisik.<br />
“Tidak mau ah, jijik…” kataku sambil terus mengocok kontol Okky.<br />
“Ya sudah, masukkin langsung saja,” kata Okky sambil menarik tubuhku ke atas ranjang.<br />
<br />
Tak lama tubuh Okky langsung menindih tubuhku. Diarahkan kontolnya ke memekku lalu didesakannya pelan-pelan.<br />
<h2>
<br />Di Perkosa Kakak Kandungku Sendiri</h2>
<br />
“Aww! Pelan dong, Ky…” jeritku pelan.<br />
“Susah masuk nih…” kata Okky sambil terus berusaha memasukkan kontolnya ke memekku.<br />
“Aku masih perawan, Ky…” bisikku.<br />
<br />
Okky tak menjawab. Dia terus berusaha menyetubuhiku.<br />
<br />
“Bantuin dong…” bisik Okky.<br />
<br />
Akupun segera menggenggam kontol Okky. Aku arahkan kepala kontolnya ke lubang memekku.<br />
<br />
“Tekan pelan-pelan, Ky…” bisikku.<br />
<br />
Okky mulai mendesakkan kontolnya pelan.<br />
<br />
“Aww.. Terus tekan pelan-pelan.. Aww…” kataku sambil agak meringis menahan perih ketika kontol Okky mulai masuk ke memekku.<br />
“Pelan, Ky.. Pelan.. Aww.. Aww.. Mmhh.. Ohh.. Terus, Ky…” bisikku lirih ketika kontol Okyy sudah mulai keluar masuk memekku.<br />
<br />
Okky terus memompa kontolnya mulai cepat.<br />
<br />
“Ohh…” desah Okky disela-sela gerakannya menyetubuhi aku.<br />
“Kenapa kamu melakukan hal ini?” tanyaku sambil memeluk Okky.<br />
“Karena aku sayang kamu, suka kamu…” jawab Okky sambil menatap mataku.<br />
<br />
Aku diam. Tak terasa air mataku mengalir ke pipi..<br />
<br />
“Kenapa kamu menangis?” tanya Okky sambil menghentikan gerakannya.<br />
<br />
Aku diam sesaat. Mataku terpejam.<br />
<br />
“Karena.. Sudahlah…” kataku sambil tersenyum.<br />
<br />
Ada rasa tak menentu saat itu. Antara rasa sedih karena diperawani kakak kandung sendiri, dan juga gairah seks-ku yang sangat tinggi untuk disalurkan, dan entah perasaan apalagi saat itu yang ada di hatiku. Aku lumat bibir Okky sambil menggerakkan pinggulku. Okkypun segera membalas ciumanku sambil melanjutkan menggerakan kontolnya keluar masuk memekku. Lama kelamaan perasaan tak menentu yang sempat hinggap di hatiku mulai menghilang, terganti oleh rasa sayang terhadap kakakku dan rasa nikmat yang sangat tak terhingga. Tak lama aku rasakan Okky mulai menyetubuhiku makin cepat. Dengan mata terpejam didesakkannya kontolnya dalam-dalam ke memekku.<br />
<br />
“Ohh.. Aku mau keluar, Des…” kata Okky.<br />
“Jangan keluarkan di dalam, Ky…” pintaku sambil menggerakan pinggulku makin cepat mengimbangi gerakan Okky.<br />
<br />
Tak lama Okky segera mencabut kontolnya dari memekku cepat-cepat. Lalu, crott! Crott! Crott! Air mani Okky menyembur banyak di atas perutku. Okky lalu bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Diusap dan diremasnya buah dadaku. Akupun segera memegang dan menggenggam kontol Okky yang sudah mulai lemas.<br />
<br />
“Aku sayang kamu…” kata Okky sambil mencium kening dan mengecup bibirku.<br />
<br />
Aku tersenyum.. Begitulah, sejak saat itu kami selalu bersetubuh setiap ada kesempatan. Aku sangat menikmati persetubuhan kami. Kedekatan dan keromantisan hubungan kami semakin hari semakin kuat. Seringkali kami saling raba, saling remas bila sedang nonton televisi walau saat itu semua keluarga sedang kumpul. Aku nikmati itu setiap malam. Antara was-was kalau ketahuan dan rasa romantis serta nikmat, semua aku lakukan dengan suka hati.<br />
<br />
Rasa sayang yang sangat besar bisa aku rasakan dari Okky. Apapun yang aku mau, atau apapun masalah yang aku hadapi, akan selalu dipecahkan dan dilalui bersama Okky. Kenikmatan dalam persetubuhan dengan Okky telah membawa aku ke suasana yang serba indah. Dengan Okky pula aku bisa merasakan bagaimana nikmatnya melakukan oral seks. Bagaimana rasanya di jilat memek sampai orgasme, bagaimana rasanya menjilat dan menghisap kontol sampai air mani Okky tumpah di dalam mulutku dan menelannya.<br />
<br />
Untuk beberapa bulan kami nikmati “kegilaan” dalam hubungan asmara saudara sekandung. Entah sudah berapa banyak tempat yang kapai pakai untuk melampiaskan rasa sayang dan gairah dalam bentuk persetubuhan. Sudah banyak penginapan dan hotel yang kami singgahi untuk bisa memacu desah dan birahi untuk meraih kenikmatan. Entah sudah berapa puluh kali aku menghisap kontol dan menelan air mani Okky di dalam bioskop. Aku lakukan semua itu dengan perasaan bebas tanpa beban. Aku nikmati semua permainan yang kami lakukan.<br />
<br />
Tapi ada satu hal yang mulai membebani hatiku saat ini. Aku mulai merasa berdosa atas hubunganku dengan kakak kandungku. Pernah aku bilang kepada Okky untuk menghentikan hubungan ini, dan mengatakan bahwa aku ingin membina hubungan dengan orang lain. Okky marah besar karenanya. Dia mengatakan bahwa dia sangat sayang aku, dan tidak ada satu orang lelakipun yang boleh menyentuh aku. Bahkan pernah ada beberapa lelaki yang main ke rumah untuk menemui aku, tidak pernah lagi datang berkunjung karena Okky selalu ikut nimbrung ketika aku menemui mereka. Okky selalu dengan ketus menimpali setiap ucapan mereka dengan ucapan yang menyindir dan menghina.<br />
<br />
Hal lain adalah, aku tidak bisa menolak keinginan Okky untuk menyetubuhiku. Dan jujur saja kalau aku juga sangat menikmati cumbuan dia karena bisa memenuhi kebutuhanku untuk menyalurkan libido aku. Sekarang aku bingung harus bagaimana. Aku ingin hidup normal dalam membina hubungan asmara dan ingin normal dalam menyalurkan kebutuhan seks aku, tapi tidak mau menyakiti hati kakakku karena aku sangat sayang dia. Aku ingin hidup normal. Tolonglah..Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-86422252545927379572018-06-03T23:18:00.000-07:002018-06-03T23:18:01.385-07:00Kenikmatan Sex Dengan Guru Les Yang Body Nya Aduhai<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyQ25He8GXAmamrbC3xO3ygk2DbpmxHmhJpUTckDunIrZXUlYsmrugrYXxWBFVo-c1gS-nA3RTzAL09-A1cYsPRAPYZeSalYpJawqicOgBTxcO5Y7gowg9O62lqA3b0fYGgfZauZhbI0ed/s1600/2876.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kenikmatan Sex Dengan Guru Les Yang Body Nya Aduhai" border="0" data-original-height="451" data-original-width="448" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyQ25He8GXAmamrbC3xO3ygk2DbpmxHmhJpUTckDunIrZXUlYsmrugrYXxWBFVo-c1gS-nA3RTzAL09-A1cYsPRAPYZeSalYpJawqicOgBTxcO5Y7gowg9O62lqA3b0fYGgfZauZhbI0ed/s640/2876.jpg" title="Kenikmatan Sex Dengan Guru Les Yang Body Nya Aduhai" width="634" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kenikmatan Sex Dengan Guru Les Yang Body Nya Aduhai</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://ceritasexmediaqq.blogspot.com/">Cerita Sex Enak</a> - Pada hari itu saya mengadakan ujian semester setiap ujian saya tidak pernah dapat nilai bagus dan kali ini ujian nasional sudah mendekat dan saya takut tidak lulus, orang tua ku setiap hari memarahiku sepanjang waktu takut saya tidak lulus. Saya pun tidak memfokus pelajaran ku karena setiap kegiatan pulang sekolah saya langsung keluar sama teman-teman.<br />
<br />
Orangtua ku sangat marah melihat saya sampai memukul ku tetapi saya tidak open apa yang orangtua saya berkata yah…. ibarat nya masuk telinga kiri keluar telinga kanan la… hahahaha… jadi orangtua ku ingin saya mempunyai guru les untuk mengajari saya setiap pelajaran yang saya tidak bisa karena orangtua saya ingin saya lulus dan tidak membuat orangtua merasa malu.<br />
<br />
Pada hari selasa saya merasa capek sekali di sekolah dan saya pun langsung pulang kerumah tidak keluar sama teman-teman ku, saya ingin sekali tidur. Sampai dirumah saya melihat di ruang tamu ada cewek sangat cantik sekali badan ny putih, hot , seksi dan body nya WoW…. Aduhai… sekali. Hmmmm…. kakak ini ngak pernah saya lihat dan saya langsung menuju ruang tamu dan bertanya sama orangtua saya.<br />
<br />
Mak… kakak ini siapa yah? tamu dari mana? (aku bertanya), Ini nak… Guru les kamu dan kakak ini akan mengajari kamu semua mata pelajaran yang kamu tidak bisa (ibu ku menjawab). HAH….?? ( otak ku berpikiran aneh” dan jantung ku berdedak sangat kencang) langsung saya menjawab kepada ibu ku, Mau mak… Mau…<br />
<br />
Saya langsung berkenalan dengan kakak cantik ini, Nama saya hadi kak, Nama kakak siapa yah? (saya bertanya), Nama saya Selvi Putri panggil saja kak Selvi, Ooh… Salam kenal kak. jadi kapan mak… Kak Selvi mulai ajarin saya? (saya bertanya kepada ibu saya), kapan yah Selvi bisa mulai mengajari anak saya? (ibu saya bertanya kepada kak Selvi), Kak selvi jawab sangat lembut kapan pun bisa bu… mau hari ini juga bisa.<br />
<br />
Otomatis saya bicara hari ini aja mak… Kak Selvi mulai ajarin hadi biar bisa ujian ku besok. Langsung saya bawa kak Selvi ke ruangan saya. Di kamar saya enak dan lebar ada meja belajar juga, jadi saya otomatis bawa Kak Selvi ke ruangan kamar saya. Kak disini saja yah belajar nya? (saya bertanya), terserah Iwan saja mau belajar dimana yang penting nyaman menurut Hadi sendiri, Saya langsung buka kamar saya.<br />
<br />
Hadi : Kak duduk dulu saya ganti pakaian dulu yah..<br />
Selvi : Iyah… Wan pigi ganti dulu sana dan sekalian mandi biar segar.<br />
Hadi : Oke Kak, Lihat-lihat dulu kamar ku kak kalau capek golek-golek dulu kak di kasur.<br />
Selvi : iyah… Wan sana pigi beres-beres dulu.<br />
<br />
Sekitar 20menit saya selesai mandi dan buat minum untuk kak Selvi<br />
<br />
Hadi : Maaf kak lama, Ini di minum kak.<br />
Selvi : ngak apa-apa di , Makasih yah… minum nya. Enak juga kamar mu.<br />
Hadi : sama sama kak, yah… Kalau kakak ingin tiduran boleh kok kak.<br />
Selvi : Makasih di , Sebelum nya sudah pernah ada guru les ngak di ??<br />
Hadi : Ngak pernah kak, Dari dulu saya belajar sendiri tetapi setiap ujian dapat nilai merah terus kak.<br />
Selvi : hahahaha…. Gimana mau dapat nilai bagus kalau pikiran mu cuma main-main saja.<br />
Hadi : hehehehe…. Iyah kak, tau aja kakak ini.<br />
Selvi : Yuk… buka mata pelajaran kamu untuk besok.<br />
Hadi : Oke kak.<br />
<br />
Selama belajar saya asik lihat kak Selvi terus dan pikiran ku melayang-melayang seperti layang-layang, hahahaha…. Saya lihat body kak Selvi putih,manis,seksi,imut dan dada nya sangat gede yah… ukuran dada 34B, pingin saya pegang dada kak Selvi yang montok dan pingin ku jilat puting susu kak Selvi.<br />
<br />
Selvi : Di … apa yang kamu lihat?? dan apa yang kamu pikirkan?<br />
Hadi : Ngak kak, Maaf… Maaf…<br />
Selvi : (respon lihat badan ny dan geleng kepala nya sambil senyum)<br />
Hadi : kak… Di minum air nya nanti ngak dingin lagi, Oyah… Kak… Saya mau tanya sama kakak,boleh ngak?<br />
Silvi : Iya… Dii , Emang mau tanya apa di ? silakan kalau mau bertanya.<br />
Hadi : Kakak kok bisa cantik sekali dan badan kakak putih?<br />
Selvi : hahahaha… Pertanyaan kamu ada ada aja Wan, memang dari lahir loo..<br />
Hadi : Ooh… hahahaha…. Kak pelajaran ini saya ngak bisa (pelajaran matematika)<br />
Selvi : Yang mana di ngak bisa? sini kakak lihat.<br />
Hadi : (Otomatis saya pikiran ku ingin kakak lengket dengan saya) Sini loo… Kak… yang ini kak.<br />
Selvi : Yang mana?<br />
<br />
“Kak Selvi langsung datang di samping saya dada nya ntah sengaja di lengket kan ke badan ku sehingga kontol ku naik dan merasa empuk sekali,Ucap Hadi ”. Selama 2 jam Kak Selvi mengajari saya, Kak Selvi capek dan pingin istirahat sehingga bersandar di kasur saya. “Kak capek yah… Kalau capek kakak tiduran dulu kak, ngak apa apa kok kak saya belajar sendiri nanti saya ngak bisa saya bangunin kakak,Ucap Hadi ”.<br />
<br />
“Kak Selvi langsung ke kasur saya dan tiduran-tiduran dan saya kunci pintu kamar saya,Ucap Hadi ”. “Ngapain di kunci pintu nya di … Emang nya mau ngapain?? ucap kak Selvi”. “kakak kan mau tiduran jadi saya kunci biar tidak ada yang masuk lihat kakak sedang tidur,ucap Hadi ”. “Udah… kakak istirahat dulu saya belajar dulu,oke kak. Ucap Hadi ”.<br />
<br />
Setelah kak Selvi tidur saya melihat terus dan saya sangat pingin memegang dada nya sangkin napsu saya naik, saya tidak ingin melihat nya. “Sekitar 10menit kak Selvi bangun, Sini Di … kakak mau tanya? Ucap Selvi”. “Mau tanya apa kak,Ucap Hadi ”. “ Hadi dari tadi lihat kakak terus, Emang Hadi lihat apa? coba jujur sama kakak ngak usah malu-malu,Ucap Selvi”. “Ngak apa apa kok kak ( malu saya kalau jujur) , Ucap Hadi ”. “Dari tadi kakak merasa Hadi melihat dada kakak terus deh,iyah kan?”, Ucap Selvi”. “(Ngak malu-malu lagi) iyah… kak maaf kalau Iwan kurang ajar” Ucap Hadi ”.<br />
<br />
Selvi : Kenapa dengan dada kakak? mau pegang?<br />
Hadi : Ngak kak…. Ngak berani…. Maaf kak…<br />
Selvi : Kalau mau pegang dada kakak, Silakan loo… dari pada lihat terus.<br />
Hadi : hah?? Emang Boleh kak?<br />
Selvi : Boleh… donk… Sapa yang bilang ngak boleh.<br />
<br />
<h2>
Kenikmatan Sex Dengan Guru Les Yang Body Nya Aduhai</h2>
<br />
“kak Selvi langsung buka pakaian nya dan buka bra nya, WoW….. Sangat besar sekali dada kakak dan padat, Napsu saya langsung naik. Ngak tahan melihat nya saya langsung pijit dada kak Selvi”.<br />
<br />
Selvi : pelan-pelan donk Di … Enak kan?<br />
Hadi : Iyah… kak… Enak…. Kenyal….<br />
Selvi : Diisap dong Dii …<br />
Hadi : Iyah kak.<br />
<br />
Orgasme kak Selvi naik dan tidak tahan saya menjilati puting susu nya, dan tangan saya bermain Vagina nya sampai Kak Selvi tidak tahan keluar cairan putih dari Vagina kak Selvi Crooot……. Croottttt…… Crooootttttt…… Ahkk…… Ahk…… “ Hadi berani ngak isap kliroritas kakak? ucap Selvi ”. “Berani kak (langsung saya jilat dan bermain dengan lidah saya)”. Ahk…. Ahk…. Ahhhkkkk…… Enak Di ….. Achhhhhhhhhhhh…………… Acccchhhh…………<br />
Croooottttt…… Crrooooot……………. Crootttttt………………… Keluar lagi cairan putih kak silvi membasahi wajah ku.<br />
<br />
Kak Selvi tidak bisa menahan lagi dan akhir nya kak Selvi juga emut kontol ku dan kami pun bergaya 69, selama 10menit. Aahhhh….. Aaaaaahhhhhkkkkk….. accchhhhhhhkkkkk………………………. “ Hadi sudah pernah melakukan Seks?? Ucap Selvi”. “Belum pernah kak masih perjaka aku kak baru sekali ini sama kakak,Ucap Hadi ”.<br />
“Sini kakak ajarin yah…. Ucap Selvi”.<br />
<br />
Kak Selvi pun ambil kontol ku yang berukuran 14cm masukan ke vagina nya,”pelan-pelan masukin nya yah Di … ucap Selvi”. “iyah… kak. aku masukin dengan pelan-pelan sampai semua kontol ku masuk, aku langsung bergoyang maju-mundur. ahhhhkkkk……………… ahhhhkkkkk….. Enak nya kak…. kayak gini rupanya seks…. ucap Hadi . Iyah… donk wan enak kan….. lanjut kan yah goyang nya. Iyah… kak…. Ahhhhhhhkkkkkkkkkkkkkkkkk…………… aaahhhhhhhhhhhhhhccckkkkkkkkkkkk…… sangat becek vagina kak Selvi dan saya pun terus goyang maju-mundur dan tangan sambil pijit dada nya dan mulut ku sambil ku isap puting susu nya untung saya sudah pernah lihat firm porno. Ahhhhhhhhhhhkkkk………….. ahhhhkk……………… ahhhckkkkcccckkk……… Waaannnnn…. Aaaahhhhkkk……. Ahhcskkkkkkkkk……. Waaannnnn……….. enak seeeee……..kaliiiiiiii…….. aaahhhhhkkkkkkk…………<br />
<br />
Dii … kalau sudah mau keluar bilang yah…. biar kakak isap,Ucap Selvi. Iyah…. kak….. Aaaaahkk……. ahhhhhhh……. ahhhhkkkkcckkkk…… Kak………. selllll………viiiii…… sudah mau keluar. Ku tahan kan sampai ujung kontol ku dan kak selvi pun siap membuka mulut nya, ku keluar kan semua sperma ku ke mulut nya dan kena wajah nya. Sambil di isap kak selvi kontol ku aaahkkk….ahhhkkkk…. ahhhk…. Enak Wan?? ucap kak Selvi. “enak kak….”ucap Hadi .<br />
<br />
Selvi : Lain x Iwan Seks dengan kakak lagi yah… mau kan?<br />
Hadi : beneran kak? mau kak mau…. Soal nya enak kak (jawab dengan polos nya)<br />
Selvi : bener donk, tapi jangan bilang siapa-siapa yah… ini rahasia kita berdua.<br />
<br />
Selama 1 bulan kak Selvi dan saya selalu berhubungan intim pas datang dan pas pulang dalam 1 hari kami melakukan 2x, sangat senang bisa bertemu dengan kak Selvi dan saya pun tidak menyesal hilang perjaka ku karena kak Selvi sangat cantik sekali. Meskipun kak Selvi tidak mengajari saya les tetapi saya pun bisa berjumpa dengan kak Selvi di kost kak Selvi dan kami melakukan hubungan intim seperti suami istri. Sampai 3 bulan kak Selvi pulang ke jakarta dan saya pun tidak pernah berjumpa sama kak Selvi lagi dan tak pernah call atau pun sms an lagi ibarat nya lost kontak,begitu la cerita kisah Cerita seks ku dengan Guru les.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-11955962179797964612018-05-31T21:52:00.001-07:002018-05-31T21:52:42.178-07:00Cara Mendapatkan Lendir Kenikmatan Janda Berjilbab<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1xm7ZguvVDhumlUswvZ86gDuEUxRp14DuHy6yhqwe4phQ0BqM9CnJfP7GD5GR2O53TUieuic_P6zWTZoP9heIV3BWvwKOobhTDMYDuHjuLHbHeAPyPwjy1hh1QciViR1TWK2338sEBn-h/s1600/2854.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cara Mendapatkan Lendir Kenikmatan Janda Berjilbab" border="0" data-original-height="382" data-original-width="563" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1xm7ZguvVDhumlUswvZ86gDuEUxRp14DuHy6yhqwe4phQ0BqM9CnJfP7GD5GR2O53TUieuic_P6zWTZoP9heIV3BWvwKOobhTDMYDuHjuLHbHeAPyPwjy1hh1QciViR1TWK2338sEBn-h/s640/2854.PNG" title="Cara Mendapatkan Lendir Kenikmatan Janda Berjilbab" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cara Mendapatkan Lendir Kenikmatan Janda Berjilbab</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://ceritasexmediaqq.blogspot.com/">Cerita Sex Janda</a> - Nasib itu ada di tangan Tuhan. Seringkali aku memikirkan kalimat ini. Rasanya ada benarnya juga. Tapi apakah ini nasib yg digariskan Tuhan aku tidak tau mungkin lebih tepat ini adalah godaan dari setan. Seperti pagi ini ketika di dalam bus menuju ke kantor aku duduk di sebelah cewek cantik dengan jilbab dengan tinggi 150 cm, umur sekitar 27 tahun, bertubuh sekal dan berkulit putih (keliatan dari kulit wajah dan telapak tangannya). Mula-mula aku tidak perduli karena hobiku untuk tidur di bis sangat kuat namun hobi itu lenyap seketika ketika cewek berjilbab di sebelahku menarik tas dipangkuannya untuk mengambil hp-nya yg berdering. Sepasang paha montok tercetak jelas dari rok biru tua panjang nan ketat yang dipakainya. Pemandangan itu cukup menarik sehingga menggugah seleraku menjadi bangkit.<br />
<br />
Aku lantas mencari akal bagaimana memancing percakapan dan mencari informasi. Sepertinya sudah alamnya ketika kita kepepet seringkali ada ide yg keluar. Saat itu setelah dia selesai menelefon tiba-tiba mulutku sudah meluncur ucapan ,”Wachhh… hobinya sama juga yach !”. Sejenak dia memandangku bingung, mungkin berpikir orang ini sok akrab banget sich.”Hobi apaan ?” tanyanya. “Itu nitip absen”, sahutku dan dia tertawa kecil. “Tau aja kamu. Dasar tukang nguping”, sahutnya.Akhirnya obrolan bergulir. Selama percakapan aku tidak menanyakan nama, pekerjaan maupun teleponnya, tapi lebih banyak cerita lucu. Sampai akhirnya dia ngomong “kamu lucu juga yach.., nggak kaya cowok yang laen.””Maksud kamu ?” tanyaku lagi.”Biasanya mereka baru ngobrol sebentar udah nanya nama terus minta nomor telepon.” Setelah itu kami saling berkenalan. Perempuan muda berjilbab bernama Siti Fathiya, biasa dipanggil Tia. Obrolan terus berlanjut sampe dia turun di Thamrin dan aku terus ke kota. Dua hari kemudian aku bertemu dia lagi. Cewek manis berjilbab itu menghampiriku dan duduk disebelahku sambil bercerita bahwa teman-temannya penasaran karena dia hari itu punya banyak cerita konyol. Pagi itu kami menjadi lebih akrab. Sambil bercanda tiba-tiba dia berkata :”Kamu pasti suka maen cewek yach, soalnya kamu jago ngobrol banget. Pasti banyak cewek di bis ini yang kamu pacarin.”Sumpah mati aku kaget sekali denger omongan dia. Kayanya maksud aku buat kencan ama dia udah ketauan. Akhirnya karena udah nanggung aku ceritain aja ke dia kalo aku sudah beristri dan punya anak. Ech rupanya dia biasa aja, justru aku yang jadi kaget karena ternyata dia sudah nggak perawan lagi karena pernah MBA waktu lulus sekolah dulu. Sekarang dia sudah bercerai. Wuichhh, nggak nyangka banget kalo doi ternyata janda muda. Selanjutnya sudah bisa ditebak. Obrolan sudah lebih ringan arahnya. Akupun mulai memancing obrolan ke arah yang menjurus sex. Keakraban dan keterbukaan ke arah sex sudah di depan mata.<br />
<br />
Sampai suatu sore setelah dua bulan perkenalan, kami janjian pulang bareng. Hari itu dia mengenakan jilbab merah muda sewarna dengan hem dan rok panjangnya. Posisi duduk kami sudah akrab dan menempel. Bahkan Tia tidak sungkan lagi mencubit aku setiap dia menahan tawa atau tidak tahan aku goda. Beberapa kali ketika dia mencubit aku tahan tangannya dan dia tampaknya tidak keberatan ketika akhirnya tangan kirinya aku tumpangkan di pahaku dan aku elus-elus lengannya yang tertutup hem lengan panjangnya sambil terus ngobrol. Akhirnya dia sadar dan berbisik, “Wachh, kok betah banget ngelus tanganku, entar lengan bajuku jadi kusut lho. “Habis gemes ngeliat muka manis kamu, apalagi bibir tipis kamu,” sahutku sambil nyengir. “Dasar gila kamu,” katanya sambil menyubit pahaku.Serrrrrr…, pahaku berdesir dan si junior langsung bergerak memanjang. Aku lihat bangku sekelilingku sudah kosong sementara suasana gelap malam membuat suasana di dalam bis agak remang-remang. Aku angkat tangan kirinya dan aku kecup lembut punggung jarinya. Janda muda berjilbab itu hanya tersenyum dan mempererat genggaman tangannya. Akhhhhh… sudah ada lampu hijau pikirku. Akhirnya aku teruskan ciuman pada punggung jarinya menjadi gigitan kecil dan hisapan lembut dan kuat pada ujung jarinya. Tampaknya dia menikmati sensasi hisapan di jarinya.<br />
<br />
Wajahnya yang dihiasi jilbab itu tampak sendu terlihat cantik sekali. Dan akhirnya dia menyender ke samping pundakku. Ketika bis memasuki jalan tol, aktivitas kami meningkat. Tangan kananku sudah mengusap payudaranya yang putih berukuran 36 B dari luar kemeja merah mudanya. Terasa padat dan kenyal. Lalu perlahan jemariku membuka kancing kemejanya satu persatu dan menyusup kedalam BH miliknya. Putingnya semakin lama semakin mengeras dan terasa bertambah panjang beberapa mili. Sementara itu tangannya juga tidak tinggal diam mulai mengelus-ngelus penisku dari luar. Setelah beberapa menit kemudian tiba-tiba sikapnya berubah menjadi liar dan agresif. Dia tarik ritsletingku dan terus merogoh dan meremas penisku yang sudah tegang. Tanganku yang di dada ditarik dan diarah kan ke selangkangannya. Aku tidak dapat berbuat banyak karena posisinya tidak menguntungkan sehingga hanya bisa mengelus paha dari luar rok panjangnya saja. Aktifitas kami terhenti kala hampir tiba di tujuan. Dan dengan nafas yang masih tersengal-sengal menahan birahi kami merapikan pakaian masing-masing. Turun dari bis aku bilang mau anter dia sampai dekat rumahnya. Aku tau kita bakal melewati pinggir jalan tol.<br />
<br />
Daerah itu sepi dan aku sudah merencanakan untuk menyalurkan hasratku di daerah itu. Tampaknya janda muda berjilbab itu juga memiliki hasrat yang sama. Ketika berjalan, tangan kirikuku merangkul sambil mengelus payudaranya dari luar hem merah muda lengan panjang yang dikenakannya. Dan ketika kita melewati jalan yang sepi tersebut secepat kilat tangan kananku meraih kepalanya yang dibalut jilbab merah muda model modis dan langsung mencium dan melumat bibir tipisnya itu. Dengan cepat pula cewek berjilbab itu menyambut bibirku, menghisap dan menyedotnya. Tangannya langsung beraksi menurunkan ritsleting celanaku dan aku sendiri langsung mengangkat rok panjang model ketat miliknya. Rrrretttttt… aku tarik kasar cdnya…, jariku langsung menyelusup masuk ke vaginanya terasa hangat dan licin. Rupanya dia sangat terangsang sejak di bis tadi. Di tengah deru nafasnya Tia berdesah : “Ayo mas… masukin aja… aku kepengen banget nech.<br />
<br />
<h2>
Cara Mendapatkan Lendir Kenikmatan Janda Berjilbab</h2>
<br />
Hhhhhh…””Sebentar sayang”, sahutku, “Kita cari tempat yang aman.”Aku tarik dia melewati pagar pengaman tol dan ditengah rimbun pohon aku senderkan dia dan setelah menarik rok panjang model ketatnya itu sampai sepinggang Lalu buru-buru kuloloskan celana dalamnya kemudian kuangkat kaki kanannya. Sengaja celana dalamnya kusangkutkan di pergelangan kakai kanan yang kuangkat itu biar celana dalamnya tidak kotor menyentuh tanah. Dengan bernafsu aku buka celanaku dan megarahkan penisku ke vaginanya tapi cukup sulit juga. Akhirnya dia menuntun penisku memasuki vaginanya. ?Emmhhh…!?, kepala janda muda berjilbab merah muda itu mendongak sembari melenguh tatkala ujung penisku mulai penetrasi kedalam vaginanya. Luar biasa, itulah sensasi yang aku rasakan ketika penisku mulai menyeruak memasuki vaginanya yang sudah dibasahi cairan nafsu. Ditengah deru mobil yang melintasi jalan tol aku memompa pantatku dengan gerakan pelan dan menghentak pada saat mencapai pangkal penisku. Tia menyambut dengan menggigit pundakku setiap aku menghentak penisku masuk kedalam vaginanya. “Ooochhhh… auchhhh… Masssss… oochhh…”, desahnya.<br />
<br />
Birahi dan ketegangan bercampur aduk dalam hatiku ketika terdengar suara orang melintasi jalan dibalik pagar. Namun lokasi kami cukup aman karena gelapnya malam dan terlindung pohon yang cukup lebat. Bahkan mungkin orang yang berjalan itu tidak akan berpikir ada sepasang manusia yang cukup gila untuk ber cinta di pinggir jalan tol tersebut. “Gantian mas… aku cape”, katanya. Aku lantas duduk menyandar dan perempuan muda berjilbab merah muda itu memegang rok panjang yang kusingkap tadi agar tidak jatuh kebawah. Kemudian Tia mulai berjongkok mengarahkan vaginanya. Ketika penisku kembali menyeruak diantara daging lembut vaginanya yang sudah licin, sensasi itu kembali menerpa diriku. Sambil memegang bahuku, dia mulai menekan pantatnya dan menggerakan pinggulnya dengan cara menggesek perlahan, maju mundur sambil sesekali memutar.<br />
<br />
Kenikmatan itu kembali mendera dan semakin tinggi intensitasnya ketika aku membantu dengan menekan keatas pinggulku sambil menarik pantatnya. Desahan suaranya makin keras setiap kali kemaluan kami bergesekan, “uchhhhh… ssshhh… uchhhhh…”. Mataku sendiri terpejam menikmati rasa yang tercipta dari pergesekan bulu kemaluan kami sambil terus menggerakkan pinggul mengimbangi gerakannya.”Terus sayang… ayo terus”, desahku. Keringat sudah membasahi punggungnya dan gerakan kami sudah mulai melambat namun tekanan semakin ditingkatkan untuk mengimbangi rasa nikmat yang menjalar disekujur tubuh kami dan terus bergerak ke arah pinggul kami, berkumpul dan berpusar di ujung kemaluan kami. Berdenyut dan ujung penisku mulai siap meledak, sementara perempuan berjilbab ini mulai mengerang sambil menjepitkan vaginanya lebih keras lagi. “Hegghhhhhh… hhhegghhhh… heghhh… terus mas… sodok… sodok terussss… mas… yachhh… disitu… terus… terussss… ooocchhhhhhh”, dengan desahan panjang sambil mendongakkan kepalanya yang terbungkus jilbab, Tia menekan dan menjepit keras penisku sementara vaginanya terus berdenyut-denyut. ?Mass…mmhh…oouuccchh…?, pekiknya tertahan sembari menundukkan kepalanya yang berjilbab itu tatkala mencapai puncaknya.<br />
<br />
Aku hanya bisa terdiam sambil memeluk tubuhnya menunggu dia selesai orgasme. Ketika jepitannya mulai mengendur aku langsung bereaksi meneruskan rasa yang tertunda itu, tanpa basa basi rasa nikmat itu mulai menerjang kembali, berkumpul dan meledak menyemburkan cairan kenikmatanku ke dalam vaginanya. Aku sodokan penisku sambil menekan pinggulnya sementara kakiku mengejang menikmati aliran rasa yang menerjang keluar dari tubuhku itu. Setelah beristirahat beberapa menit kami saling memandang… akhirnya tersenyum dan tertawa.”Kamu memang bener-bener gila, tapi jujur aku sangat menyukai bercinta dengan cara seperti ini. Aku belum pernah senikmat ini bercinta.” akunya. “He.. he.. he.. sama donk”, kataku sambil mengecup bibir sang janda muda berjilbab yang tipis itu sementara kemaluanku mulai mengendur di dalam vaginanya. Setelah itu kami merapikan pakaian masing dan berjanji untuk mengarungi kenikmatan seks ini untuk hari-hari mendatang.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-63779960516244589372018-05-30T20:51:00.000-07:002018-05-30T20:51:16.283-07:00Main Kuda-Kuda Di Dalam Mobil Rasanya Seperti Di Surga<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Va-sQPWVRGYM6GWX2fLmOElVA86GgDyX9KHptSVaNPKB3MaBt0Kbjc0GTOMtrJoUZF7oafQQX4JieOwNICnvarjOuym1F5O4qLeoIUIBVVADNAyrULuPz-n7kFRCHt3Ajdt8frfvzmrr/s1600/2849.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Main Kuda-Kuda Di Dalam Mobil Rasanya Seperti Di Surga" border="0" data-original-height="366" data-original-width="488" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Va-sQPWVRGYM6GWX2fLmOElVA86GgDyX9KHptSVaNPKB3MaBt0Kbjc0GTOMtrJoUZF7oafQQX4JieOwNICnvarjOuym1F5O4qLeoIUIBVVADNAyrULuPz-n7kFRCHt3Ajdt8frfvzmrr/s640/2849.jpg" title="Main Kuda-Kuda Di Dalam Mobil Rasanya Seperti Di Surga" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Main Kuda-Kuda Di Dalam Mobil Rasanya Seperti Di Surga</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq Bonus</a> - Hey guest aku akan menceritakan cerita sex nyata yang pernah aku alami sendiri dengan pacarku tercinta. Panggil saja aku Robby, usiaku saat ini baru 24 tahun, dengan tertulisnya cerita sex nyatayang pernah aku alami ini semoga bisa menjadi fantasi sex bagi para maniak sexs. Aku adalah seorang pria single yang bekerja di sebuah perusahaan penyewaan alat berat di Jakarta.<br />
<br />
Berbicara masalah gaji bisa dibilang gajiku lumayan besar, perngasilanku rata-rata perbulan bisa 12-15 juta rupiah. Dari gaji yang aku kumpulkan selama bekerja 2 tahun pada akhirnya aku-pun bisa membeli sebuah mobil city car yang harganya 100 juta keatas. Sebagai seorang pria single yang mempunyai gaji yang terbilang fantastis dan memiliki sebuah mobil city car pastinya aku tidak sulit untuk mendapatkan pacar.<br />
<br />
Aku sering berganti-ganti pacar selam ini, yah bisa dibilang aku playboy sih. Nah disini aku akan menceritakan kisah sex yang aku alami dengan pacarku yang sebut saja namanya Arhin. Arhin ini adalah seorang gadis yang bekerja sebagai SPG kosmetik disalah satu Mall di Jakarta. Tau sendirikan SPG kosmetik, pastinya dia sangat cantik, body menarik dan mempunyai kulit tubuh yang putih mulus.<br />
<br />
Suatu ketika saat aku dan Arhin libur aku bermaksud untuk mengajaknya membeli TV untuk dikontrakanku, yah kebetulan Tv dikontranku sudah rusak. Ketika itu aku menjemput Arhin dirumah yang letaknya di pondok kelapa, jaktim. Aku menjemputnya sekitar jam 9 dirumahnya. Pagi itu Arhin terlihat sangat sexy sekal.<br />
<br />
Dia mengenakan dress ketat terusan yang panjangnya hanya 20 cm diatas lututnya dan Dressnya tanpa lengan baju. Rambutnya panjang hitam yang terurai membuat semakin sexy saja, belum lagi dress ketat itu membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas diamataku. Sungguh fresh sekali mataku, pagi-pagi seperti itu sudah dihadapkan dengan tubuh sexy pacarku.<br />
<br />
Payudara dan pantatnya yang sedang namun kencang juga terlihat jelas dari balik Dressnya itu. Pacarku yang berjalan berlenggak lenggok seperti model itu-pun segera menuju kemobilku yang sudah parkir di depan rumahnya,<br />
<br />
“ Pagi sayang, kamu hot banget sih pagi ini, ” ucapku sembari membuka pintu dari dalam mobil.<br />
“ Kayaknya kamu setiap hari bilang gitu deh sama aku, hhe… Aku bernampilan ginikan biar kamu terangsang sayang, hha…, ” ucapnya dengan senyuman manisnya lalu masuk kedalam mobilku.<br />
“ Tahu aja deh kamu sayang kalau aku selalu terangsang kalau lihat kamu,hhe… Yaudah yuk kita jalan, ” ucapku.<br />
“ Okey sayang, ” jawabnya.<br />
<br />
Saat itu-pun aku segera menginjak gas mobilku. Aku yang mengetahui jalan umum yang macet pastinya mengambil inisiatif untuk lewat jalan tol. Setelah beberapa saat aku menginjak gas mobilku akhirnya kami-pun masuk kepintu tol. Aku yang mengira tol itu tidak begitu macet ternyata sama saja macetnya, dari awal masuk pintu tol saja sudah antri lama sekali.<br />
<br />
Setelah kira-kira 10 menit akhirnya aku-pun sudah masuk jalan tol, jakarta, Jakarta mau jalan umum mau jalan tol tetep aja macet, huh. Kemudian aku-pun menyalakan tape mobil untuk menghilangkan kejenuhanku sembari menikmati jalan tol yang macet. Musik instrumental aku nyalakan hingga saat itu suasana di dalam mobil terasa romantic,<br />
<br />
“ Sayang romantis banget yah musiknya, jadi pingin peluk kamu deh sayang, ” ucap Arhin.<br />
“ yaudah sih peluk aja sayang, lagian kaca film mobilkukan aku kasih yang 80 persen, so kita mau ciuman , mau ML, mau apa aja juga nggk bakal ada yang ngelihat, hha…,” ucapku sembari menyetir.<br />
<br />
Kebetulan mobilku ini adalah mobil matic, jadi ketika macet aku tidak begitu lelah. Dengan satu kaki saja aku sudah bisa mengendalikan mobilku, hhe… pas banget sama kondisi dijakarta pokoknyalah. Sembari menyetir aku memang sudah sering berciuman dan berpelukan didalam mobil bersama Arhin. Saat itu-pun Arhin mulai memeluku dari samping,<br />
<br />
“ Sayang aku sayang banget deh sama kamu, emuuacchh, ” ucapnya.<br />
Saat itu memeluku sembari mencium bibirku,<br />
“ Ah sayang kamu tuh kebiasaan deh, pagi-pagi gini kamu Judah bikin aku Horny ah, Tuh lihat kontolaku udah berdiri,hihihi.., ” ucapku sembari melirik Penisku yang tegang didalam celanaku.<br />
“ Hahaha… mana coba aku lihat, ” ucapnya sembari mengarahkan tanganku pada penis-ku.<br />
Saat itu jalan tol memang macet sekali baru masuk 100 meter aja sudah macet, bahkan saat itu bisa berjalan 1 meter-pun. Sembari aku memegang setir, Arhin-pun segera mengelus dan meremas penis-ku dari luar celana,<br />
“ SSsshhh… enak banget sayang, terus remas kayak gitu sayang, ” ucapku.<br />
“ Iya sayang, daripada aku boring karena macet mendingan aku elus-elus kontol deh sayang, hha…, ” ucapnya sembari mengelus dan meremas penisku dari luar.<br />
“ Kamu tuh ya nakal banget sih sayang, hha… Sssshhh, ” ucapku merasakan nikmatnya remasan Arhin pada Penis-ku.<br />
<br />
Aku yang yakin jalan Tol akan macet berjam-jam maka aku timbulah fikiran untuk ngesex didalam mobil, yah itung-itung buwat pengalaman sex yang baru. Penis-ku yang sudah tegang maksimal rasanya sakit sekali jika tertahan didalam celanaku. Tanpa banyak bicara aku-pun segera gunakan handrem dan aku netralkan trasmisi mobilku,<br />
<br />
“ Sayang Kita Ml yuk, aku horny banget nih, habisnya kamu pagi-pagi udah bikin kontol aku berdiri, ” ucapku dengan wajah yang udah sangek (horny).<br />
“ Nggak mau ah, kamu tuh kayak nggak tempat aja, masak kita ML didalem mobil, udah gitu ini lagi dijalan tol lagi, ” ucapnya menolak.<br />
<br />
Mendengar tolakannya aku-pun tanpa menjawab langsung mencium bibirnya, aku tahu Arhin itu orangnya gampang Horny juga seperti aku, yah maklumlah namanya juga anak muda, hhe. Kuraih kepalanya dan aku cium bibirnya dengan penuh birahi sex. Seperti dugaanku dia pasti meladeni hasrat sex-ku. Diapun membalas ciuman-ku dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Sembari berciuman Arhin-pun mulai membuka resleting dan kancing celanaku. Aku yang melihatnya agak kesulitan akhirnya membantunya untuk membukanya. Sembari masih berciuman aku-pun membuka kancing celana, resleting sekalin aku mempelortkan celanaku hingga atas lututku. Aku melakukan itu agar dia mudah ketika mengocok penisku.<br />
<br />
<h2>
Main Kuda-Kuda Di Dalam Mobil Rasanya Seperti Di Surga</h2>
<br />
“ Sayang udah aku bukain tuh, buruan kocokin kontol aku, ” ucapku melepas ciuman kami sejenak.<br />
Tanpa menjawab dia-pun segera menciumku kembali, terlihat sekali saat itu dia sudah horny sekali. Disambarlah bibirku, diciumilah bibirku dengan ganasnya, sembari mengocok-ngocok penisku,<br />
“ Sssssshhh.. Euhhhhh…, ” lenguhku.<br />
<br />
Dikocoknya penisku dengan tangan lembutnya sembari kami terus berciuman. Sensasi sex yang luar biasa bercinta didalam mobil ketika jalanan macet, Ouhhh. Aku yang tidak mau tinggal diam, aku-pun segera emngarahkan tanganku pada vaginanya, mulailah aku selipkan tanganku dari balik dressnya. Akhirnya tanganku menemukan mainan juga, sebuah daging empuk yang menyembul imut.<br />
<br />
Mulailah aku mengelus-elus vagina Arhin yang masih terbungkus celana dalam, beberapa menit saja aku mengelus-elus vagina-nya dari balik celana dalamnya dia sudah basah,<br />
<br />
“ Euhhhhhhh… Enak sayang, Memek aku udah basah sayang, Ouhhh.., ” ucapnya sembari terus memaikan penisku.<br />
Saat itu kami-pun menghentikan ciuman kami, aku dan Arhin saling memberi rangsangan satu sama lain. Arhin menciumi telinga, leher, sembari terus mengocok penis-ku dengan gemasnya. Aku yang juga sudah Horny dari tadi, aku berikan rangsangan kepada Arhin seperti apa yang dilakukannya kepadaku. Aku mengelus-elus memeknya sembari menciumi lehernya.<br />
<br />
Didalam mobil city car-ku yang mempunyai kaca film 80 persen, membuat kami berbuat apa-pun didalam mobil, kami sama sekali tidak terlihat dari luar. Lagian orang juga tidak akan menyangka jika kami berbuat mesum didalam mobil, soalnya mereka pasti stress merasakan kemacetan dan hanya focus saja pada kemacetan.<br />
<br />
Beberapa saat kami-pun sama-sama memberikan rangsangan sex, penisku yang sudah mulai mengeluarkan lendir, menambah nikmat kocokan Arhin karena semakin licin saja ketika dikocok,<br />
<br />
“ Enak sayang terus sayang, Ouhhhh…, Sayang lepas celana dalam kamu dong, biar aku enak mainin memek kamu, ” ucapku dengan manja dan wajah mesum.<br />
“ Iya sayang, kayaknya kamu bakal perkosa aku deh ini nati,hhaaa…, ” ucapnya sembari melepas celana dalamnya.<br />
Setelah terlepas dimasukanlah celana dalamnya di dashboard mobilku,<br />
“ Sekalian BH-nya dong sayang, ntar aku susah dong kalau remas toket kamu, hhe.., ” pintaku.<br />
“ Iya, iya bawel, ” ucapnya lalu melepas Bh-nya dan dimasukan didalam dasbord juga.<br />
“ Nah gitu dong, sekarang sepongin aku bentar ya sayang, ” ucapku.<br />
“ Ihhhhh… banyak maunya deh, Huhhh… yaudah sini, ” ucapnya sedikit sebal namun manja.<br />
<br />
Dengan Birahi sex yang menggebu-gebu Arhin-pun segera meraih penisku didalam mobil saat itu. Posisi Arhin yang tadinya duduk, kemudian dia-pun menungging diatas jog, dengan menghadap padaku. Bisa dibayangkan para pemabaca ??? aku yakin pasti kalian bisa membayangkan. Lanjut kecerita. Dengan posisi-nya yang menungging itu kemudian dikulumlah penisku,<br />
<br />
“ Uhhhhhhhhh… Sssssss… kamu memang selalu bisa buat aku melayang sayang, kuluman kamu semakin hari semakin dahsyat saja, Ahhhhh.., ” ucapku memuji kulumanya.<br />
<br />
Dia yang sibuk mengkulum penisku tidak lagi menanggapi perkataanku. Memang sungguh hebat sekali Arhin dalam berhubungan sex. Dia mengkulum dengan menyedot kuat penisku, Ohhh, rasanya luar basa sekali. Penisku rasanya seperti tersedot oleh vacuum cleaner. Sesekali Arhin melepas kulumanya untuk menjilati batang penis, buah zakar bahkan selangkanganku.<br />
<br />
Kunikmati kuluman demi kuluman Arhin yang luar biasa itu didalam mobil. Aku yang ingin sama sama enak pada akhrnya aku memint Arhin agar mengganti posisi bercinta kami dengan posisi 69. Gila nggak tuh, bercinta didalam mobil dengan gaya sex 69 ketika macet didlam jalan tol, nanti jangan lupa di coba yah pengalaman sex kami para pembaca, hha.<br />
<br />
Lanjut kecerita, Arhin tanpa banyak bicara-pun mengangukan kepalanya, tanda bahwa dia setuju. Aku-pun segera merebahkan tubuhku dari tempat duduku hingga tempat duduk Arhin. Akuyang sudah Horny tidak perduli lagi dengan punggungku yang menimpa handrem mobilku, sebenarnya agak sakit tapi demi sex aku rela kesakitan.<br />
<br />
Aku yang sudah merebahkan tubuhku dan berada di bawah selangakan Arhin segera menyibakan Dressnya hingga keperutnya agar tidak emnggangu ketika aku menjilat dan menyedot vagina Arhin. Saat itu karena didalam mobil aku-pun maka kakiku-pun aku tekuk agar nyaman ketika bercinta. Setelah kami berada dalam posisi sex 69 kami-pun segera memulai percintaan kami.<br />
<br />
Mulailah kami saling mengisap dan menjilati alat kelamin kami,<br />
“ Ssssshhh… Eughhhh… Ouhhhh…, ” desah kami bersahut-sahutan.<br />
<br />
Memek Arhin semakin basah saja ketika aku menjilati memeknya. Dia mendesah, dan tubuhnya sering mengelincang. Sebaliknya aku juga seperti itu, kuluman Arhin semakinliar saja ketika aku mengimbangi hubungan sex kami dengan menjilati, sesekali menyedot itil-nya. Kami tidak perduli lagi dengan keadaan diluar mobil kami lagi.<br />
<br />
Entah mobil kami bergoyang atau tidak, missal-pun bergoyang-pun tidak masalah, yang penting aku bisa bercinta, hha. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya sex 69, gairah sex kami untuk segera ML-pun semakin tidak tertahan,<br />
“ Sayang udah yuk 69-nya aku udah pingin ML nih, Aku yang diatas yah, ” ucap Arhin penuh nafsu.<br />
“ Iya sayang, aku juga udah nggak kuat lagi, Ouhhhh…, ” ucapku.<br />
<br />
Kemudian aku dan Arhin-pun segera merubah posisi kami. Aku bangun dari rebahan lalu aku duduk diatas kursiku lagi,<br />
<br />
“ Oh iya sayang, ambilin kondom didalam dasbord yah, biar aman, hhe…, ” ucapku.<br />
<br />
Tanpa banyak bicara diambilkanlah kondom itu, karena Arhin sangat pengertian dia membuka bungkuskondon dan memakakan sekalian kondom itu. Setelah terpakai, Arhin segera berpindah duduk diatas pangkuanku. Alat kelamin kami sudah samas-sama basah jadi sat itu tidak perlu lagi memberi pelumas untuk alat kelamin kami,<br />
<br />
“ Sayang aku masukan yah, ”ucap Arhin.<br />
“ Iya sayang, tapi aku mundurkan dulu yah kursinya biar kita ML-nya nyaman, ” ucapku lalu memundurkan kursiku kebelakang.<br />
“ Jeglekkk… Sreeeeeeekkk… Glek…,” suara kursiku.<br />
Melihat posisi kami sudah salaing nyaman, Arhin-pun segera memasukan penisku didalam vagina-nya,<br />
“ Blesssssssssssss….., Ouhhhhhhhhhh… Sssssssssssshhh…, ” desah Arhin.<br />
<br />
Arhin yang sudah Horny sekali lalu segera bergoyang diatas penisku, posisi Arhin saat itu duduk diatas pangkuanku dan wajahnya menghadap pada wajahku. Kuliahat dia bergoyang dengan liarnya mengebor penisku. Penisku serasa diblender didalam memek Arhin. Luar biasa sekali pengalaman sex Arhin. Dia terus bergoyang sembari kedua tangannya berpegangan pada pundaku.<br />
<br />
Dia bergoyang memutar, maju mundur, dan naik turun dengan lincahnya diataspangkuanku. Memeknya benar-benar nikmat sekali. Aku yang memakai kondom saja hampir keok dibuwatnya. Aku yang pengalaman juga dalamberhubungan sex, akhirnya bisa menahan goyangan sex Arhin. Aku atur nafasku dan aku alihkan fikiranku agar aku tidak cepat klimaks.<br />
<br />
Beberpa saat Arhin bergoyang dengan penuh birahi sex. Mata Arhin kadang merem melek sembari terus mendesah,<br />
“ Ahhhh.. Ouhhhh… Ssssshhh… Ahhhh… Yeah… Eummhhhh…, ” desah Arhin tida karuan.<br />
<br />
Untung saja tape mobil aku besarkan volumenya, jadi saat itu suara desahan dan percintaan kami didalm mobil tidak akan terdengar dari luar, hhe. Saat itu aku Ml sembari mengawasi jalanan untuk memastikan bahwa jalantol masih macet. Karena masih macet aku-pun tenang. Arhin terus saja mengento aku tanpa henti.<br />
<br />
Ketika kurasakan aku tidak lama lagi akan klimaks nih, aduhhh kalah deh Gue, ucapku dalam hati. Namun tiba-tiba saja Arhin mendesah dan menghentikan goyanganya,<br />
“ Aghhhhhhhhhhh… Uhhhhhh… aku ngecrottt sayang… Ssssshhh.. Uhhhh…, ” ucapnya puas mendapatkan klimaksnya.<br />
“ Iya sayang, Ayo goyang lagi biar aku keluar…, ” ucapku penuh birahi sex.<br />
<br />
Saat itu Arhin bergoyang lagi dengan liarnya, dia meminta aku meremas payudaranya sembari terus bergoyang diatas tubuhku. Aku remas payudaranya, semakin liar saja dia goyanganya,<br />
<br />
“ Yah sayang seperti itu, terus.. aku bentar lagi keluar, ” ucapku sembari meremas payudaranya.<br />
Sekitar 1 menit setelah itu aku-pun akhirnya,<br />
“ Ahhhhhhhhh… Cruttttttttt… Crutttttttttt… Crutttttttttttt, ”<br />
Meledaklah spermaku didalam kondom itu,<br />
“ Aku keluar sayang, ahhhh… Nikmat sekali sayang,,, uhhhh…, ” ucapku.<br />
“ Iya sayang, ternyata mesum didalam mobil seru yah, kapan-kapan kita lakukan lagi ya sayang, ” ucapnya ketagihan.<br />
<br />
Bermaksud menikmati sisa-sisa orgasme tiba-tiba saja jalan mulai lancar, terdengar klakson berbunyi dibelangku dengan kerasnya,<br />
<br />
“ Thinnnnnnnnnnnnnn… Thinnnnnnnnnnnnnn… Thinnnnnnnnnnnnnn… , ” suara klakson berbunyi berkali-kali.<br />
“ Sialll… uda sana sayang kamu balik ketempat duduk kamu, hhahahaha…, ” ucapku sambil tertawa.<br />
“ Hahaha.. iya sayang, lagian kamu aneh-aneh sih, masak ML didalem mobil udah gitu pas dijalan Tol lagi ,,,hhha…, ” ucapnya.<br />
<br />
Kemudian Arhin-pun kembali ketempat duduknya dengan posisi memeknya yang masih basah dengan lendir kawinya. Aku yang terburu-buru langsung saja aku majukan kursiku lalu aku injak gas mobilku. Aku tidak sempat mencopot kondon dan menaikan celanaku lagi saat itu. Hahha lucu sekali rasanya. AKhirnya aku injak gas mobilku dengan posisi penisku yang masih terbungkus kondom.<br />
<br />
Arhin saat itu membersihkan vagina-nya seiring berjalanya mobilku lagi. Dibersihkanya dengan tissue lalu dia kenakan lagi BH dan Celana dalamnya. Selesai itu dia-pun melepaskan kondon dari penisku lalu dibasuhnya penisku dengan tissue basah agar bersih. Beberapa saat aku menginjak gas mobilku melihat ada jalur darurat aku-pun menepikan mobilku untuk membenahkan celanaku,<br />
<br />
“ Sayang lucu yah kita tadi, untung aja kita udah ngecrottt, kalau nggak kan bisa pusing kita karena nggak dapetin kepuasan sex kita yah sayang, hha.., ” ucapku.<br />
“ Iya ya sayang, hhhaaa… kapan-kapan kita coba sensasi sex yang lain yah, hha…., ” ucapnya ketagihan.<br />
<br />
Sejenak kami bercanda sembari membenahkan celanaku. Setelah itu aku-pun segera menginjak gas-ku mobilku lagiuntuk menuju ke cempaka putih untuk membeli TV.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-11128960819732542382018-05-30T00:27:00.000-07:002018-05-30T00:27:28.680-07:00Saat Om Gak Ada Di Rumah, Aku Dan Tante Melakukan Itu<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiJ6AqxJ0ZGMQqgIY0OWhgXFE3R-9xZu9vGPbQyHdyoMYMsmmu7reeyWms_XUs0E6vfiz37RxPe6G1vKWxgB0L9oKnvwL35IqMOe_5r1neGpiMrySN6G6YcsOihGxZuRtcPq8FHcZXLxJx/s1600/2832.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Saat Om Gak Ada Di Rumah, Aku Dan Tante Melakukan Itu" border="0" data-original-height="564" data-original-width="564" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiJ6AqxJ0ZGMQqgIY0OWhgXFE3R-9xZu9vGPbQyHdyoMYMsmmu7reeyWms_XUs0E6vfiz37RxPe6G1vKWxgB0L9oKnvwL35IqMOe_5r1neGpiMrySN6G6YcsOihGxZuRtcPq8FHcZXLxJx/s640/2832.jpeg" title="Saat Om Gak Ada Di Rumah, Aku Dan Tante Melakukan Itu" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saat Om Gak Ada Di Rumah, Aku Dan Tante Melakukan Itu</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Daftar Asikqq</a> - Sebelum aku menulis isi dari cerita ini, aku akan memberikan gambaran sekilas tentang tanteku ini. Tingginya sekitar 167-an, lingkar dadanya sekitar 34-an, pinggulnya 32-an, aku menambahkan “an” karena aku kurang tahu pasti besar masing-masing bagian tubuhnya itu.<br />
<br />
Kejadian itu terjadi di Denpasar Bali, tahun 1998, aku waktu itu kelas 3 SMU di salah satu SMU di Denpasar. Tapi sekarang aku kuliah di Jakarta di salah satu kampus yang tidak begitu terkenal di Jakarta. Aku memang sudah lama sekali sangat menginginkan tubuh tanteku itu, tapi butuh penantian yang lama, kira-kira sejak aku SMP. Mulailah kuceritakan isinya. Waktu itu sekitar jam 12.30 WITA, matahari benar-benar panasnya minta ampun, terus motorku endut-endutan. Wahhh! benar-benar reseh dah.<br />
<br />
Tapi akhirnya aku sampai di kost-kostan, langsung saja aku ganti baju, terus sambil minum air Aqua, wuahhh, segar tenan rek. Lalu tiba-tiba belum kurebahkan badan untuk istirahat handphone-ku bunyi, ternyata dari tanteku, lalu kujawab,<br />
“Halo Tan, ada apa?”<br />
“Kamu cepet dateng ya!” ucap tanteku.<br />
“Sekarang?” tanyaku lagi.<br />
“La iya-ya, masa besok, cepet yah!” ujar tanteku.<br />
Lalu aku bergegas datang ke rumah tanteku itu.<br />
<br />
Sesampainya di sana, kulihat rumahnya kok sepi, tidak seperti biasanya (biasanya ramai sekali), lalu kugedor pintu rumah tanteku. Tiba-tiba tanteku langsung teriak dari dalam. “Masuk aja Wa!” teriak tanteku. Oh ya, namaku Dewa. Lalu aku masuk langsung ke ruang TV. Terus aku tanya,<br />
“Tante dimana sih?” tanyaku dengan nada agak keras.<br />
“Lagi di kamar mandi, bentar ya Wa!” sahut tanteku.<br />
Sambil menunggu tanteku mandi aku langsung menghidupkan VCD yang ada di bawah TV, dan menonton film yang ada di situ. Tidak lama kemudian tanteku selesai mandi lalu menghampiri aku di ruang TV. Oh my god! Tanteku memakai daster tipis tapi tidak transparan sih, tapi cetakan tubuhnya itu loh, wuiiihhh! Tapi perlu pembaca ketahui di keluargaku terutama tante-tanteku kalau lagi di rumah pakaiannya seksi-seksi.<br />
<br />
Aku lanjutkan, lalu dia menegurku.<br />
“Sorry ya Wa, Tante lama.”<br />
“Oh, nggak papa Tante!” ujarku rada menahan birahi yang mulai naik.<br />
“Oom kemana Tante?” tanyaku.<br />
“Loh Oom kamu kan lagi ke Singaraja (salah satu kota di Bali),” jawab tanteku.<br />
“Memangnya kamu nggak di kasih tau kalo di Singaraja ada orang nikah?” tanya tanteku lagi.<br />
“Wah nggak tau Tante, Dewa sibuk sih,” jawabku.<br />
“Eh Wa, kamu nggak usah tidur di kos-an yah, temenin Tante di sini, soalnya Tante takut kalo sendiri, ya Wa?” tanya tanteku sedikit merayu.<br />
<br />
Wow, mimpi apa aku semalam kok tanteku mengajak tidur di rumahnya, tidak biasanya, pikirku.<br />
“Tante kok nggak ikut?” tanyaku memancing.<br />
“Males Wa,” jawab tanteku enteng.<br />
“Ooo, ya udah, terus Dewa tidur dimana Tan?” tanyaku lagi.<br />
“Mmm… di kamar Tante aja, biar kita bisa ngobrol sambil nonton film, di kamar Tante ada film baru tuh!” ujar tanteku.<br />
Oh god! what a miracle it this. Gila aku tidak menyangka aku bisa tidur sekamar, satu tempat tidur lagi, pikirku.<br />
“Oke deh!” sahutku dengan girang.<br />
<br />
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.<br />
“Waaa…! Dewaaa…! udah mandi belum?” teriak tanteku memanggil.<br />
“Bentar Tan!” jawabku<br />
<br />
Memang saat itu aku sedang membersihkan motor, melap motor adalah kebiasaanku, karena aku berprinsip kalau motor bersih terawat harga jualnya pasti tinggi. Pada saat itu pikiran kotorku dalam sekejap hilang. Setelah melap motor, aku bergegas mandi. Di kamar mandi tiba-tiba pikiran kotorku muncul lagi, aku berpikir dan mengkhayalkan kemaluan tanteku, “Gimana rasanya ya?” khayalku.<br />
<br />
Terus aku berusaha menghilangkan lagi pikiran itu, tapi kok tidak bisa-bisa. Akhirnya aku mengambil keputusan dari pada nafsuku kupendam terus entar aku macam-macam, wah pokoknya bisa gawat. Akhirnya aku onani di kamar mandi. Pas waktu di puncak-puncaknya aku onani, tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang mengetuk. Kontan saja aku kaget, ternyata yang masuk itu adalah tanteku. Mana pas bugil, sedang tegang lagi kemaluanku, wah gawat!<br />
<br />
“Sibuk ya Wa?” tanya tanteku sambil senyum manja.<br />
“Eh… mmm… so… so… sorry Tan, lupa ngunci,” jawabku gugup.<br />
Tapi sebenarnya aku bangga, bisa menunjukkan batang kemaluanku pada tanteku. Panjang batang kemaluanku pas keadaan puncak bisa mencapai 15 cm, pokoknya “international size” deh.<br />
“Oh nggak papa, cepetan deh mandinya, terus langsung ke kamar ya, ada yang pengen Tante omongin.”<br />
“Oh my god, marah deh Tante, wah gawat nih,” pikirku.<br />
Lalu aku cepat-cepat mandi, terus berpakaian di dalam kamar mandi juga, tidak sempat deh melanjutkan onani, padahal sudah di puncak.<br />
<br />
Setibanya di kamar tanteku, aku melihat tante memakai celana pendek, sangat pendek, ketat, pokoknya seksi sekali, terus aku bertanya,<br />
“Ada apa Tan, kayaknya gawat banget sih?” tanyaku takut-takut sambil duduk di atas tempat tidur.<br />
“Enggak, Tante pengen cerita, tentang Oom-mu itu lho,” ujar tanteku.<br />
“Emangnya Oom kenapa Tan?” tanyaku lagi.<br />
Dalam hatiku sebenarnya aku sudah tahu oom itu orangnya agak lemah, jadi aku berharap tante menawarkan kemaluannya padaku. Dengan seksama aku medengarkan cerita tanteku itu.<br />
<br />
“Sebenernya Tante nggak begitu bahagia sama Oom-mu itu, tapi dibilang nggak bahagia nggak juga, sebabnya Oom-mu itu orangnya setia, tanggung jawab, dan pengertian, yang bikin Tante ngomong bahwa Tante nggak bahagia itu adalah masalah urusan ranjang,” ujar tanteku panjang lebar.<br />
“Maksud Tante?” tanyaku lagi.<br />
“Ya ampun, masih nggak ngerti juga, maksud Tante, Oom-mu itu kalo diajak begituan suka cepet nge-down, nah ngertikan?” tanya tanteku meyakinkan aku.<br />
“Ooo…” ucapku pura-pura tidak mengerti.<br />
“Mmm… Wa, mau nggak nolongin Tante?” tanya tanteku dengan nada memelas.<br />
“Bantu apa Tan?” tanyaku lagi.<br />
“Kan hari ini sepi, terus Oom-mu kan nggak ada, juga sekarang Tante lagi terangsang nih, mau nggak kamu main sama Tante?” tanya tanteku sembari mendekatkan tubuhnya kepadaku.<br />
<br />
Gila! Ternyata benar juga yang aku khayalkan, Tanteku minta! Cihui! ups tapi jangan sampai aku terlihat nafsu juga, pikirku dalam-dalam.<br />
“Tapi Dewa takut Tante, nanti ada yang ngeliat gimana?” ucapku polos.<br />
“Loh…! kan kamu ngeliat sendiri, emang di sini ada siapa? kan nggak ada siapa-siapa,” jawab tanteku meyakinkan.<br />
“Ya udah deh,” ujar tanteku sambil memulai dengan menempelkan tangannya ke kemaluanku yang sebenarnya sudah menegang dari tadi.<br />
<br />
<h2>
Saat Om Gak Ada Di Rumah, Aku Dan Tante Melakukan Itu</h2>
<br />
“Wow… gede juga ya! Buka dong celanamu Wa!” ujar tanteku mesra.<br />
Lalu kubuka celanaku dengan cepat-cepat, dengan cepat pula tanteku memegang kemaluanku yang sudah over size itu. Sambil mengocok batang kemaluanku dengan tangan kirinya, tangan kanan tanteku memegang payudaranya dan mengeluarkan bunyi-bunyi yang merangsang. “Emf… ehm… mmm… gede banget kemaluanmu Wa!” ujar tanteku.<br />
<br />
Aku tidak terlalu mendengarkan omongan tanteku, soalnya aku sudah “over” sekali. Lalu tanteku mulai menempelkan kemaluanku ke mulutnya, dan dengan seketika sudah dilumatnya batang kemaluanku itu.<br />
“Oh God! Eh… eh… ehm… e… nak… Tante… terus Tan…!” ujarku merasakan nikmatnya kuluman tanteku itu. Tanteku lalu merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, lalu dengan ganas ia menyedot batang kemaluanku itu, lalu ia memutar tubuhnya dan meletakkan liang kemaluannya di atas mukaku tanpa melepaskan kemaluanku dari mulutnya. Dengan sigap aku langsung menjilat liang kemaluan tanteku. Merasakan itu tanteku mengerang keenakan. “Aaah… Wa… enak… terus Wa… terus jilat…!” erang tanteku keras-keras. Mendengar itu, nafsuku makin bertambah, dengan nafsu yang menggebu jilatan ke kemaluannya kutingkatkan lagi, dan akibatnya tanteku mengalami orgasme yang dahsyat, sampai-sampai mukaku kena semprotan cairan kewanitaannya. “Oh Dewa… Tante sayang kamu… uh… ka.. ka… mu ponakan Tante paling… heee… bat… aaah,” puji tanteku sambil mengerang merasakan nikmat.<br />
<br />
Aku merasa bangga karena aku masih bertahan, lalu aku membalikkan tubuh tanteku sehingga ia terlentang. Kuangkat kedua kakinya sehingga terpampanglah liang kemaluannya berwarna pink merekah. Sebelum aku mulai menu utamanya, pertama aku melucuti pakaiannya terlebih dahulu, setelah terbuka, aku mulai memainkan mulutku di puting payudaranya, dan kemaluanku yang telah “over” tadi kuletakkan di atas perutnya sambil menggesek-gesekkannya. Perlahan aku menciumi tubuh tanteku dengan arah menurun, mulai dari puting terus ke perut lalu ke paha sampai akhirnya tiba di bibir kemaluannya. Dengan penuh nafsu aku menjilat, menyedot, sampai menggigit saking gemasnya, dan rupanya tanteku akan mengalami orgasmenya lagi. “Ooohh… Waaa… Tante mau keee… luuu.. aar! Aaah…!” erang tanteku lagi sambil menjambak rambut kepalaku sehingga wajahku terbenam di kemaluannya. “Wa, udah ah, Tante nggak kuat lagi, Oom-mu mana bisa kayak gini, udah deh Wa, lansung aja tante pengen langsung ngerasain itu-mu.”<br />
<br />
Tubuhnya kutopang dengan tangan kiri, sementara tangan kiri membimbing batang kemaluanku mencari sarangnya. Melihatku kesulitan mencari liang kemaluan tanteku, akhirnya tanteku yang membimbing untuk memasukkan batang kemaluaku ke liang kemaluannya. Setelah menempel di lubangnya, perlahan kudorong masuk batang kemaluanku, dorongan itu diiringi dengan desahan tanteku. “Egghmm… terus Waa… pelan tapi terus Wa… egghhmm…!” desahan tanteku begitu merangsang. Aku sebenarnya tidak senang dengan permainan yang perlahan. Akhirnya dengan tiba-tiba dorongan batang kemaluanku, kukeraskan sehingga tanteku teriak kesakitan. “Aaahh… Waaa.. saaakitt… pelan-pelan… aargghhh…” teriak tanteku menahan sakitnya itu. Dan tidak percuma, batang kemaluanku langsung terbenam di dalam liang kehormatannya itu. Setelah itu batang kemaluanku, aku maju-mundurkan perlahan, untuk mencari kenikmatan.<br />
<br />
Dengan gerakan perlahan itu akhirnya tanteku menikmati kembali permainan itu. “Ah… uh… terus Wa… enak sekali… itu-mu gede sekali… eggghh… lebih enak dari Oom-mu itu… terus Waaa…” erang tanteku keenakan. Lalu lama-lama aku mulai mempercepat gerakan maju-mundur, dan itu mendapat reaksi yang dahsyat dari tanteku, ia juga mulai memainkan pinggulnya, hingga terasa batang kemaluanku mulai berdenyut,<br />
“Tan… saya mauuu… kelu… arrr… nih…!”<br />
“Di dalam aja Waaa… Tante… juugaa… mauuu keeluaaarr… aaarrgghh…!”<br />
Akhirnya kami keluar bersama-sama, kira-kira enam kali semprotan aku mengeluarkan sperma. Aaahh… begitu nikmatnya.<br />
<br />
Setelah itu kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluan tanteku, terus kuberikan ke mulut tanteku untuk dibersihkan. Dengan ganas tanteku menjilati spermaku yang masih ada di kepala kemaluanku hingga bersih. Setelah itu tanteku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan aku tetap berada di kamar, tiduran melepas lelah. Setelah tanteku selesai membersihkan diri, ia kembali ke kamar dan segera mencium bibirku, lalu ia bilang bahwa selama oom-ku di Singaraja, aku diharuskan tinggal di rumah tanteku dan aku jelas mengiyakan. Lalu tante juga bertanya apakah keadaan kostku bebas, maka kujawab iya. Lalu tante bilang bahwa kalau misalnya oom-ku ada di rumah, terus tanteku ingin main denganku, tanteku akan mencariku ke kost, aku hanya manggut-manggut senang saja.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-80182968172238493422018-05-29T04:35:00.000-07:002018-05-29T04:35:50.441-07:00Permainan Panas Dengan 2 Anak SMA Buat Crott..!!<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnqUy7I9KRaBrVhMg4Cp1ZsdjrTY6A6LzUqS0x0QM3gK4v_nJ6LYGxTCMheLvbBMJ7rgJkhaNXou8jV6pgXPQJgGaBsXm6atm1neT4FrFq16MD5K9_XLOSXlQxQ2njyOU4v7dy8pRpuHcs/s1600/2823.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Permainan Panas Dengan 2 Anak SMA Buat Crott..!!" border="0" data-original-height="300" data-original-width="300" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnqUy7I9KRaBrVhMg4Cp1ZsdjrTY6A6LzUqS0x0QM3gK4v_nJ6LYGxTCMheLvbBMJ7rgJkhaNXou8jV6pgXPQJgGaBsXm6atm1neT4FrFq16MD5K9_XLOSXlQxQ2njyOU4v7dy8pRpuHcs/s640/2823.jpg" title="Permainan Panas Dengan 2 Anak SMA Buat Crott..!!" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Permainan Panas Dengan 2 Anak SMA Buat Crott..!!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Aku dan 2 Anak SMA Anak SMU dengan nafsu seks memang bisa membutakan seseorang sehingga rela melakukan apasaja termasuk ngentot dan menikmati permainan nafsu dua gadis sma yang mupeng di dalam hutan, simak nafsuku yang membara ini. Namaku Son, mahasiswa semester III, tinggiku 168 cm dan berat 58 kg. Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu bersama temantemanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini. Tadi malam aku bersama temantemanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara temantemanku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu ini.<br />
<br />
Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tibatiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acakacakan.<br />
Halo Mas? sapa salah satu cewek itu padaku.<br />
<br />
Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu miripmirip bintang sinetron Bunga lestari.<br />
<br />
Halo juga jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tibatiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.<br />
Loh, dari mana, kok berduaan aja? tanyaku coba berbasabasi.<br />
Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar.. jawab cewek itu sambil duduk di depanku. Cerita Mesum<br />
<br />
Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan mutermuter gak ketemu jalan sama orang lanjutnya kemudian.<br />
<br />
Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orangorang atau rombongan pecinta alam.<br />
<br />
Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin? jawabku.<br />
Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburuburu, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.<br />
<br />
Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewekcewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.<br />
<br />
Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.<br />
<br />
Mas namanya siapa? tanya cewek yang berambut pendek.<br />
Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina katanya lagi.<br />
Namaku Son jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.<br />
Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih.. tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.<br />
Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih jawabku.<br />
Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.<br />
<br />
Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruhnyuruh? godaku pada Adek.<br />
Tolong deh Mas.. Adek capek banget Nanti gantian deh.. rayu Adek padaku.<br />
Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya? godaku lebih lanjut.<br />
Maunya tuh.. tapi bereslah.. jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.<br />
<br />
Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.<br />
<br />
Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.<br />
Emangnya ini di warung kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.<br />
Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.<br />
kamu sakit ya Lin? tanyaku.<br />
Nggak Mas hanya kedinginan katanya pelan.<br />
Butuh kehangatan tuh Mas Son potong Adek sekenanya.<br />
<br />
Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh janganjangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.<br />
Masih pada kuat jalan nggak? tanyaku pada 2 orang cewek ini.<br />
Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan lanjutku.<br />
<br />
Baru saja selesai aku bicara, tibatiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.<br />
Duer!!<br />
Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintikrintik air hujan.<br />
Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang kataku sambil mematikan kompor parafinku.<br />
Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini! perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.<br />
<br />
Aku, Adek, dan Lina segera berdesakdesakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.<br />
Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.<br />
<br />
Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.<br />
Tapi copot sepatunya lanjutku kemudian.<br />
Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.<br />
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,<br />
Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya ucapku pada Adek dan Lina.<br />
<br />
Mas Son gak kedinginan.. tanya Lina tibatiba.<br />
Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini? jawabku apa adanya.<br />
Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil kataku mencoba bercanda.<br />
Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.<br />
Waduh, gak salah denger nih? pikirku.<br />
Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.<br />
Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.<br />
<br />
Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remangremang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada katakata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.<br />
<br />
Badan Mas Son hangat ya Lin? kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.<br />
Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.<br />
Samarsamar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.<br />
Ehm.. aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.<br />
<br />
Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusiasiakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..<br />
Isengiseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai merabaraba kebagian daerah buah dada Adek.<br />
Ehm.. Adek ternyata hanya berdehem pelan.<br />
<br />
Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga merabaraba dan mengeluselus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremasremas susunya dengan tempo agak cepat.<br />
<br />
Aah.. Mas Son suara Adek terdengar lirih.<br />
Ada apa Dek? tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.<br />
Kamu masih kedinginan ya? kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.<br />
<br />
Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.<br />
Ah.. Mas Son.. katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.<br />
Saat kupermainkan puting susunya, tibatiba Adek bangkit.<br />
<br />
Mas Son, Adek ma.. masih kedinginan kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.<br />
<br />
Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesekgesek kontolku naik dan turun.<br />
<br />
Tanpa sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.<br />
Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss ucapku dalam hati.<br />
Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Lina.<br />
Mas sakit Mas pundak Lina kata Lina tibatiba yang menghentikan aktivitasku dengan Adek.<br />
<br />
Oh maaf Lin jawabku dengan terkejut.<br />
Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.<br />
Mas Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi kata Adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusapusap kontolku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.<br />
<br />
Waduh.. bagaimana ini pikirku dalam hati.<br />
Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.<br />
<br />
Aku yakin walau suasananya remangremang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremasremas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.<br />
<br />
<h2>
Permainan Panas Dengan 2 Anak SMA Buat Crott..!!</h2>
<br />
Ah.. ah.. Mas Son.. gumam Adek lirih.<br />
Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah.. lanjutnya.<br />
Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan kontolku. Kuremas pantat Adek sambil menggesekgesekan kontolku pada daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.<br />
<br />
Aaahh.. sshh..<br />
Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.<br />
Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap putingku dan menggigitgigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat kontolku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.<br />
<br />
Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggelenggelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.<br />
Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li.. ujarku dengan nafas tersengal.<br />
<br />
Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang tangan Lina.<br />
Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih kontolku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga.<br />
<br />
Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar kontolku kemudian mencium dan menjilat permukaan kontolku.<br />
Aah.. aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum kontolku dan mengisapnya.<br />
Aargh .. Dek, enak sekali Dek erangku.<br />
Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir gumamku dalam hati.<br />
<br />
Saat Adek masih asik berkaraoke dengan kontolku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.<br />
Lin, aku ingin cium bibir kamu bisikku perlahan di telinga Lina.<br />
<br />
Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina yang mungil itu.<br />
Eemh .. suara yang terdengar dari mulut Lina.<br />
Tak ada perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat kontolku terus dipermainkan oleh Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengeluselus selangkangan Lina.<br />
<br />
Aah.. ah.. Lina mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.<br />
Ya diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta kata Adek tibatiba.<br />
Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek tenyata dia sudah tidak menghisap kontolku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.<br />
<br />
Adek masukkin ya Mas kata Adek pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan kontolku ke lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.<br />
Pelan tapi pasti Adek membimbing kontolku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari kontolku ke seluruh tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan kontolku masuk ke dalamnya.<br />
<br />
Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di tempik Adek katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.<br />
Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son kata Adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.<br />
Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Adek.<br />
<br />
Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas erang Adek memelas.<br />
Kujilati terus dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek menerima perlakuanku seperti kesetanan.<br />
Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo .. teruuss.. Adek mau dapet ni.. katanya bernafsu.<br />
Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.<br />
Eeemhp.. aaah..<br />
Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan lagi.<br />
<br />
Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat Mas Son kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan kontolku masih di dalam liang senggamanyanya.<br />
Kurasakan detak jantung Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngosngosan mengenai leherku.<br />
Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya kata Adek pelan.<br />
<br />
Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremasremas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.<br />
Aah .. Mas Son.. kata Lina pelan saat tetek kanannya kuhisap.<br />
<br />
Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari kontolku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremasremas tetek Lina sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulurjulur minta diisap.<br />
<br />
Kubimbing tangan Lina untuk memegang kontolku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat kontolku dan seperti sudah alami Lina mengocok kontolku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.<br />
Aah .. Mas Son.. geli .. hanya itu komentar dari bibir Lina yang seksi itu.<br />
Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.<br />
<br />
Aargh.. aah .. Lina mulai menggelinjang.<br />
Lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat kontolku, dan tangan kirinya menekannekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulubulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kueluselus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jarijariku tak ketinggalan bermain menekannekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.Cerita Mesum | Aku dan 2 Anak SMA<br />
<br />
Ah.. Mas.. Son .. aah suara Lina semakin terdengar parau.<br />
Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik Lina yang masih ditumbuhi bulubulu jembut halus yang jarangjarang.<br />
Ah.. jangan Mas Son .. ah.. kata Lina mendesis.<br />
<br />
Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalamdalam sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.<br />
<br />
Aah .. argh .. desis Lina pelan.<br />
Posisiku saat itu dengan Lina seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral kontolku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.<br />
Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah .. teriak Lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan kontolku terasa sakit digenggam erat oleh Lina.<br />
Aaah.. Mas .. teriakan terakhir Lina bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.<br />
<br />
Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.<br />
Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son.. kata Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.<br />
Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegalpegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kakikaki mereka.<br />
<br />
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan kontolku sudah ada yang memegang lagi.<br />
Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu ngeliat Mas Son main sama Lina kata Adek tibatiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang kontolku.<br />
Aku tak sempat menjawab karena Adek sudah mengulum kontolku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang menusuknusuk kedalamnya.<br />
<br />
Eeemph .. emmph .. Adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan kontolku.<br />
Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya kontolku bisa muntahmuntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesekgesekan kontolku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulubulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing kontolku untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan kontolku siap untuk menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan kontolku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.<br />
<br />
Aaah .. Mas Son .. desis Adek sambil menggoyang pantatnya.<br />
Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari kontolku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.<br />
Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.<br />
<br />
Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.<br />
Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah .. lanjutnya keenakan.<br />
<br />
Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Adek sambil meremasremasnya dengan gemas, sementara pompaan kontolku telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apaapanya.<br />
Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah.. desis Adek histeris.<br />
Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.<br />
<br />
Aaarg .. erangnya keras.<br />
Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut kontolku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Adek.<br />
Crut.. crut..<br />
Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan mengenai teteknya.<br />
Aaah.. akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.<br />
<br />
Adek mengusapusap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.<br />
<br />
Baunya seperti santan ya? komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.<br />
Ya udah. Semua dibereskan dulu kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini.<br />
<br />
Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya lanjutku kemudian.<br />
Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Tak kurasa kami bertiga telah bermalam dan sadar pada keesokan harinya, dan berjanji akan melakukannya lagi nanti sesampainya dibawah dan menginap di hotel terdekat.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-40895057271577838292018-05-04T01:14:00.000-07:002018-05-04T01:14:21.495-07:00Ngentot Dengan Binik Kawanku Yang Montok<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFb_3o0dwQnzWKQeIVYk1L4rnyjrho6lZ__tJvIHnFdZfj4i_g9P5TwpqmqFh3YdT2I23TRd8fDQZzhe5_2l6CDH8S93TfeIABTgVBr5ykM6xve3zzR2rrSViADXflV6U3DiRg7bmogpW_/s1600/2787.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ngentot Dengan Binik Kawanku Yang Montok" border="0" data-original-height="250" data-original-width="400" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFb_3o0dwQnzWKQeIVYk1L4rnyjrho6lZ__tJvIHnFdZfj4i_g9P5TwpqmqFh3YdT2I23TRd8fDQZzhe5_2l6CDH8S93TfeIABTgVBr5ykM6xve3zzR2rrSViADXflV6U3DiRg7bmogpW_/s640/2787.jpeg" title="Ngentot Dengan Binik Kawanku Yang Montok" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ngentot Dengan Binik Kawanku Yang Montok</td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Aku punya teman baik, kawan karibku di kantor. Sekarang dia sudah pindah ke kantor lain yang menawarkan offering lebih bagus. Tapi kami masih berhubungan baik karena kami berdua punya side job sebagai fotografer pre-wedding. Dari sinilah aku jadi akrab dengan keluarganya, meskipun sebaliknya tidak.<br />
<br />
Aku yang tinggal sendiri merantau di Jakarta tidak banyak yang bisa dishare ke temanku ini, malah justru mereka yang kuanggap sebagai keluargaku. Dengan keakraban kami, aku juga kenal baik dengan istrinya.<br />
<br />
Mereka menikah 3 tahun yang lalu. Namun hingga kini belum dikaruniai dengan buah hati oleh Tuhan. Mereka seringkali ribut dan kawanku ini suka curcol soal hal ini. Hingga suatu ketika, sehabis sesi foto prewedding di daerah Pantai Indah Kapuk, kawanku berkata<br />
“Bro, gw udah kenal lo berapa lama sih?”<br />
“Ya dari gw masuk PT XYZ, lo kan udah lama disana yang punya kantor. mmmm… berapa lama ya? 5 tahun kali?”<br />
“Iya, selama ini gw udah nyaman banget bareng sama lo, kerja sama lo, gila2an juga sama lo” Heummmm… apaan nih, jangan2 ntar dia bilang, dia gay trus suka sama gw x____X.<br />
“Wah kenapa nih bro, tumben2an lo aneh begini?”* “Gini bro, gw ada satu permintaan sama lo. Lo tau kan gw sama istri gw udah 3 tahun married tapi belom punya anak.<br />
“Gw berdua udah cek ke dokter dan kondisi gw sama istri gw sebenernya sehat kok” “Yaaaudahalaaah” kupikir dia mau bilang apaan. “Mungkin emang belom dikasi sama Tuhan, kali lo disuruh senang-senang dulu bro, lo berdua kan kerja, jabatan oke, gaji juga oke, lo berdua bahkan sering jalan-jalan keluar negeri” Memang betul bahwa karibku dan istrinya ini dari segi karir sukses luar biasa.<br />
<br />
Sejak pindah ke kantornya yang baru, dia langsung melejit bisa menduduki posisi Senior Manager yang sangat diandalkan oleh Dewan Direksi. Istrinya pun begitu, selalu dengan gampangnya memuluskan deal-deal perusahaan, maklum istrinya bekerja di bidang distribusi komponen pembangkit listrik. Kebayang dong margin mereka gimana?<br />
“Yaaah bukan gitu bro, gw ngerasa hidup gw hampa aja gak ada anak, istri gw juga ngerasa begitu.” “Yah, terus gimana bro, mungkin lo coba usaha lagi aja selama 1 tahun maybe” “gak bisa bro, istri gw udah nyerah”. “Oookkkeeeey, trus permintaan apaan yang lo maksud?” “Gini….” dia berhenti sejenak tidak melanjutkan kalimatnya.<br />
“Gini….” “eaaaahhhh…. lama daaah” “Iye iyeee, gini, gw minta bantuan lo untuk bikin istri gw hamil.” And I said WHATTT???? “Serius bro, lo jangan becanda deh, aneh2 aja.” aku terhenyak mendengar permintaan dia. Gila aja, ini kan sama aja aku menghianati karibku sendiri, seseorang yang sudah kuanggap kakak.<br />
“Seriusan ini…. gw udah diskusi panjang lebar sama istri gw soal ini.”<br />
“Gak bisa lah bro, gila aja lo, gw bukannya gimana2, cuma men, lo sama gw kan udah temenan lama, gw udah anggap lo kayak abang gw sendiri, mmmm…. gak ada alternatif lain apa? misalkan bayi tabung?”<br />
“gak lah, bayi tabung kemahalan, gw udah konsul sama beberap dokter di Indonesia sama di Singapore, biayanya gede banget, bisa dapet Honda Jazz gw, belum lagi rasio keberhasilannya cuma 65%. Gw gak bisa ambil chance cuma segitu” Kawanku ini seorang akuntan yang handal, semuanya diperhitungkan dari sudut pandang matematis.<br />
Pernah kami backpackeran ke Indonesia Tengah (Bali, Lombok, Flores, Timor) yang ada kalo backpackeran kan ngegembel, seadanya duit. Ini dia nggak, semua tercatat rapi, tips tukang parkir, biaya kereta, biaya ferry dll.<br />
“Yaaa, apakek, mmm…. adopsi gimana?”<br />
“nggak lah, kita gak tau orang tua si anak ini kayak gimana”<br />
“Yang nentuin sikap anak itu bukan siapa ortunya, tapi lingkungan dia? gw yakin kal… ” kawanku sudah memotong tidak mau mendengar<br />
“Gini bro, gw bukannya sembarangan minta tolong sama lo, gw udah tau background lo, gw diam-diam research tentang lo, keluarga lo, riwayat medis lo *jangan tanya gimana caranya*, ditambah lagi, gw udah kenal sama lo udah lama banget, lo orangnya gak macem-macem yaaah bandel2 dikit okelah cuma kan gak parah2 amat, lo kenal baik sama istri gw, lo kenal sama bokap nyokap gw, adek-adek gw.<br />
<br />
Ya kalo lo mau masuk Kartu Keluarganya bokap gw, pasti dengan senang hati mereka nerima. Intinya, gw udah bicarain masalah ini panjang lebar, pro-kontra, konsekuensi dan segalanya sama istri gw dan kita berdua setuju”*<br />
“Oke, kalo boleh tau emang yang milih gw siapa, lo apa istri lo?” “kita berdua spontan kalo nggak ada kandidat yang lebih tepat selain lo” Wah terharu aku mendengarnya. “Gw gak bisa mikir sekarang nih bro, lo boleh kasi gw waktu buat mutusin ini gak? ini rada aneh dah permintaannya.”<br />
Diam-diam setan, aku memang mengagumi istri kawanku ini. Bisa dibayangkan lah wanita muda, mmmm gak terlalu muda sih karena umurnya sekarang sudah 32 tahun, umurnya beda 5 tahun dengan umurku, berpenampilan layaknya eksekutif muda, setiap kali bertemu kalau dia menjemput kawanku ini, dia selalu menggunakan blazer kantoran yang justru menonjolkan sex appealnya.<br />
<br />
Kulitnya tidak terlalu putih, namun bersih, rambutnya dipotong sebahu, badannya juga gak terlalu langsing. Tingginya semampai, ideal jika diperhatikan mungkin tingginya sedaguku. Tapi the main attractionnya adalah her boobs. Her big melon boobs. Aku perkirakan mungkin ukurannya sudah 34D. Mungkin juga besarnya ini ditunjang oleh body mass dia yang memang tidaklah kurus.<br />
<br />
Bahkan dalam balutan blazer kerja resmi pun yang sangat tertutup, siluet bongkahan gunung kembarnya seperti menyihir untuk memandangi. Makanya setiap kali aku ngobrol dengan istri kawanku ini, aku selalu fokus dengan ngobrol sambil melihat ke pangkal hidungnya.<br />
<br />
Aku terlalu takut untuk eye contact, tapi juga tidak mau mataku jelalatan ngeliatin toket gedenya. by the way, namaku Rendi, karibku ini bernama Wein sedangkan istrinya bernama Maya. Sudah hampir dua minggu aku memikirkan hal ini tidak kunjung tuntas. Aku tau gimana nikmatnya menggenjot tubuh Maya dengan sepenuh nafsu, apalagi udah dapet izin dari suaminya.<br />
<br />
Namun aku masih merasa ada yang mengganjal. Aku tetap merasa tidak enak dengan Wein. Wein ini baik sekali denganku, benar-benar seperti abang sendiri. Sudah tidak terhitung berapa kali dia meminjamkanku uang untuk utang2ku, meminjamkan mobilnya, meminjamkan peralatan kameranya.<br />
<br />
Bahkan bisa dibilang, side job fotografer pre-wedding ini modalnya 90% dari dia sedangkan aku modal dengkul saja. *TINUNINUNG* BBku berbunyi tanda pesan baru diterima. Dari Wein. “Bro, gimana nih, udah ada keputusan belom?”. Aku belum membalas, tapi pasti di ujung sana, dia sudah tau kalau aku sudah membaca pesannya.<br />
*TINUNINUNG* pesan baru masuk lagi. “Bro, please lah, help me, I have never ask you for any help. Gw bukannya mau ngungkit2 apa yang udah gw pernah bantu ke lo.<br />
<br />
Tapi please…” Mungkin kalau orang lain yang membaca pesan itu akan terbaca bahwa Wein ini pamrih dalam memberi bantuannya. Namun tidak bagiku, aku tau persis aku sudah berhutang banyak dari kebaikan yang diberikan Wein.<br />
“Oke bro, gw setuju. I hope this is not one of your sick jokes.” “GREAT!!!! gw kabarin istri gw.” Hari itu hari Rabu, kami janjian untuk ketemuan di Plasa Senayan (PS). Aku selalu suka PS, karena gak terlalu crowded, jadinya untuk nongkrong pun enak.<br />
<br />
Kami janjian di food court. Aku sudah menunggu agak lama hampir 20 menitan, cemilan french friesku pun udah hampir habis, tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang “Hi Ren..!” salam Maya kepadaku dia tiba dengan Wein dari arah belakang.<br />
<br />
Aku kali ini benar-benar canggung bertemu dengan mereka, tidak seperti biasanya “Eeehh hai.. Mbak” “Mbak? Mbaak? sejak kapan kamu manggil aku Mbak?” protes Maya kepadaku “Grogi dia” celetuk Wein. Dan memang benar, aku lagi super grogi, tanganku seketika berkeringat basah dan aku salting.<br />
“Ren, udalah nyantai aja.” “eeeh iya Rin” “Rin? duh kamu rileks deh, sekali2nya kamu manggil aku Maya” Betul, aku selalu memanggil Maya dengan panggilan teteh. Karena dia dan Wein lebih tua daripadaku, lebih tua 5 tahun. x____X “So…” ujarku “Iya, so….” Maya mengulang kata-kataku dengan penuh semangat dan senyum. Aku sampai takut jangan sampai Wein cemburu, tapi nampaknya Wein oke oke saja.<br />
<br />
Wein menimpali “Makasih banget bro lo mau bantuin gw, ya yang kayak gw cerita, kita perlu bantuan lo untuk…. untuk…. ya you know” “Iya, gw ngert, trus gimana prosesnya nih. Apa gw dateng tiap hari apa, rutin. lalu ML. atau lo ada di situ ngeliatin gw sama teteh ntar jangan2″ “wueeeh…. ogah meen yang bener aja deh lo jangan gila” kami bertiga terbahak2. No no… gini, gw gak mau tau, arrangementnya antara lo sama Maya aja, kalian janjian dimana, ngelakuinnya dimana, don’t tell me. I don’t wanna know. Ntar kebayang2.<br />
<br />
Hey men, lo sobat gw cuma kalo ngebayanginnya masih gimana…” canggung deh kita bertiga. Ini dia yang sebenarnya aku takutkan. Aku takut melukai perasaan Wein. Namun mengingat ini permintaan Wein dan Maya sendiri ya mungkin bisa dikesampingkan saja. Maya kemudian menimpali. “I’ll contact you ya.<br />
btw ini ada hubungannya sama masa subur gw, jadi harus dilakuin di waktu yang pas.” aku mengangguk tanda setuju. Malam itu kami lanjut nonton dan pulang ke tempat masing2. *TINUNINUNG* BBMku kemasukan message, dari Maya,<br />
“Ren, kamu besok free gak.”<br />
“Aku sih free teh, Wein emang kemana?”<br />
“Dia lagi keluar kota”.<br />
“Oke teh, jadi aku ke apartemen aja nih”<br />
“Iya you can come” Lusanya aku tiba di apartemen, sengaja aku bilang Maya kalau aku akan datang lebih cepat mungkin sebelum gelap agar tidak terlalu larut pulangnya.<br />
<br />
Aku merasakan deg-degan luar biasa. Jujur saja meskipun aku belum menikah, aku sudah merasakan hubungan seks dengan mantan-mantanku dulu. Namun belum pernah kurasakan hal seperti ini, deg-degan luar biasa gak berhenti juga sejak turun mobil dari parkiran, naik ke lift sampai ke pintu apartemennya teteh.<br />
Setelah ku pencet bel 3x masih belum ada jawaban, lalu aku mengeluarkan BBku untuk bbmin teteh, namun disaat bersamaan teteh membuka pintu. “Haiiiyy Reeenn, I’ve been waiting for you, come in” Eeeeuuuuhhhh…. senyum teteh bikin hati melted.<br />
Aku harus berusaha untuk tidak main hati untuk urusan beginian. “Iya teh, sorry telat, tadi cari bensin dulu” “Yuk masuk” Maya menyuruh duduk diruangan tengah, di ruang tivi. Didepan tivi terhampar spreadsheet, mirip timing untuk pipeline project, tapi ini beda, ada tanggal yang berulang.<br />
Ah! Aku baru sadar, ini adalah siklus haid dan masa suburnya Maya. “Udah research ya Teh, ini kok sampe berantakan gini” “Itu dia Ren, sebelumnya aku mau jelasin ke kamu dulu soal ini” ujar Maya yang datang dari arah dapur membawa soft drink dan diletakkan di meja kecil sebelah sofa tempat aku duduk. Belum sampai Maya sampai ke sofa, aku turun ke bawah mengobrak-abrik spreadsheet yang dibuat Maya, sok sok ngerti lah. Maya pun duduk di sofa setelah meletakkan kaleng soft drink di meja.<br />
<br />
Sore itu Maya sangat seksi, dengan rambut diikat ke belakang dengan hanya menggunakan karet, memperlihatkan lehernya yang jenjang dan tengkuknya yang seperti mengundang untuk aku jilati, Maya memakai you-can-see warna putih yang tidak terlalu tipis, namun aku bisa melihat tali BHnya yang berwarna hitam menyembul melingkari pundak. Rendaan bra pun tercetak di you-can-see Maya dari depan melingkar ke belakang. Belum apa-apa aku sudah mikir macam2.<br />
<br />
Untuk bawahannya dia menggunakan Hotpants yang cukup pendek, celana dalamnya pun terceplak di bokongnya yang semok. Brrrr……. Maya ini benar2 didesain Tuhan untuk menaikkan birahi pria sepertinya. Aku tidak bisa bayangkan gimana Wein tiap hari, tiap malam disuguhi malaikat sempurna seperti ini. KLOP, jari Maya disentakkan di depan wajahku “Bengongin apaan hayoooo, belom apa2an udah ngayal2″ Anjir, ketauan aku memandangin dia.<br />
“Ngggg… nggak kok teh, kagum aja dan iri sam Wein bisa punya istri se-perfect Teteh” ujarku menggombal. “Bisa aja deh kamu. Jadi gini, planning aku, kita cuma ML pada waktu aku sedang subur. yang berarti 14 hari sebelum aku mens. Aku ini mensnya kan selalu tanggal 25an. Jadi ya sebelum2 itu kita ML” Kulihat jamku, melihat bagian tanggalan, masih tanggal 29. “oooo…. kirain mulai sekarang, kan masih tanggal 29 nih teh” “Ya well, aku mau test drive dulu” Apa2an nih maksudnya Maya.<br />
“Maksudnya gimana Teh?” “Hhh…. kamu ini lucu ya, super lugu. Kamu tau aku sengaja berdandan gini buat kamu?” AKu semakin bingung. Maya turun ke bawah duduk diatas karpet di sebelahku. Dia memeluk lengan kiriku dan menyandarkan kepalanya di bahuku.*<br />
“Kamu tau gak sebenernya kenapa kita gak bisa punya anak?” “Iya, Wein juga cerita kok, katanya kalian berdua sehat tapi bingung juga kenapa gak bisa” “Itu sepotong aja ceritanya, kamu tentu ingat kecelakaan yang Wein alami 2 tahun lalu” Aku kemudian flashback, semuanya menjadi jelas sekarang. 2 tahun yang lalu, Wein terlibat kecelakaan parah di Cipularang. Bukan… bukan tempat kecelakaannya Saipul Jamil ntar dikira jadi cerita hantu.<br />
<br />
Saat melaju kencang disebuah turunan, mobil Wein diserempet oleh mobil yang menyalipnya dari sebelah kiri, mobil Wein oleng dan menabrak pembatas jalan sampai mobilnya terbalik berkali2 sebelum akhirnya berhenti terbalik setelah menabrak kaki sebuah jembatan penyebrangan di atas tol.<br />
Kondisi Wein luka parah, beberapa tulangnya remuk khususnya pinggul kiri ke bawah. Tubuh bagian atas Wein sama sekali tidak rusak, namun pinggul hingga kaki kirinya harus di operasi beberapa kali hingga perlu diterbangkan ke rumah sakit di Singapura.<br />
“Iya aku tau teh, apa gara-gara itu We…” Maya mengangguk, aku terlalu takut untuk melanjutkan pertanyaanku, takut membuat sedih Maya. “Sejak itu Wein kehilangan fungsi seksualnya. Dia tidak bisa “bangun” lagi. Dan ejakulasi yang dia dapat hanyalah saat dia mimpi basah. Karena kecelakaan yang dia alami, dia tidak bisa menghasilkan sperma yang bagus. Dia tentu saja gak akan jujur ke kamu kalo aku tidak bisa hamil karena dia.<br />
Selama ini aku berhubungan dengan Wein hanya sebatas petting saja, atau dia memasturbasikanku dengan dildo2 yang dia beli. Aku cinta Wein, namun aku ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Dan selain itu, wanita mana sih yang gak ingin punya anak.” Aku terhenyak mendengarnya. “Iya Teh, aku ngerti kok” Setelah beberapa lama, wajah *Maya menjadi ceria kembali, saking cerianya menjadi lusty lagi.<br />
“So, Ren. Kamu mau kan muasin aku. Cuma kamu yang aku dan Wein percaya. Aku tau Wein pasti sakit hati dengan hal ini tapi ini justru usulan dari dia” “Iya Teh”. Kami berpandangan beberapa lama, kemudian aku beranikan diri mendekatkan bibirku ke bibir Maya. Maya menyambutku dengan penuh nafsu, tangannya langsung memelukku dan badanku langsung ditindih saat posisiku masih terduduk di atas karpet.<br />
Dengan canggung aku hanya menempatkan kedua tanganku di pinggang Maya. Ciuman kami penuh nafsu, seperti dua pasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kami saling berpacu berciuman, saling berebutan bibir atas, bibir bawah, main lidah dst dst. Perlahan tanganku dibimbing untuk meremas buah dadanya. Buah dadanya yang sangat besar.<br />
<br />
Tangan kananku melakukannya dengan sangat baik. Good Job! tangan kiriku melingkar meremas pantatnya yang sangat seksi. Sesekali kami bergulingan diatas karpet. Setelah kami berdua ciuman dengan hotnya sampai bibir kami berdua nyut-nyutan, Maya melepaskan ciumannya. “Kamu tau, aku selalu kagum sama kamu Ren, sejak pertama kali ketemu.<br />
<br />
Tapi ya apa mau dikata, aku ini istri orang, tapi look here we are now.” Aku hanya bisa tersenyum, kalo lagi sange gini biasanya otakku berhenti bekerja, jadi mendingan diam saja daripada ngomong hal bodoh. Lalu Maya, beranjak berdiri dan berkata “You ready to fuck me?” “Mmmmmm…. aku gak janji Teh, aku takut gak mampu. Lagian kan aku udah anggep Teteh kayak kakak sendiri.” Maya turun kembali dan meremas celana jeansku di bagian penisku.<br />
“Katanya si Junior nggak tuh” sambil tersenyum nakal. Maya berdiri kembali dan berjalan ke arah kamar tamu. “Jangan lama-lama ya nyusulnya” sambil membuka pintu kamar tamu dan menghilang ke dalam. Aku setengah sadar langsung berdiri menuju tas ranselku yang tadi kuletakkan dekat rak TV, segera bongkar celanaku, celana jins dan celana dalamku dan berganti dengan celana boxer longgar andalanku.<br />
<br />
Ku berjalan menuju kamar tamu dan mengetuk sebelum masuk. Entah apa yang kupikirkan, aku masih berpikir harus bertingkah sopan kepada Maya. Begitu aku masuk, aku menemukan Maya sudah merebah di atas kasur, kasur yang biasanya kutiduri kalau aku menginap disini.<br />
Maya sudah menanggalkan you-can-see dan hotpantsnya. Yang tertinggal ditubuhnya hanyalah BH yang sepertinya kekecilan karena terlihat seperti tidak bisa menampung toket Maya yang besar, dan G-string. Maya bertumpu dengan sikunya di punggung.<br />
“Buka dong kaosnya…” setelah kubuka kaosku, aku menghampiri Maya dengan merebah di sampingnya kirinya. Maya mengubah posisinya menjadi menghadapku. Jarinya yang lentik mulai bermain-main mulai dari dadaku, turun ke bawah, masuk ke celana, pas hampir sampai di penisku yang sudah super tegak seperti mau meledak, Maya tarik lagi jarinya keatas.<br />
<br />
Maya kemudian menciumi badanku, menjilati putingku, aku mulai merasakan nafasku menjadi tidak beraturan. Sudah horny super bos. Sambil menciumi puting kiriku, Maya kemudian menaiki badanku, menunggangiku layaknya joki diatas kuda, vaginanya yang masih tertutup G-string *di gesek-gesekan ke penis tegangku yang juga masih tertutup celana.<br />
<br />
Aku meremas kedua bongkah pantat Maya dan sesekali membimbing gerakan pinggulnya. Maya tampaknya menikmati yang kulakukan. Cukup lama Maya menciumi putingku, bergantian kiri dan kanan, ciumannya mulai naik ke leher dan kami pun berciuman kembali. Ciuman kami sama panasnya seperti ciuman di sofa tadi. Sesekali Maya melepaskan nafasnya seakan itu yang dia tahan selama ini.<br />
<br />
Tangannya menjambaki rambutku, pinggulnya masih bergoyang. Pettingan ini kami lakukan cukup lama. Kalau Maya memang Test Drive, aku mungkin memang harus memuaskan dirinya sampai pol. Maya semakin blingsatan menciumiku, gerakan pinggulnya semakin menjadi, mengalahkan bimbingan tanganku. Aku pun merubah posisi, kami berguling dan kini Maya berada dibawah ku, ku gesek-gesekkan penisku ke vagina Maya.<br />
<br />
Kakinya yang jenjang melingkar menjepit pinggulku sebagai reaksi gesekanku. Semakin kuat aku menggeseknya, semakin kuat pula jepitan. Sampai akhirnya seperti Maya membantingku ke sisi dan kami bersebelahan dan jepitannya makin kencang dan bergetar jambakannya juga semakin mejadi.<br />
<br />
<h2>
Ngentot Dengan Binik Kawanku Yang Montok</h2>
<br />
“AaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAaaahhhhhhh…….hhhhhhhhhhh ……..” Maya sedang orgasme. Orgasme Maya ditutup dengan exhale nafas panjang Maya dan dilanjutkan dengan ciuman mesra ke bibirku. Mukaku merah padam, bahagia rasanya bisa memuaskan Maya.<br />
“Gimana Teh, barusan O ya” “Ouuuwhhh iyaaaah…. udah lama aku gak ngerasain O kayak begitu, bahkan penis kamu pun belom masuk.” Maya kembali menciumi bibirku, tangannya yang lembut sambil mengelus-elus pipiku.<br />
AKu merasakan rasa sayang dari belaiannya, atau memang beginilah perilaku seksual Maya. “Kamu gak mau nelanjangi aku? Aku masih lengkap gini?” “Jangan dulu Teh, Teteh lebih seksi kalo ada yang nutupin, mau pelan-pelan aja. Btw aku boleh sampe jam berapa ini?” “Terserah kamu aja..mmm… sekuatnya kamu aja…” Maya kembali menciumiku. sungguh luar biasa Maya terus-terusan menggodaku dengan body seksinya. Sambil menciumiku, Maya menggeliat-geliat, menggesek-gesekan tubuhnya ke tubuhku.<br />
<br />
Kami berdua bertukar panas tubuh, wajahnya yang nafsuin semakin menambah nafsuku kepadanya. Geliatan Maya semakin menjadi, pelan dan halus namun tau bagaimana menaikkan birahiku. Hingga menggeliat turun, sampailah kepala Maya di depan celanaku. “Buka ya” “terserah Teteh, punya teteh kok” Maya membuka celanaku sama sekali tidak menggunakan tangan, dengan bibirnya dia menarik celanaku turun kebawah.<br />
Sampai didengkul celanaku dilanjutkan dipeloroti dengan tangannya. Maya kemudian menunggangiku lagi. Otomatis posisi tubuhnya berputar. Jadi saja kami dalam posisi 69 yang super seksi.* Aku sudah telanjang bulat sedangkan onderdil Maya masih lengkap.<br />
<br />
Maya menangkap penis tegakku. Sesekali dia menciuminya dengan lembut. “Ren, gede amat nih, aku gak yakin muat.” “Yah teh, dicoba aja dulu, diukur pake mulut” godaku.<br />
Maya membalas dengan cubitan pelan di pahaku. Maya perlahan menciumi sekeliling penisku hingga basah dengan air liurnya, kemudian sleebb… masuklah penisku ke dalam mulut Maya yang di pagari dengan bibir tipis nan seksi.<br />
“Mmmmmmhhhhh…… mmmmmmhhhh……mmmmmm…..” sama sepertiku Maya sangat menikmati sepongan yang dia lakukan ke penisku. Pinggul Maya yang saat ini ada di atas dadaku mulai menggeliat, aku cengekeram pantat Maya dan kuremas2. “Teh, kubuka ya” aku merujuk kepada G-string Maya.. “hhheee *emmmm” tanda persetujuan Maya keluar dari mulut yang masih penuh dengan penisku.<br />
<br />
G-String Maya modelnya entah apa namanya, yang pasti hanya dengan membuka satu simpul tali di belakang G Stringnya sudah terlepas.* Wow… lembah surgawi Maya benar-benar indah, putih dan tidak ada jembut yang tumbuh di sekitarnya, ditambah wangi sekali. Aku tidak langsung menjilati, jempolku mengelus2 area sekitaran bibir vagina Maya yang masih basah dari orgasmenya yang pertama tadi.<br />
Kemudian kuciumi saja vaginanya, lama kelamaan ciumanku berubah menjadi jilatan, tidak ada sudut vagina yang luput dari jilatanku. Goyangan pinggul Maya semakin menjadi, jilatanku juga tidak bisa kalah, aku pun semakin menjadi menjilatnya. Maya pun mengimbanginya dengan menghisap, menjilati, menciumi penisku dengan liar.<br />
Bijiku pun tak luput diciumi olehnya. Saat Maya semakin turun ke bawah, aku tau dia mau menjilati lobang sunholeku. Aku menolak. Kutarik tubuh Maya supaya mulut Maya kembali sejajar dengan penisku dan kuarahkan penisku ke mulutnya kembali “Jangan Teh, jangan ke situ, aku gak suka”<br />
“Okemmm…… mmmm…. Ren, as you wish….mmmmmhhhhmmmm” Ya men, plis deh, dia cium silitku, aku dan dia nantinya ciuman, ya apa bedanya aku cium silit sendiri. Aku lanjutkan menjilati vagina Maya yang semakin basah.<br />
Maya juga sudah mulai panas, tanganku dengan lihai bergerak kepunggungnya, membuka kaitan BHnya dan melepasnya. Aku tidak bisa melihatnya namun aku bisa merasakan, toket kencang nan kenyal menekan pinggang depanku.<br />
<br />
Kutengok ke kananku, ternyata lemari pakaian kamar tamu ada cerminnya. Aku bisa melihat dengan jelas posisi kami benar benar hot. Sambil meneruskan jilatanku, aku merogoh toket Maya untuk kuremas-remas dengan kedua tanganku. Posisinya memang sulit namun sepertinya Maya menyukainya<br />
“Teruuuuussss…..mmmmmmhhhmmm…. teruuuss….” Maya menggumam. Setelah berapa lama, dan setelah beberapa sedotan tiba2 paha Maya melingkar erat *memiting kepalaku erat di antara selangkanganku, dan CRrroooooottt……… keluar cairan hangat dari vagina Maya.<br />
<br />
Ternyata dia O yang kedua kalinya, Maya gemeteran menahan Orgasmenya kali ini sambil meremas pahaku dalam posisi membungkuk.* “AAAaaaaahhhhhhhhh…. ya ampuuuuuuunnnhhhh….hhhhh… kamu hebat banget aku udah dua kali…” Maya langsung berbalik badan dan berkata “Now for the main course-nya ya.<br />
Maya jongkok diatas pinggangku, berupaya untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya, namun sudah beberapa detik sepertinya dia kesulitan, aku langsung memeluknya dan berusaha menukar posisi, membantingnya dengan lembut ke kasur dan membuka kedua kakinya.<br />
“Iya, main coursenya nih, siap-siap yah.” Ku perlahan mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Vagina Maya benar-benar sempit, aku tak mengerti, mungkin karena sudah lama tidak pernah dimasuki penis, tapi harusnya dengan dua kali O sudah bisa dengan mudah dicoblos. Apa mungkin vaginanya yang terlalu kecil dan penisku yang kegedean.<br />
<br />
Atau memang keduanya. “Sempit nih Teh” “Lanjutin…. lanjutin… aku gak kenapa2″ dengan satu sodokkan kuat namun perlahan, akhirnya Penisku bisa menembus liang vagina Maya. “AAAAAAaaaakkkkkhhhh….” jeritan keras Maya dan cakaran di punggungku menyertai tusukanku.*<br />
AKu perlahan mulai genjot, rasanya luar biasa, Maya yang tadinya meringis kesakitan lama-lama terlihat menikmati, makatanya sudah merem melek gak karuan. Nafasnya bersuara tak beraturan dan seirama dengan sodokanku.<br />
Dalam posisi ini kami bergumul lama sekali, beberapa kali Maya memiting pinggangku namun aku tetap sodok saja. Lalu Maya mencoba mengganti posisi ingin di atas. Maya mendorong tindihanku dan berbalik memindihku. Semua dilakukan tanpa penisku terlepas dari vaginanya. Gantian sekarang Maya yang memompa penisku.<br />
Sungguh nikmat melihat wanita sesempurna Maya sedang menikmati bercinta denganku. Toketnya yang besar dan kenyal menggandul gandul seiring dengan genjotannya dia. Sesekali Maya pun melenguh dan menghela nafasnya panjang. Jika Maya sudah agak capai, Maya memelukku, namun seringnya dia duduk diatasku memamerkan toketnya yang besar.<br />
<br />
Tangannya membimbing tanganku agar tetap meremas buah dadanya dan memainkan putingnya. Sesekali aku pun menjilati putingnya.* Masih dalam keadaan pinggulnya memompa penisku. Aku beberapa kali berusaha merubah posisi menjadi man on top lagi namun Maya menahan. ia masih ingin menguasai penisku demi kepuasannya untuk beberapa lama.<br />
<br />
Tiba2 genjotan Maya semakin kencang. Kedua kaki Maya memiting pinggulku dan tubuh Maya ambruk ke tubuhku dan Maya menyerangku dengan ciuman ganas. Maya O ketiga kalinya. Aku semakin nafsu melihat Maya yang sudah O, membalikkan posisi menjadi man on top, mumpung Maya sedang tidak ada tenaga untuk melawanku.<br />
“bentar…hhhh… time outtt..hhhh” Ujar Maya menyerah. “Jangan Teh, tanggung, ayo lagi.” Aku kembali menggenjot, tidak tanggung-tanggung aku menggenjot dengan rpm cepat dan konstan, Maya semakin menggila dan berteriak2. Sesekali aku mencumbu bibirnya, menjilati putingnya, menciumi lehernya, menjilati kupingnya.<br />
Diperlakukan seperti itu genjotan Maya dari bawah semakin menjadi.* Saat dipuncak2nya aku keluarkan penisku. Kutarik tubuh Maya dan kubalik badannya sampai Maya nungging di hadapanku. Disuguhi dengan pemandangan berupa bemper yang sangat seksi, ku langsung masukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang. Ku raih dua bantal untuk menopang tubuhnya dan kumulai genjot kembali.<br />
<br />
Rasanya dengan posisi ini aku akan cepat keluar. Kugenjot dengan cepaat cepaaat aaaaaahhhhhhhhh “Teeeeeehhhh…. aku mau keluarrrr….” “Iyyyaaa Reeeennnnn…. keluarin ajaaaa” genjotanku kulanjutkan, rasa semriwing disekitar kemaluanku sudah mengumpul namun entah kenapa tidak keluar2 juga.<br />
Maya sepertinya sudah menyerah, dia tidak bisa lagi melawanku, akhirnya dia dalam posisi tengkurap, membuang bantal dari bawah tubuhnya dan ambruk ke kasur. Dengan posisiku menindih Maya tanganku melingkar ke depan meraih kedua toketnya. tak luput kembali kuciumi tengkuk dan leher belakangnya. Maya yang sudah tak berdaya masih terangsang dengan ciuman2ku.*<br />
Hingga akhirnya, ledakan itu muncul “TTttttteeeeeehhhhhhh…..AAAAaaaaaaahhhhhhh…… ….” Kubuang semua cairan spermaku. Belum pernah aku selega ini melepaskan spermaku ke dalam liang vagina seorang wanita. Biasanya aku menggunakan kondom ataupun buang diluar. Namun sensasi buang di dalam tanpa kondom memang lebih nikmat.<br />
CRrrrrroooooooooooootttt…..crrrrrttttt crrrrrtttttt…. aku bisa merasakan denyutan vagina Maya menyambut datangnya sperma2ku. “Enaak ren” “Enak banget Teh” “Bukan, bukan, tadi aku bukan nanya ke kamu, aku bilang ke kamu dientotin kamu itu nikmat banget.<br />
<br />
Aku beruntung banget setelah sekian lama puasa langsung dapet yang kayak kamu” Posisi kami masih dalam posisi bercinta kami sebelumnya, aku masih menindih Maya dari belakang dengan penis masih terhujam di dalam namun akhirnya aku ambruk kesamping. Kuciumi pundak Maya, kubelai dengan lembut punggungnya dan kubelai rambutnya yang tadinya sudah berantakan. Kami berdua pun ketiduran. Aku terbangun melihat jam sudah di pukul 10.30 malam.<br />
<br />
Aku melihat kesampingku, Maya tidak ada. Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka, Maya masuk kembali dan langsung menyerangku. Malam itu kami lagi2 bercinta hingga pagi.* Setelah test drive yang pertama ini kami pun rutin melakukan seks selama lebih dari 1 bulan.<br />
Seringnya saat Wein tidak ada di rumah, atau gantian di apartemenku atau kami ke luar kota. Sampai akhirnya berita gembira itu hadir, Maya positif hamil. Wein dan Maya dan juga Keluarga besarnya gembira bukan main. Aku pun senang akhirnya aku menjadi ayah dan juga bisa membahagiakan Wein. Namun biarlah Wein yang mengurus anak ini dengan lebih baik.<br />
<br />
Aku dan Wein pun masih bersahabat hingga kini. Tapi yang Wein tidak tahu, meskipun sudah lewat 3 tahun Maya berhasil hamil dan melahirkan anak dariku, namun Aku dan Maya masih sering bercinta. Mungkin saja Wein tahu dan membiarkan. Entahlah, aku tak tahu bagaimana mengakhirinya. Bercinta dengan Teh Maya benar2 bikin ketagihan.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-29215758314927415872018-04-27T23:12:00.000-07:002018-04-27T23:12:39.435-07:00Nenen Teteh Yang Besar Buat Adikku Ngaceng<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh1FrNTVQeeAiJJ1EXxcpE9pzNlcVvVyEkwOw11EoC51j6l0mvqs9IlT5laShGGukWuTpmZ-vN7iN8bUWxNA_pcmpmAzFsPZTbZjc8-e1hpobHmBkhNPH5IV_X3o41F9vAscno0TN6yrez/s1600/2758.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Nenen Teteh Yang Besar Buat Adikku Ngaceng" border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh1FrNTVQeeAiJJ1EXxcpE9pzNlcVvVyEkwOw11EoC51j6l0mvqs9IlT5laShGGukWuTpmZ-vN7iN8bUWxNA_pcmpmAzFsPZTbZjc8-e1hpobHmBkhNPH5IV_X3o41F9vAscno0TN6yrez/s640/2758.jpg" title="Nenen Teteh Yang Besar Buat Adikku Ngaceng" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nenen Teteh Yang Besar Buat Adikku Ngaceng</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Sore itu, aku sedang di ruang tamu ketika seorang tamu mengetuk pintu. Malasmalasan aku berdiri dan menuju pintu. Ternyata, Teh Renny, temen nyokap. Mama ada? tanyanya sambil menuju ruang tamu.<br />
<br />
Gak ada Teh, Mama masih di Bandung. Mungkin besok pagi baru pulang. Atau malam ntar Teh Renny kecewa. Ia menyandarkan tubuhnya yang dibungkus jilbab putih.<br />
<br />
Capek banget kayaknya Teh,aku berbasabasi.<br />
IYa, abis keliling nawarin baju ke pelanggan.<br />
<br />
Teh Renny adalah teman ibuku. Ia seorang janda, 43, anak masih smp. Ia sering mengambil produk baju wanita atau pria dari Ibu yang seorang distributor pakaian. Ia mengeluarkan barang2 dari dalam tas besarnya. Diletakkan di atas meja.<br />
<br />
YA udah, Teteh titip aja ke kamu. Ini barang dipulangin, mau diganti dengan produk lain aja.<br />
<br />
Tampak pakaian dalam wanita. Aku tercekat. BHBH itu beraneka warna dan ukuran.<br />
<br />
Kenapa dipulangin Teh?tanyaku iseng sambil lalu.<br />
Kurang laku, ukurannya besar2. Pelanggan Teteh jarang yang big size. Lebih enak jual yang ukuran sedang dan kecil.<br />
<br />
Teteh meminta aku ambil BHBH dari gudang di belakang rumah. Kemudian Teteh Renny sibuk memilih2.<br />
<br />
BAntuin Teteh atuh?<br />
<br />
Gak ngerti Teh yang ukuran kecil atau sedang gimana?<br />
Kamu liat ukurannya 34 ke bawah, itu sedang atau kecil.<br />
<br />
Aku lalu memilahmilah sesuai permintaan.<br />
<br />
KAmu salah, itu besar. itu CUP D besar.<br />
Ohhharusnya berapa?<br />
B atau A<br />
<br />
Setelah dapat yang diinginkan, Teh Renny minum air es yang kusediakan. Aku membereskan bh2 itu dan membawa ke gudang. Tapi ketika kembali Teh Renny minta tolong lagi.<br />
<br />
Oh ya Jun, Teh minta lagi dong bh2 itu. Teteh mau ambil 2 biji.Tapi ambil yang besar2 aja ya<br />
<br />
Aku kembali ambil kedua BH itu. Teh Renny memilih ukuran 38C, tapi ia tampak bingung. Tapi ia memutuskan ambil warna putih berenda dan warna hitam.<br />
<br />
Buat siapa Teh? Katanya gak laku?<br />
<br />
Teh Renny senyum, manis sekali.<br />
<br />
Buat Teteh pakai<br />
<br />
AKu tercekat. Entah kenapa mataku spontan melirik ke bagian toket yang tertutup baju itu. Benarkah toket nya itu sebesar itu? Aku tak yakin, tidak ada tandatandanya. Kelihatan tidak membusung alias datar2 aja.<br />
<br />
Ohh<br />
Kenapa kaget gitu Jun?.<br />
<br />
Ini juga Seru Sob,jangan sampai lo ketinggalan ya!<br />
<br />
Teh Renny orangnya supel. Dia suka blak2 an. Meski orang Sunda, tapi dia menjaga sikap dan prinsip hidupnya.Hingga kini ia belum juga dapat suami baru lagi. Memang pernah ia berpacaran beberapa kali, itu kata Ibuku.Tapi kandas di tengah jalan.<br />
<br />
Gara2 ia memberi tahu rahasia seksual yang dijaganya selama ini, aku jadi horny. Padahal selama ini aku tidak pernah seperti itu.Pikiran nakal merasuki kepalaku. Tapi dia teman Ibuku? Aku tak peduli. Aku akan merayunya. Aku akan berakting pura2 lugu. Itu jebakan buat dia nanti. Aku harus bisa menyaksikan keindahan toket miliknya.<br />
<br />
Teh, boleh Arjuna pilihkan gak ?<br />
<br />
Teh Renny menoleh ke arahku.<br />
<br />
Bolehbagus yang model mana?<br />
Warnanya sih udah ok. Model transparan gitu bagus deh. Terus ada rendarendanya.<br />
<br />
Janda berjilbab itu senyum.<br />
<br />
Hmmm.gitu yaa<br />
bentar Tehaku ambilin katalog dulu ya dari kamar Mama<br />
<h2>
<br />Nenen Teteh Yang Besar Buat Adikku Ngaceng</h2>
<br />
Katalog itu kuserahkan ke Teteh. Di dalam majalah berwarna itu tampak berbagai model BH yang dikenakan modelmodel sesuai ukuran, tipe atau merk. Tentu saja model2nya orang bule. Teteh membolakbalik halaman dengan serius.<br />
<br />
Siniliatin yang bagus yang mana<br />
<br />
Aku mendekati Teteh di sofa. Harum semerbak tubuhnya menyergap hidungku. Begitu menggoda, merangsang dan membangkitkan kejantananku. Aku melirik wajahnya. Meski kulit wajahnya sudah tidak semulus gadis lagi, tapi sisasisa keayuan masa lalu masih ada. Bibirnya mungil, dipoles lipstick tipis. Dia cantik secara alami.<br />
<br />
Teh yang ini ok<br />
<br />
Teh Renny menganggu setuju. Tapi Mama kamu gak ada tipe ini<br />
<br />
Aku kecewa karena menurutku BH itu sangat seksi. Berukuran besar, menyanggah payudara si model yang setengah baya dengan anggun. Putingnya tampak menerawang dan sebagian besar gundukan toket nya terbuka.<br />
<br />
Tapi yang punya Ibu kamu ini hampir mirip kok. Cuma kancingnya di belakangkata Teh Renny.<br />
<br />
Kami melihatlihat halaman lain.<br />
<br />
Tehukurannya gedegede yaa<br />
Iyaeh, tapi ngomong2 kamu jangan cerita ke Ibu kamu Teteh bhnya dipilih2 sama kamu yaa<br />
<br />
Aku manggut.<br />
<br />
Kenapa Teteh ukuran toket nya bisa besar kayak orang bule?tanyaku pura2 lugu.<br />
<br />
Janda itu mencubit lenganku.<br />
<br />
Sejak lahirin anak, jadi besar toket nya.<br />
Aku duduk menyender di sofa. Teh Renny juga.<br />
Teh gak dicoba dulu bh nya?<br />
Gak usahpasti pas kok<br />
<br />
Oyadulu suami suka pilihin model bh Teteh<br />
Waktu gadis iyatapi udah punya anak gak pernahlagian dia gak suka ukuran besar<br />
<br />
Aku pura2 kaget. Masa sih Teh? Kan enak toket yang ukuran besar?<br />
Teh Renny menoleh ke arahku. Nakal yakamu dah pengalamanemang pernah rasain toket gede ?<br />
<br />
Blom sihdulu pacar aku sedang<br />
Terus kok bias tahu yang toket gede enak<br />
Kalo liat di film pornokayaknya yang toket besar itu enak menurut aku.<br />
Tapi suami mbak dulu gak suka.<br />
Menurut aku bodoh, laki2 gak suka ukuran mbakItu kan keindahan, seksi banget<br />
<br />
Teh Renny tersanjung. Senyumnya indah banget.<br />
Sesaat suasana hening. Aku gelisah, karena penisku sudah mengejang dalam posisi miring.<br />
<br />
Teh benar gak sihperempuan ukuran besar itu nafsunya gede juga yaa<br />
Teh Renny ketawa lebar. Mungkin..kamu aneh2 ajatergantung<br />
Aku menatapnya erat2. Semakin dekat.<br />
Tergantung apa Teh?<br />
<br />
Teh Renny jadi gugup. Ini sudah saatnya. Kugenggam tangannya.<br />
Tehkalo aku suka yang besarkalo Teteh suka cowok yang besar juga?<br />
<br />
Pernyaanku membuat Teh Renny salah tingkah.<br />
<br />
Kamu jangan ngomong seks terusntar kamu jadi nafsu lagi<br />
Biarin TehKutarik tubuh Teh agar bersandar di sofa.<br />
Enak gini, biar Teteh bias istirahat. Kasihan capek kan?<br />
<br />
Sepasang mata mungil itu menatapku sendu. Teh Renny memandangiku dengan tatapan kosong. Ia menarik wajahku semakin dekat dan melumat bibirku dengan lembut. Betapa lembutnya bibir janda manis ini. Teh Renny menarik tubuhku semakin rapat.<br />
<br />
Tangannya melingkari bahuku. Aku biarkan ia mengendalikan situasi. Usai berciuman, ia melepas penutup kepalanya. Rambutnya yang hitam tergerai. Ia memiringkan kepalanya ke kiri, menampakkan leher yang jenjang.<br />
<br />
Teteh cantik<br />
<br />
Ia mengembangkan senyum. Ia melumat bibirku lagi sambil memelukku erat erat. Aku mulai terpancing. Kujilati wajahnya, lehernya dan memandangi bagian toket nya yang masih tertutup itu. Teh Renny senyum kecil. Dia bangkit dan melepas restleting jubah panjangnya di bagian depan. BH warna putih itu menampakkan sebagian dagingnya. Dia sengaja tak melepas seluruh pakaiannya. Aku suka caranya.<br />
<br />
Kamu mau tetek Teteh?<br />
<br />
Aku manggut kayak anak kecil. Teh Renny menarik kepalaku dan membenamkan di belahan BH putih itu. Aku merasakan daging kenyal itu, kujilati dan kuciumi dengan lembut. Wanginya sangat alami dan khas. Sulit kugambarkan aroma itu.<br />
<br />
Aku membantu melepas baju itu hingga ke pinggang.<br />
Sekarang BH itu terpampang jelas. BEgitu besar menyangga isinya yang super besar itu.<br />
<br />
Teh, ini mah gede banget.<br />
KAmu suka gak?<br />
<br />
Aku menjawabnya dengan remasan. Aku gemas sampai bh itu nyaris terlepas karena tanganku. Teh Renny melepas bh itu dan melemparnya di ranjang. Puting2 itu coklat muda dan begitu mungil. Janda jilbab itu menjulurkan puting itu ke mulutku.Kuisap puting itu dengan lembut dan kumainkan dengan lidahku. Teh Renny merintih geli.<br />
<br />
Aku amati bentuk toket Teh Renny. Besar, panjang, putih dengan urat2 halus di sebagian tubuh buah dadanya. KEmbali aku menjilati seluruh bagian tetek besar itu. Teh Renny sesekali memejamkan mata atau menjerit kecil setiap aku mengulum putingnya. Tidak cuma payudara besar, janda ini juga punya pantat yang montok. Luar biasa besar.<br />
<br />
Ia melirik ke bagian selangkanganku. Celana jins itu dilepasnya pelan2. PEnisku yang miring di cd dicengkramnya. Kemudian dilepasnya cdku dengan cepat. Teteh melotot sejenak. Batang penisku keras dan panjang. Kepala penis yang merah itu jauh leabih besar dari batangnya.<br />
<br />
Ya ampunJun..penis kamu gede juga.<br />
<br />
Sebelum mengulumnya, Teteh menjepit penisku di antara payudaranya. Kemudian dikulumnya dengan lembut. Lalu dikocokkocoknya. Aku terbuai oleh belaiannya. Dia begitu pintar. Teh Renny mencium setiap inci batang penisku. Ketika tiba di bagian penis dia langsung membasahi dengan lidahnya dan melumatnya. Begitu berulang2. Tanpa berlama2, aku segera melepas cd putih miliknya.<br />
<br />
Bagian vagina itu bersih tanpa bulu. Lubangnya kubasahi dengan liur dan kuarahkan penisku ke liang itu. Aksi membuat ia menjerit2. Tusukan penisku menghujam hingga mentok ke dasarnya. Kumiringkan ia, tusukan itu terus mengayun. Bahkan posisi favoritku pun, ia menikmatinya. Pantat yang menungging itu menunggu ditusuk oleh batang penis panjang ini.<br />
<br />
Kutekan penisku ke liangnya dalam posisi doggy style.Pantat besar itu menahan gempuran itu. Jeritan Teteh makin keras. Aku begitu sibuk. Kedua payudara itu pun tak lepas dari cengkramanku. Kuremas2 sekuat mungkin. Setengah jam berlalu dihiasi tusukan penis dan suara manja Teteh.<br />
<br />
Kubopong tubuh sintal itu ke kamar. Di ranjang, ia kurebahkan.Tapi Teteh bangkit dan meneteki aku di atas ranjang. Aku seperti anak kecil yang haus kasih sayang. Teteh memandangiku dengan lembut, persis seorang Ibu. Sambil membelai2 rambutku. Katakatanya pun terdengar lembut dan membuaiku.<br />
<br />
Kamu hebat banget sih. Teteh puas banget.Kamu puas gak sama Teteh?<br />
<br />
Kulepas mulutku dari putingnya.<br />
<br />
Puas Teh. Teteh seksi banget.Teteknya enak banget.Gede sih<br />
<br />
Teteh membantu aku meraih putingnya. Kujilati lagi dengan mulutku. Kugigit2 kecil. Sementara tak kusangka, penisku sudah digenggamnya. Dikocok2nya.<br />
<br />
Kamu lama ya keluarnya. Suami teteh dulu sih cepat keluar.<br />
<br />
TEteh lalu tidur tengkurap. Pantat besar itu kujilati. Lalu, kuangkat sedikit dan kuarahkan penisku ke memeknya.KUgoyang memek itu dengan penisku berkali2. Teteh meronta liar. Tusukanku membuat ia menahan sakit dan nikmat tiada tara. Tibatiba ia bangkit dan membentuk pantat yang membulat besar.Kugempur lagi sampe tubuhya bergetar hebar. Teteh mengaku mencapai klimaks.<br />
<br />
Tapi itu bukan yang pertama. Di kamar mandi, dalam posisi setengah berdiri, lagi2 pantat besar itu kuhujami kontol perkasa ini. Puncaknya, aku capai klimaks. Teteh kuminta untuk mengulum dan siap2 menelan sperma. Ini untuk pertama kali ia mau melakukannya. Tidak dengan suaminya atau pacarnya dulu. Kami mandi bersama.<br />
<br />
Usai mandi, aku memasang bh baru untuk toket nya yang nikmat itu. Di cermin kupandangi ia dari belakang. SAmbil kupeluk, bh itu tampak sempurna.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-885020312282992052018-04-25T02:51:00.000-07:002018-04-25T02:51:27.437-07:00Si Tina Ketagihan Ku Genjot Enak<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgltpw5EgGYnWzrVMz_JTm3gVmMU02rcDsrEtTe3DByeGppXknGde17OI2hGIlgdXGfE-OUuN8myao60Du-m1tPhlM1ZhInxdlGyVNKCGEhT7fMnH7HZ1dnLuPDMOFrOV1jNnUVQAcLNqlJ/s1600/2727.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Si Tina Ketagihan Ku Genjot Enak" border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgltpw5EgGYnWzrVMz_JTm3gVmMU02rcDsrEtTe3DByeGppXknGde17OI2hGIlgdXGfE-OUuN8myao60Du-m1tPhlM1ZhInxdlGyVNKCGEhT7fMnH7HZ1dnLuPDMOFrOV1jNnUVQAcLNqlJ/s640/2727.jpg" title="Si Tina Ketagihan Ku Genjot Enak" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Si Tina Ketagihan Ku Genjot Enak</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Sejak pertama bertemu aku memang kurang suka kepadanya karena kecentilannya itu. Sewaktu melanjutkan sekolah di SMP dan SMA kami berpisah. Namun sikapku terhadapnya tidak berubah. Aku tetap saja tidak suka kepadanya. Apalagi ketika SMA, aku merasa pergaulannya tidak baik. Tapi itu dulu, kalau sekarang tentu lain cerita.<br />
<br />
Sampai ketika aku melanjutkan kuliah dan saat libur semester aku pulang kampung. Malamnya aku nongkrong dengan teman masa kecilku di sebuah warung gado-gado. Tinapun ada di sana sambil berbisik-bisik genit. Ia tiba-tiba duduk di sebelahku. “Hai Anto, apa kabar? Kelihatan gemuk sekarang deh,” katanya sok akrab. Aku menjawab sekenanya saja, masih belum ada interestku kepadanya. Namun ia tidak menyerah dan bertubi-tubi bertanya tentang keadaan diriku sekarang ini.<br />
<br />
Akhirnya aku yang menyerah dan meladeni pertanyaannya. Ternyata sebenarnya asyik juga anak ini sekarang. Hanya mungkin image yang tertanam sejak kecil membuatku mengambil jarak terhadapnya. Ia perlahan merapatkan duduknya ke arahku tanpa menarik perhatian orang lainnya. Ketika warung mulai sepi, maka tangannya mulai nakal mengusap pahaku dan memainkan bulu kakiku. Tentu saja penisku langsung berontak, membesar di balik celana pendekku. Ia tersenyum melihat bagian depan celanaku yang sedikit menggembung. Tak lama kemudian ia pulang karena sudah malam..<br />
<br />
Akupun pulang dengan penis yang mengembang karena elusan tangan Tina di pahaku tadi. Karena tensi sudah terlanjur naik ke ubun-ubun, maka malam itu kusemprotkan sperma dengan bantuan tanganku.<br />
<br />
Malam-malam berikutnya aku jadi rajin ke warung gado-gado untuk nongkrong dan menikmati elusan Tina di pahaku. Suatu ketika Tina pulang dan minta kuantarkan. Aku tentu saja dengan senang hati mengantarnya pulang. Sampai di rumahnya disuruhnya aku masuk dulu dan duduk di ruang tamu. Ruang tamunya kelihatan sepi, tapi dari arah ruangan dalam kudengar pelan suara TV. Tak tama kemudian Tina keluar lagi dan kami ngobrol sampai lama. Aku sudah mulai mengantuk dan beberapa kali menguap. Tian kemudian membuatkanku segelas kopi. Sambil menunggu kopi agak dingin kami kembali ngobrol. Ia duduk di depanku hanya memakai celana pendek dan kaus oblong.<br />
<br />
Tangannya mulai iseng mengusap lututku. Dengan refleks kutangkap tangannya dan kutarik ke arahku. Ia tidak melawan tarikan tanganku dan akibatnya sebentar kemudian ia sudah duduk dipangkuanku dan bibirku langsung melumat bibirnya. Ia terkejut sebentar, namun kemudian membalas lumatanku dengan ganas. Beberapa detik ia masih duduk dipangkuanku dan kami berciuman. Kurasakan ia tidak memakai BH. Aku terangsang dan napasku menjadi berat. Mendadak kami sadar dengan keadaan kami. Ia melepaskan pelukanku dan kembali duduk di tempatnya semula. Suasana menjadi kaku. Kami berdua sama-sama merasa kikuk dengan apa yang telah kami perbuat baru saja. Begitu kopi habis, maka aku segera berpamitan pulang. Ia mengantarku sampai ke sudut rumahnya. Di sana kupeluk dan kucium lagi bibirnya. Sekitar lima menit kami masih berpelukan di sana. Untung lampu di sudut rumahnya putus sehingga kami leluasa bercumbu di sana.<br />
<br />
Akupun pulang dengan tersenyum. Kembali sampai di rumah dengan bantuan tangan kukeluarkan lagi sperma sedari tadi yang sudah sampai di ujung penisku. Kubayangkan Tina di bawahku sedang memekik-mekik menerima penisku. Tiga malam berikutnya kami selalu bercumbu di sudut rumahnya. Ia mulai berani mengusap bulu dadaku dan menciumi putingku. Akibatnya tiap malam sepulang dari rumahnya spermaku kumuntahkan. Malam terakhir kami bercumbu lagi. Ia merebahkan badannya melintang telentang di atas kedua pahaku. Kubuka kancing kemejanya dan seperti biasa ia tidak memakai BH. Kuisap putingnya yang kecil berwarna kemerahan itu. Tanganku menggesek bagian depan celana dalamnya. Kepalanya sudah mendongak pasrah, giginya menggigit bibir dan mengeluarkan desahan lirih yang sangat menggoda. Kubisikkan, “Kamu mau ini kita lanjutkan?” “Kalau kamu mau kita lakukan di belakang rumah saja. Sepi dan gelap di sana,” katanya. Tiba-tiba saja aku bisa menguasai diri dan berkata,”Tidak Tin. Cukup sudah sampai di sini. Aku tidak mau menanggung resikonya”.<br />
<br />
Akhirnya aku pulang.<br />
<br />
Setelah kejadian itu maka setiap libur semester aku pulang kampung dan tak lupa lupa bercumbu dengannya. Meskipun aku sebenarnya sudah berpengalaman (setelah diajari Ibu Heni, alias Hanny), namun dengan Tina paling jauh hanya sebatas petting. Sebenarnya kalau aku mengendaki lebih jauh Tina mau saja, karena iapun sudah sering melakukannya dengan orang lain. Ia pernah mengajaknya bersetubuh. Kukatakan kalau akupun mau dengan syarat pakai kondom. Ia menolaknya. Sampai suatu ketika kudengar kabar kalau ia menikah dengan seorang PNS. Selentingan yang beredar suaminya itu hanyalah korban dari permainannya. Sebenarnya banyak yang sudah mencicipi tubuhnya tetapi si PNS tersebut yang masuk terjebak dalam perangkapnya.<br />
<br />
Waktupun berlalu dan aku sudah lulus dan bekerja di Jakarta. Ketika ada libur tiga hari berturut-turut aku pulang. Aku berjalan-jalan dan tak terasa lewat di samping rumahnya. Kulihat ia ada di teras dan melihatku serta menyuruhku mampir ke rumahnya. Kami duduk di teras sambil bercerita. “Mana suamimu?” tanyaku. “Nggak ada. Dia jarang pulang ke sini. Ia lebih banyak di kantor dan pulang ke rumah istri tuanya,” katanya. Ternyata suaminya terkena kasus indisipliner dan sekarang disuruh untuk menjadi sopir atasannya. Aku baru tahu kalau Tina menjadi istri muda. Ia mengingatkanku tentang apa yang dulu kami lakukan. Akupun mulai terangsang ketika dengan genit ia menceritakan kembali peristiwa beberapa tahun yang lalu. “Kamu benar-benar mau? Kalau mau sejam lagi kita ketemu di terminal dan check in ke luar kota!” kataku. Kulihat matahari masih berada di atas kepalaku, berarti sekitar tengah hari.<br />
<h2>
<br />Si Tina Ketagihan Ku Genjot Enak</h2>
<br />
Akhirnya kamipun bertemu di terminal dan meluncur ke luar kota untuk mencari tempat menyalurkan hasrat kami. Di dalam bis sepanjang jalan ia terus mengusap pahaku dan sekali-sekali mencengkeram lulutku dengan kukunya. Aku menjadi terangsang sekali dengan ulahnya. Kubalas dengan menekan sikuku ke dadanya dan kuputar-putarkan. Kami saling merangsang dengan cara kami. “Aku mau nanti kita main dengan posisi nungging dan 69,” kataku menggodanya. Ia mencubitku lalu berkata,”Kita lihat saja nanti”. “Kamu masih ikut KB?” kataku lagi. “Nggak, untuk apa. Dia belum tentu sebulan datang tidur di rumah”. Dua jam kemudian kami sampai di kota tujuan kami. Turun dari bis aku langsung masuk ke apotik di depan terminal bis. “Ngapain ke apotik?” tanyanya. “Hussh. Untuk pengamanan, kamu kan tidak ikut KB,” kataku. Sambil berjalan mencari hotel terdekat, para tukang becak di depan terminal berlomba-lomba menawarkan diri. “Mari Pak, saya antar ke tempat yang bersih dan murah”.<br />
<br />
Mereka ini langsung tahu saja. Aku jadi berpikir apakah kami ini kelihatan sekali sebagai pasangan selingkuh yang sedang mencari tempat berkencan. Akhirnya kami mendapatkan sebuah hotel tidak jauh dari terminal. Kamarnya cukup bersih dengan satu ranjang king size. AC kamar kunyalakan dan udara dingin mulai menyebar di dalam kamar ini. Karena perjalanan tadi cukup jauh maka tubuh kami rasanya lengket dengan debu bercampur keringat. Kuajak Tina untuk mandi bersama. Ia menolak dan menyuruhku mandi duluan. Aku melepas semua pakaianku di depannya dan masuk ke kamar mandi. Aku belum selesai mandi Tina menyusulku ke kamar mandi dengan berbalut handuk sebatas dada. Segera kutarik handuk yang melilit tubuhnya dan segera bibirku menyerang bibirnya dengan gencar. Ia membalas dengan ganas.<br />
“Hmmhh. Masih pintar juga kamu bersilat lidah,” godaku. “Heehh. Kan kamu juga dulu yang ngajarin”. “Susumu masih kencang seperti dulu. Tapi sekarang agak lebih besar,” kataku setelah meremas payudaranya dan mengecup putingnya. Sambil mandi kami masih terus berciuman. Ketika aku akan berbuat lebih jauh lagi ia mendorongku. “Nanti saja di ranjang. Kalau sudah selesai, sana ke kamar duluan,” katanya.<br />
<br />
Aku mengeringkan tubuhku dan langsung berbaring di atas ranjang. Udara kamar terasa dingin. Aku menarik selimut dan menutupi badanku sampai ke dada. Tak lama kemudian Tina pun menyusulku masuk ke bawah selimut. Ia berbaring menyamping di sebelahku dan tangannya mengusap bulu dada dan menggelitik putingku. Penisku yang sudah lama menantikan saat ini segera saja langsung berdiri. Kubuka selimut yang menutup tubuh kami, dan kutindih tubuh mungilnya. Tina membuka lebar kedua kakinya sehingga penisku bisa menggesek rambut kemaluan di selangkangannya. Mulutnya setengah terbuka menantikan serangan bibirku. Belum lagi bibirku menempel di bibirnya, kepalanya sudah naik menyambut serangan bibirku. Kami saling menikmati rujak bibir ini beberapa saat. Sementara itu penisku sudah tak sabar ingin segera melakukan penyerangan. Sejak di perjalanan tadi Tina tak hentinya merangsangku di bagian paha dan lutut. “Tidak disangka. Dari dulu sudah mengarah namun baru kali ini kita bisa kenthu, bercinta,” desahnya. Kenthu adalah bahasa slank di daerah Jawa untuk bersetubuh. “Tin, doggy dan 69-nya nanti saja ya. Kita nikmati dulu babak pertama dengan cepat!” bisikku. “Ihh.. sudah nggak sabar lagi ya,” katanya sambil mencium telinga, leherku dan kemudian singgah di putingku. “Habisnya, sejak di bis tadi kamu sudah membuatku kepanasan”.<br />
<br />
Kuraih kotak kondom yang sudah kusiapkan, kubuka dan dengan cepat kupasang pada penisku yang sudah tegak menantang. Kutindih lagi tubuhnya dan kubuka kakinya lebar-lebar. Kuarahkan penisku untuk menembus vaginanya. Rasanya sulit sekali untuk menembus liang vaginanya. Penisku sepertinya kehilangan arah untuk menemukan jalan masuk liang kenikmatannya. Padahal dengan memakai kondom, kuharap permukaan kondom yang licin akan mempermudah pekerjaanku. Ia semakin melebarkan kakinya dan tangannya membantu penisku menemukan lubang vaginanya. “Dorong To.. Yaahkk.. Tekan.. Tekan kuat”. Kudorong degan kuat dan peniskupun meluncur dengan mulus di lorong vaginanya. Meskipun memakai kondom, namun desakan dan gesekan dinding vagianya masih dapat kurasakan. “Tin.. Ouhh nikmat Tin..” aku mendesis. “Kamu tidak mau dikasih enak dari dulu,” ia menjawab dengan napas memburu. Mukanya kelihatan memerah dadu. Aku merasa bahwa ronde ini akan berlangsung dengan cepat, maka kubisikkan lagi untuk memastikan supaya ia juga bermain dengan cepat. “Kita main cepat Tin. Rasanya aku sudah tak tahan lagi”. Tina menganggukan kepalanya. “Aku akan mengimbangimu. Akupun rasanya ingin segera menikmati ledakan kenikmatan itu”. Aku segera menggenjotnya dengan tempo sedang dan semakin lama semakin cepat. Ia mengimbanginya dengan menggerakkan pinggulnya.<br />
<br />
Sementara itu mulut kami saling berpagut dan melumat sampai menibulkan bunyi kecipak yang cukup keras. Kadang juga kusedot putingnya dengan keras dan ia menggelitik lubang telingaku dengan lidahnya. Ketika ia menjilati putingku, kubalas sama dengan perlakuannya tadi padaku. Kugelitikin lubang telinganya dan kuhembuskan napasku yang memburu di sana. Gairah kami semakin memuncak dan gerakan kami semakin cepat dan liar. Aku tak mau menahan lebih lama lagi. Ketika kulihat mulut Tina terbuka seperti mulut ikan yang kekurangan air akupun tahu sebentar lagi ia juga akan sampai ke puncak. “Hah.. Hh.. Hh.. Huuhh.. Ouhh Tina nikmat sekali milikmu,” kataku terengah-engah. “To.. Ayo lebih cepat lagi To..”<br />
<br />
Cerita Dewasa, Jitu Dan Sukses PDKT Sampai Tina Agresif Sering Ketagian Minta Bersetubuh 2Genjotan demi genjotan, desah napas yang semakin memburu bercampur dengan keringat yang menitik akhirnya membawaku untuk segera mencapai puncak kenikmatan. Erangan kami saling bersahutan memenuhi seluruh sudut kamar. “Tina.. Tin.. Ahhk sekarang..” “Ouhhkk To.. Lakukan.. Ayo tekan sekuatnya” Kepalanya mendongak dan tangannya meremas rambutku. Kupeluk pinggangnya dan kuangkat ketika aku dengan cepat menghentakkan serangan terakhirku. “Akhh.. Yeahh.. Arrghkk.. Ouhh”. Ia melenguh panjang ketika lahar kepuasanku menyemprot keluar. Dinding vaginanya berdenyut menyedot penisku. Matanya terpejam dan remasan tangannya pada rambutku semakin kuat. Aku terkapar lemas di atas tubuhnya dengan tubuh basah oleh keringat dan napas yang seakan-akan mau putus. Ketika penisku akan kutarik ia menahan pinggangku dan memberikan sebuah denyutan kuat di vaginanya. Aku kembali tersentak dan mengejang merasakan remasan dinding vaginanya.<br />
<br />
Setelah membersihkan diri kami berbaring dan rasanya badanku lelah sekali setelah menyelesaikan ronde ini. Kukatakan padanya, “Sorry Tin, rasanya aku capek sekali. Aku mau tidur dulu sebentar untuk memulihkan tenagaku. Bukankan nanti masih ada babak berikutnya?” Ia mencubit pinggangku dan aku mulai memejamkan mata. Kurasakan tangan Tina memeluk dan mengusap pinggangku. Kurang lebih sejam kami tertidur. Aku bangun dan merasakan badanku mulai segar kembali. Kulihat Tina masih memejamkan mata dengan tarikan napas teratur. Kuberikan usapan dengan ujung jariku mulai dari tengkuk hingga belahan pantatnya. Tina tersadar dan menggeliat. “Uppss.. Mulai nakal ya. Sekali dikasih maunya nambah terus. Kenapa sih dari dulu nggak mau?” “Aku nggak siap mental waktu itu?” kataku.”Dulupun kalau kita bercinta dengan memakai sarung karet pengaman tentu saja aku mau. Buktinya suamimu sekarang terjebak dalam permainanmu,” kataku lagi dalam hati.<br />
<br />
Ujung jariku masih melakukan gerakan memutar di punggungnya. Ia membalas dengan melakukan sentuhan ringan di pinggangku dan turun ke buah zakarku. Penisku perlahan mulai mengeras seiring dengan naiknya gairahku. Aku bergerak sehingga posisi dadanya sekarang di depan mulutku. Putingnya yang kecil berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Mulutku bergerak ke bawah perutnya, ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku. Aku menggesekkan hidungku ke bibir vaginanya. “Lakukan To.. Teruskan. Ahkk!!” Ia menghentakkan kepalanya dengan keras ke atas bantal meluapkan kekecewaannya. “Belum Tin.. Nanti pasti kulakukan”. Aku belum ingin melakukannya sekarang, hanya sekedar memberikan fantasi dan membuatnya penasaran. Kepalaku kembali bergerak ke atas dan menciumi sekujur dadanya. Tangannya berada di atas kepala sambil meremas ujung bantal.<br />
<br />
Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya dengan lincah menyusuri wajah, bibir, leher dan dadakuku. Tina mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku, kemudian menggelitik dan memilin lidahku. Kubiarkan Tina yang mengambil kendali penyerangan. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya. Kujepit putingnya dengan jariku sampai kelihatan menonjol kemudian kukulum dan kujilati dengan lembut. “Auhh, Ayolah Anto.. Teruskan.. Lagi,” ia merintih pelan. Kemaluanku mulai menegang dan mengeras. Kukulum payudaranya semuanya masuk ke dalam mulutku, kuhisap dengan kuat, dan putingnya kumainkan dengan lidahku. Napas kami memburu dengan cepat dan badan kami mulai hangat oleh darah yang mengalir deras. “Ayo puaskan aku sayang.. Ahh.. Auuh!” Tina mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya. Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya, kumasukkan jari tengahku ke belahan di celah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke bagian atas depan vaginanya. “Ahh.. Kamu pandai sekali”. Sementara itu tangan kananku meremas buah dadanya dengan lembut. Tangannya membalas dengan memegang, meremas dan mengocok penisku. Dengan liar kuciumi seluruh bagian tubuhnya yang dapat kujangkau dengan bibirku. Beberapa saat kemudian penisku mengeras maksimal. Kepalanya memerah dan berdenyut-denyut.<br />
<br />
Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian berputar-putar menahan rasa nikmat. Pinggulnya naik dan bergoyang-goyang. Kupelintir puting payudara kirinya dan dan mulutku menjilati puting kanannya. Sementara itu jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat dan liar gerakan pinggulnya. Kepalaku bergerak turun perlahan sampai di selangkangannya dan segera mengambil alih pekerjaan jariku. Kubuka bibir vaginanya dengan jariku dan dinding vaginanya yang mulai basah oleh lendir agak kental dan lengket segera kujilati. Bibir vaginanya kugaruk dengan kumisku. Ia menggelinjang tidak karuan. “To.. Anto.. Aku juga mau merasakan penismu,”<br />
<br />
Aku bergerak memutar sehingga penisku berada di depan mulutnya. Ia kemudian mengecup kepala penisku. Lidahnya membelah masuk ke lubang kencingku. Aku merasakan sensasi kenikmatan yang tidak terkira dan secara refleks aku mengencangkan otot kemaluanku. Buah zakar yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya dan dijilatinya sampai titik Kundaliniku. Aku hanya menahan napasku setiap ia menjilati titik sensitif ini. Kami seakan berlomba untuk memberikan rangsangan pada alat kelamin. Kami bergantian menikmatinya. Ketika ia mengulum, mengisap dan menjilat penisku aku menghentikan aksi lidahku dan menikmatinya demikian juga sebaliknya ketika klitorisnya kujilat dan kutekan dengan lidahku ia berdesis keras menahan rasa nikmat. Tangannya kadang menekan kepalaku dengan keras ke selangkangannya. “Putar To. Berguling, aku ingin di atas,” pintanya dengan manja. Aku berguling dan kembali kami melanjutkan aktivitas kami. Kini mulutnya dengan leluasa beraksi di penis dan area sekitar pangkal pahaku. Penisku sudah mulai terasa ngilu menahan sedotan mulutnya yang sangat kuat. “Tina, ayo kita masuk dalam permainan berikutnya..”<br />
<br />
Kembali kuambil kondom dan Tina membantu tanganku memasang dengan baik pada penisku yang sudah berdiri keras. Dengan gerakan perlahan Tina berjongkok di atas selangkanganku dan mulai menurunkan pantatnya. Sebentar kemudian dengan mudah aku sudah menembus guanya yang hangat dan lembab. Kembali kurasakan sempitnya alur vaginanya. Pinggulnya bergerak naik turun dan aku mengimbanginya dengan memutar pinggul dan menaik turunkan pantat. Kakinya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar. Kuciumi bahu dan dadanya. Beberapa kali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan. Tangannya menekan dadaku sekaligus menahan berat badannya. Gerakan pinggulnya berubah menjadi berputar cepat dan semakin cepat lagi. Tak lama kemudian ia merebahkan tubuhnya merapat di atasku dan mulai menghujaniku dengan ciuman dan gigitan. Kini dadaku yang berbekas kemerahan di beberapa tempat.<br />
<br />
Aku mengambil posisi duduk dan kubalikkan tubuhnya ke arah berlawanan dengan arah kepalaku tadi. Kini aku berada di atasnya. Jepitan dan sempitnya vagina membuatku kadang melambatkan tempo dan berdiam untuk lebih rileks. Namun ketika aku diam jepitan dinding vaginanya ditingkatkan sehingga aku tetap saja didera oleh rasa nikmat luar biasa. Kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya. “Sekarang doggy Tin,” bisikku. Ia mengerti maksudku. Segera ia menaikkan pantatnya yang bulat dan masih kencang. Kuposisikan diriku di belakang pantatnya dengan berdiri pada lututku. Diraihnya penisku dan segera diarahkan untuk masuk ke dalam vaginanya kembali. Kuterjang vaginanya dengan gerakan lembut. Tanganku memegang pantatnya dan membantu menggerakkan pantatnya maju mundur. Ia mulai menggelinjang dan mengejang tertahan, kedua tangannya mencengkeram dan meremas sprei. Kepalanya ditekankan ke atas bantal. “Ouhh.. Sudah To.. Aku tak kuat..” ia merintih ketika pantatku kugerakkan kebelakang sampai penisku hampir terlepas dan kumajukan dengan cepat. Kuulangi beberapa kali lagi dan iapun menekankan kepalanya miring di atas bantal. “To.. Kita kembali posisi.. Kita.. Aku..” ia menjerit dengan kata-kata yang tidak jelas. Ia menginginkanku kembali dalam posisi konvensional.<br />
<br />
Kembali kucabut penisku dan segera kurebahkan kembali dalam posisi konvensional. Aku merasa ia ingin segera mengakhiri babak kedua ini. Vaginanya kugenjot semakin cepat dan kuangkat kaki kirinya dan melipatnya sampai lututnya menempel di perutnya. Aku setengah berdiri di atas lututku. Dengan satu kaki terangkat dan satu lagi dikangkangkannya lebar-lebar ia semakin meracau tidak jelas, “Ouahh..Hhuuhh!”.Dinding vaginanya mulai berdenyut dan akupun sudah mencapai titik ideal untuk mencapai garis finish. Kakinya yang tadi kulipat kukembalikan lagi dan segera kedua pahanya menjepit pinggangku. “Sekarang Tina.. Uuughh,” aku menggeram keras. Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam di vaginanya. “Ouhh Anto.. Aaiihh!” iapun memekik kecil.<br />
<br />
Jepitan kakinya semakin ketat dan denyutan di vaginanya terasa meremas penisku. Ditekannya pantatku ke bawah dengan betisnya. Setelah beberapa saat kami sama-sama terkulai lemas Udara sejuk dari AC sangat membantu kami untuk beristirahat dan memulihkan tenaga. Tina masih mengusap dan mempermainkan bulu dadaku. Ia berbaring miring di sebelahku dengan sebelah kakinya ditumpangkan di atas kakiku. Kupeluk tubuhnya dan kuusap-usap dengan lembut.”Aku masih ingin bersamamu sekali lagi untuk berbagi kenikmatan,” katanya sambil mengecup lenganku.<br />
<br />
Setelah beberapa saat kemudian, maka napas dan detak jantung kamipun kembali normal dan kami tidur berpelukan. Ketika kulihat keluar dari lubang ventilasi di atas pintu langit sudah tampak gelap. Kuajak Tina untuk makan malam. Kami keluar dari hotel dan makan di rumah makan terdekat. Aku memesan sate yang dibakar setengah matang dan gulai kambing sementara Tina memesan soto ayam. Setelah makan kuajak Tina untuk kembali ke hotel. Begitu kamar terkunci Tina langsung memelukku dan menyerbuku dengan ganas. Kulucuti pakaiannya satu persatu dan setelah itu ia gantian melucuti pakaianku. “Mandi dulu Tin biar segar,” kataku. “Enggh.. Nggak usah To, nanti saja sekalian”. Kuangkat tubuhnya yang mungil dan kubawa ke kamar mandi. Ia meronta-ronta, namun tidak dapat melepaskan diri dariku. Di bawah segarnya guyuran air hangat dari shower terasa badanku menjadi lebih segar.Tanpa mengenakan apa-apa lagi kubawa Tina kembali lagi ke ranjang. Ia sudah merengek genit minta untuk masuk babak berikutnya. Aku masih menatap dan menikmati pemandangan indah di depanku. Tina yang sedang dalam keadaan telanjang terlentang mengangkang di atas ranjang. Rambut hitam tipis menghiasi celah pahanya.<br />
<br />
Kutarik kakinya sampai melewati tepi ranjang dan dalam posisi membungkuk aku segera menghisap dan mencium vaginanya. “69 lagi To. Aku masih ingin bermain dengan penismu,” rengeknya. Kuikuti kemauannya dan kini kembali kami bermain dalam posisi 69 sampai ia benar-benar puas memberi dan menerima rangsanganku. Aku berjongkok di depannya. Jari tengah dan Ibu jariku membuka vaginanya. Dengan penuh nafsu, aku menciumi kemaluannya dan kujilati seluruh bibir luar dan sampai bibir dalamnya. “Oh.., teruss.. An.. To.. Aduhh.. Nikmat..”. Aku terus mempermainkan klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah. Seperti orang yang sedang berciuman, bibirku merapat di belahan vaginanya dan lidahku terus berputar-putar di dalamnya. “Anto.., oh.., teruss sayamgg.. Oh.. Hh!!”. Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuat gairahku berkobar. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikan aksi lidahku. “ooh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..”, teriakannya semakin merintih.<br />
<br />
Ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari dinding vaginanya semakin membanjir. Vaginanya sudah basah terkena ludah bercampur lendirnya. Aku jilat lagi, terasa sedikit asin dan beraroma segar yang khas. “Sudah Anto.. Sudah.. Ayo kita..!!” Kulepaskan mulutku dari selangkangannya dan aku berbaring di sampingnya. Ia naik ke atas tubuhku dan menciumi bibir dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya, kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh panjang dan gairah kami berduapun semakin memuncak.<br />
<br />
Tangannya menyusup di sela pahaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok penisku. Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya. Napasnya dihembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan lembut dari leher sampai pantatnya. Ketika sampai di pantatnya kuremas bongkahan pantatnya dengan gemas. Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk, mengusap dan menekan bagian depan dinding vaginanya dan bersama Ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang. Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Tina mendesis keras seperti orang yang kepedasan “SShh.. Ouhh.. Sshhss”<br />
<br />
Tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara merintih. “SShh hhiihh.. Sshh.. Ngghh.. Ayo To.. Antokhh”. Perlahan lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding vaginanya. Aku tersadar belum mengenakan kondom. Kudorong badannya perlahan dan kubisikkan, “Kondom..”. Kuambil kondom yang tinggal satu dan mulai menyobek bungkusnya. Namun sebelum kupasang ia merebutnya dan membuangnya jauh ke sudut kamar. Kutatap mukanya, ia balas menatapku lembut dan berbisik,”Kali ini aku ingin naturally”. “Tapi..” Aku tak sempat melanjutkan kata-kataku karena dia telah menyumbat mulutku dengan bibirnya. Tangannya kembali meremas dan mengocok penisku sampai membesar dengan maksimal. Dia membawa penisku untuk segera masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh bibir guanya, maka ditekannya pantatnya perlahan. Akupun menaikkan pantatku menyambutnya.<br />
<br />
Tina merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. “Ayolah Tina.. Tekan sekuatmu.. Dorong.. Aku akan menusuk dari bawah..!!” Tina semakin menekan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong nikmatnya yang sempit. Tanpa memakai kondom jelas sekali bahwa kenikmatan yang ia berikan jauh di atas apa yang kurasakan dalam dua babak terdahulu. “Ouhh.. Tina,” tanpa sadar aku setengah berteriak. Ditutupnya mulutku dengan telapak tangannya dan dimasukkan jarinya ke dalam mulutku. Kukulum jarinya dengan lembut.<br />
<br />
Tina bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka penisku seperti disedot sebuah kompresor yang lembut. Tina mulai mempercepat gerakannya namun aku mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah perlahan. Tina membuat denyutan-denyutan di dalam lubang vaginanya. “Tina.. Pelan saja. Kita nikmati babak terakhir ini” desisnku sambil mengulum payudaranya. Buah dadanya yang sedang putih mulus dengan puting yang coklat kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin mengeras. “Ohh.. Teruss To.. Teruss..!” desahnya. Kuhisap-hisap putingnya yang keras seperti biji kelengkeng, sementara tangan kiriku meremas pinggang dan buah pantatnya. Desahan kenikmatan semakin keras terdengar dari mulutnya.<br />
<br />
Kemudian ciumanku beralih ke ketiaknya. Tina mengangkat lengannya untuk memberikan kesempatan padaku menciumi ketiaknya. Ia kegelian sambil mendesah, matanya terpejam dan kepalanya menengadah. “Oh.., ennaakk.., terussh..!” Rambutnya sudah awut-awutan. Ternyata, wanita bertubuh kecil ini benar-benar sangat ekspresif dalam menyalurkan gairahnya. Gairah kami semakin bergelora dan kini saatnya untukku kembali menimba kenikmatan. Kugulingkan badannya dan dengan posisi setengah kutindih ia menjilat leher kemudian dada dan putingku. Aku menumpukan berat tubuhku pada kedua lenganku. Sementara gerakan pantatku sedikit kukurangi justru Tina menggerakkan pantatnya dengan cepat.<br />
<br />
Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Tina tersenyum. Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya dimasukkan ke dalam mulutku, menari dalam rongga mulutku dan menjilati langit-langit mulutku. Aku membalas dengan mengulum dan menghisap lidahnya. Kutarik biji penisku sehingga terasa semakin keras dan memanjang. Pinggulnya naik menyambut hunjamanku. Kumasukkan penisku ke dalam vaginanya sampai terasa menyentuh dinding rahimnya. “Oh.., Gimana.. Rasanya sayang.., Ouuh!!” aku berbisik. “Hhahh!! Ooh.., enakk..”. Kini Tina yang membuat gerakan peristaltik di sepanjang lorong vaginanya. Batang penisku seperti dipilin-pilin. Tina terus menggoyangkan pinggulnya. “Oh.. Tinaku.. Terus.. Sayang.. Mmhhkk..”. Pinggulku kuhujamkan lagi lebih dalam. Tina dengan gerakan pinggulnya yang naik turun dan berputar semakin menenggelamkan kontolku ke liang kenikmatannya. “Oh.. Isap dadaku.. Sayaangg, remass.. Terus.. Oh.. Uhhu..!” Erangan dan rintihan kenikmatan terus memancar dari mulutnya. “Oh.. Tina.., terus lebih cepat..”, teriakku menambah semangatnya.<br />
<br />
Goyangan pinggulnya semakin di percepat. Tangannya memeluk erat leherku. “Ahh.. Ah.., aku.. Cepat.. Aku.. Maa.. Uuu.. Keluuaarr, .. Oh..!” ia mendesah. “Jangan.. Dulu aku masih ingin menikmatimu!” kataku terengah-engah. Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncak kepuasan tertinggi, namun aku masih ingin menikmati tubuhnya. Kuberikan isyarat agar ia menghentikan gerakannya dulu sambil beristirahat sejenak. Kami hanya berdiam dengan saling memeluk. Kali ini tidak ada erangan atau pekikan. Yang ada hanya desisan kecil dan desahan lembut. Hanya otot kemaluan kami yang saling berkontraksi yang satu mendesak dan yang satu lagi menjepit. Rasanya penisku seperti diisap oleh sesuatu seperti lumpur hidup. Tangannya terus mengelus punggung dan pinggangku.<br />
<br />
Setelah beberapa saat berdiam, maka dengan perlahan aku mulai menggenjotnya lagi. Aku menggenjotnya dengan pelan tujuh kali dan pada hitungan ke delapan kuhempaskan seluruh berat tubuhku di atas tubuhnya. “Hhgghhkk..”. Ia menahan napas menahan berat tubuhku. Bibirnya mengejar putingku dan mengulumnya. “Ohh.. Tina.. Geli.. Desahku lirih. Namun Tina tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum putingku kanan kiri berganti-ganti. Karena rangsangan pada putingku maka kupercepat genjotanku sehingga ia memekik-mekik kecil. “Oh.. Anto.. Nikmatnya.. Jantanku.. Kuda liarku.. Kamu..!” Ia diam hanya menunggu dan menikmati gerakanku. Beberapa saat ia hanya diam saja, seolah-olah pasrah. Aku menjadi gemas, kutarik rambutnya kebelakang. Dadanya naik dan kugigit putingnya. Kukecup gundukan payudaranya kuat sampai memerah “Ouhh.. Sakit.. Ped.. Dih. Ouhh..!”<br />
<br />
Kurasakan aku tidak akan kuat lagi menahan desakan dalam saluran kencingku. Kutatap matanya dan kubisikkan, ” Sekarang.. Yang.. Sekarang”. Ia mengangguk lemah,” Yyachh.. Eghhkk”. Begitu semprotan pertama kurasakan sudah di ujung lubang kencingku, maka kembali kuhempaskan tubuhku ke bawah. Tina menyambutnya dengan menaikkan pinggulnya kemudian memutar dengan cepat dan kembali turun. Tangannya menjambak rambutku dan kemudian memukul-mukul punggungku. Kutarik rambutnya dan kutekan kepalaku di lehernya. “Oh.. To.. Anto.., kau begitu liar dan pintar memuaskanku.”, ujarnya. Denyutan demi denyutan berlalu dan semakin lama semakin melemah. Kukecup bibirnya dan menggelosor di sampingnya. “Kalau begini rasanya aku tidak mau pulang malam ini To” katanya mesra sambil mengusap-usap dadaku. “Jangan, nanti kamu dicari keluargamu”.<br />
<br />
Setelah beberapa lamanya berpelukan dan beberapa kali ciuman ringan. Hembusan udara dingin dari AC kembali terasa menggigit kulitku. Jam sembilan malam kami check out dan jam sebelas kami sudah sampai di rumah. Kami turun di terminal dan naik ojek ke rumah. Ia melarangku untuk mengantarnya. “Nggak usah To, nanti nggak enak sama tetangga. Kalau aku pulang sendirian orang tidak akan curiga. Besok kamu pulang ya? Jangan lupa nanti kalau pulang kampung beritahu aku. Kita berangkat pagi-pagi agar mempunyai waktu lebih lama. Kalau perlu menginap dua atau tiga malam,” katanya sambil tersenyum. Menginap dengan Tina? Ada yang mau?Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-91041110726625284802018-04-23T04:18:00.000-07:002018-04-23T04:18:36.873-07:00Majikanku Minta Di Kocok Burungnya<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLN8f2vCMHI0hRNlrGN5rHdaixsuEhDBHr0fpfXO4F5OzkwXu-PjvxHj9qmhthq1xf5A4waOXawJmQ0eGUf7WAmAtkQWDcAFy0DYZ5oFbn7IArOgKU6lMys3OCfaL8enp3Nj7VRd22ZFl5/s1600/2721.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Majikanku Minta Di Kocok Burungnya" border="0" data-original-height="1200" data-original-width="960" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLN8f2vCMHI0hRNlrGN5rHdaixsuEhDBHr0fpfXO4F5OzkwXu-PjvxHj9qmhthq1xf5A4waOXawJmQ0eGUf7WAmAtkQWDcAFy0DYZ5oFbn7IArOgKU6lMys3OCfaL8enp3Nj7VRd22ZFl5/s640/2721.jpg" title="Majikanku Minta Di Kocok Burungnya" width="512" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Majikanku Minta Di Kocok Burungnya</td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://maniakqq.online/">Dewa Poker</a> - Kisah ini mungkin bisa dibilang biasa saja, yakni tentang pembantu rumah tangga (pembantu rumah tangga) yg diperkosa juragannya. Memang tak ada yg istimewa kalo cuma kejadian semacam itu, tetapi yg membuat kisah ini unik adalah karena aqu tak hanya diperkosa juraganku sekali. Tetapi, setiap kali ganti juragan hingga tiga kali aqu selalu mengalami perkosaan. Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aqu akan menceritakan kisahku itu setiap juragan dalam satu cerita.<br />
<br />
Begini kisahku dgn juragan pertama yg kubaca lowongannya di koran. Dia mencari pembantu rumah tangga untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja. Aqu wajib membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh pekerjaan rumah tangga. Untungnya aqu menguasai semuanya sehingga tak menyulitkan. Apalagi gajinya lumayan besar plus aqu bebas makan, minum serta berobat kalo sakit.<br />
<br />
Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Den Sintho, asal Medan dan sedang ditugasi di kotaqu membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak dibawa serta karena taqut mengganggu sekolahnya kalo berpindah-pindah.<br />
<br />
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aqu agak taqut menghadapi kekasaran orang etnis itu, tetapi setelah beberapa minggu aqupun terbiasa dgn logat kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, tetapi sekarang aqu tahu bahwa kalo ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam. Sambil menunggu, aqu nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aqu bergegas membuka pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.<br />
<br />
“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aqu kurang enak badan.” Aqupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air dgn air secukupnya aqu berbalik keluar. Tapi melihat Den Sinthoiregar masih tiduran tanpa melepas sepatu, aqupun berinisiatif.<br />
<br />
“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataqu sambil menjangkau sepatunya.<br />
<br />
“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah ranjang.<br />
<br />
“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaqu karena merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aqu sering laqukan di dalam keluargaqu bila ada yg masuk angin.<br />
<br />
“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tak tahu apa itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.<br />
<br />
“Coba saja, tapi kalo sakit aqu tak mau,” katanya. Aqu menyiapkan peralatan lalu menuangkan air panas ke bak mandi.<br />
<br />
“Sekarang bapak cuci muka saja dgn air hangat, tak usah mandi,” saranku. Dan ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aqu menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan handuknya di bagian bawah. Aqu agak jengah. Sambil membaringkan diri di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku yg berkeringat ini.” Aqu menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yg berbulu lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.<br />
<br />
“Bapak mau makan dulu?” tanyaqu.<br />
<br />
“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dgn logat daerah, “Cepat kerokin aja, lalu aqu mau tidur.”<br />
<br />
Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dgn minyak kelapa campur minyak kayu putih. Dgn hati-hati kukerok dgn uang logam lima puluhan yg halus. Punggung itu terasa keras. Aqu berusaha agar ia tak merasa sakit. Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di sisi kanan.<br />
<br />
“Kalo susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.<br />
<br />
“Maaf, pak,” aqupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.<br />
<br />
“Sekarang dadanya, pak,” kataqu. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tak handuk yg membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu terlepas, kontan nampaklah penisnya yg cukup besar. Aqu jadi tergagap malu.<br />
<br />
“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar ditutupkan saja, tak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yg berbulu nampak kekar.<br />
<br />
“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”<br />
<br />
“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aqu baru melihat punya adikku yg masih SD.<br />
<br />
“Nanti kalo sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aqu tersipu malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yg tersentuh tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Den Sintho malah menatap wajahku.<br />
<br />
“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”<br />
<br />
“Saya pingin kerja dulu, pak.”<br />
<br />
“Kau tak ingin kawin?”<br />
<br />
“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”<br />
<br />
“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah panas.<br />
<br />
“Sudah selesai, pak,” kataqu menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.<br />
<br />
“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak gosok di mejaqu itu lalu gosokin dadaqu biar hangat,” pintanya. Aqu menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.<br />
<br />
“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yg agak buncit itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut hitam. Aqu tak berani membaygkan benda di bawah handuk itu. Tetapi baygan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Den Sintho menangkap tanganku sambil berbisik, “Terus gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yg menegang.<br />
<br />
“Jangan, pak,” tolakku halus.<br />
<br />
“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan penisnya ke tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.<br />
<br />
“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aqu tak bisa beranjak dan hanya menuruti perlaquannya. Sampai aqu mulai mahir mengocok sendiri.<br />
<br />
“Na, gitu terus. Aqu sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin.. Kau harus bantu aqu.. Kalo onani sendiri aqu sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yg mengonani aqu.. Tolong Yem, ya?” pintanya dgn halus. Aqu jadi serba salah. Tapi tanganku yg menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.<br />
<br />
“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya. Aqu kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.<br />
<br />
“Maaf, Yem. Aqu benar-benar tak tahan. Biasanya aqu langsung peluk istriku. Maaf ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aqu tak nakal lagi..” Sambil tangannya membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aqu beringsut mendekat kembali sambil taqut-taqut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.<br />
<br />
Sampai pegal hampir 1/2 jam aqu mengocok tetapi ia tak mau berhenti juga.<br />
<br />
“Sudah ya, pak,” pintaqu.<br />
<br />
“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”<br />
<br />
“Keluar apanya, pak?” tanyaqu polos.<br />
<br />
“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aqu cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”<br />
<br />
Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aqu mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit kemudian.<br />
<br />
“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aqu mengocoknya terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yg kena sperma tak kupedulikan. Aqu ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aqu segera ke kamar mandi mencuci tangan.<br />
<br />
“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaqu. Lagi-lagi aqu menurut. Kulap dgn air hangat zakar yg sudah tak tegang lagi itu serta sekitar selangkangannya yg basah kena sperma..<br />
<br />
“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataqu sambil menyelimuti tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu. Malam itu aqu jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Den Sintho tadi. Ini benar-benar pengalaman pertamaqu. Untung ia tak memperkosaqu, pikirku.<br />
<br />
Tetapi hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tak seminggu dua kali pasti terjadi aqu disuruh mengocoknya. Lama-lama aqupun jadi terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaqu. Tetapi yg terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Den Sintho mulai memintaqu mengonani dgn mulutku. Mula-mula aqu jelas menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dgn menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke penisnya.<br />
<br />
“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep. Kalo sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aqu bilang kalo mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Tetapi setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat ia sengaja tak ngomong, malah menekan kepalaqu lalu menyemprotkan spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aqu muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aqu sempat mogok beberapa hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Tetapi hatiku jadi tak tega ketika ia dgn memelas memintaqu mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aqu justru tak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tak menjijikkan lagi.<br />
<br />
Demikianlah akhirnya aqu semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-agar. Akibat lain, aqu semakin terbiasa tidur dipeluk Den Sintho. Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aqu jadi enggan turun dari ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataqu pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan memperkosaqu. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aqu pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yg kekar memelukku. Mula-mula aqu taqut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aqu tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dgn tubuh bugilnya.<br />
<br />
<h2>
Majikanku Minta Di Kocok Burungnya</h2>
<br />
“Oh, Yem.. Aqu nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.<br />
<br />
“Jangan pak,” tolakku halus.<br />
<br />
“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..” rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.<br />
<br />
“Jangan pak, nanti keterusan saya yg celaka. Begini saja sudah cukup pak..” rengekku.<br />
<br />
“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalo tak nikmat besok tak diulang lagi..” bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaqu sebelum aqu sempat menolak lagi.<br />
<br />
“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dgn beha nomor 36.<br />
<br />
“Malu ah, Pak kalo diliatin terus,” kataqu manja sambil menutup dgn selimut. Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Den Sintho sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama aqupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni leherku. Aqu menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal payudaraqu sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum ujung behaqu dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aqu merasakan sensasi rasa yg luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di bagian bawah aqu merasa pahanya menyibakkan pahaqu dan menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.<br />
<br />
“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aqu bergumam sambil menggelinjang menikmati cumbuannya. Aqu terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraqu sudah tak berbeha lagi. Den Sintho asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.<br />
<br />
“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aqu merinding dan meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Den Sintho benar-benar mendesak-desak syahwatku.<br />
<br />
Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Den Sinthoiregar meminta aqu mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur berpelukan dgn tubuh bugil kecuali aqu pakai CD. Aqu harus mampu bertahan, tekadku. Den Sintho boleh melaqukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.<br />
<br />
Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dgn cara itu, pada malam keempat Den Sintho mengeluarkan jurusnya yg lebih hebat dgn menjilati seputar vaginaqu meskipun masih ber-CD. Aqu berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yg kesekian kali, sekonyong-konyong Den Sinthoiregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aqu yg masih belum sadar apa yg terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraqu.<br />
<br />
“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aqu merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataqu yg bercampur dgn rasa nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah perawanku. Aqu hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.<br />
<br />
Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aqu telah diperkosa secara halus karena kebodohanku yg tak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aqu digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejaqulasi, menebar air mani!<br />
<br />
Hampir dua tahun kami melaqukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Den Sintho benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yg gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalo dia istirahat makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur tiga hari, kami tak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aqu digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aqu diberinya pil kb supaya tak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aqu tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaqu. Ia janji akan tetap mengirimi aqu uang, tetapi janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aqu tak pernah tahu dan aqupun kembali ke desa dgn hati masygul.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-35618505227861989752018-04-19T22:43:00.000-07:002018-04-19T22:43:03.927-07:00Ngentot Mama Muda Di Motel<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHI7F7G9lDk1gjpHbCLLL9mADdtQZGob6Iaeol7aKwRWkx4Pe2xRNQVsPPC-Fh7Kdb6IBAWRaQunQwUuEHYDNs0I_9q7fWILaGGJb1KjBOTXz-eQ7G_d9Re8dE25jfV1RkZEJJNWJT8oKZ/s1600/2695.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ngentot Mama Muda Di Motel" border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHI7F7G9lDk1gjpHbCLLL9mADdtQZGob6Iaeol7aKwRWkx4Pe2xRNQVsPPC-Fh7Kdb6IBAWRaQunQwUuEHYDNs0I_9q7fWILaGGJb1KjBOTXz-eQ7G_d9Re8dE25jfV1RkZEJJNWJT8oKZ/s640/2695.jpg" title="Ngentot Mama Muda Di Motel" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ngentot Mama Muda Di Motel</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Dewa Poker</a> - Pada suatu siang sekitar jam 12-an aku berada di sebuah toko buku Gr***dia di Gatot Subroto untuk membeli majalah edisi khusus, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku mengenakan kaos t-shirt putih dan celana katun abu-abu.<br />
<br />
Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja, tinggi 170 cm berat 63 kg, badan cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tidak ada yang istimewa denganku.<br />
<br />
Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun saat itu adalah jam makan siang, hanya ada sekitar 7-8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut. Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.<br />
<br />
“Maaf..” kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung. “Busyet! molek juga nih ibu-ibu”, pikirku.<br />
<br />
“Nggak pa-pa kok, nyari majalah xxx juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet”, katanya sambil tersenyum manis.<br />
“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”<br />
“Kamu suka juga fotografi yah?”<br />
“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”<br />
Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi sampai akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira sudah dapet komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang gadis cilik masih berseragam SD.<br />
“Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.<br />
Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa, aku lihat-lihat buku terbitan yang baru saja.<br />
Sekitar setengah jam kemudian ada yang menegurku.<br />
“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara wanita yang halus dan ternyata yang menegurku adalah wanita yang tadi pergi bersama anaknya. Rupanya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.<br />
“Ada yang kelupaan Mbak?”<br />
“Oh tidak.”<br />
“Putrinya mana, Mbak?<br />
“Les piano di daerah Tebet”<br />
“Nggak dianter?<br />
“Oh, supir yang nganter.”<br />
<br />
Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang bernama Lina tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah. Aku duduk di dekat jendela dan Mbak Lina duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan aku merasa, semakin lama dia semakin mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.<br />
<br />
Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras dan kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya. Terlihat dia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.<br />
<br />
“Ke mana?” tanyaku.<br />
“Terserah kamu saja”, balasnya mesra.<br />
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.<br />
“Aku tahu tempat yang privat dan enak buat ngobrol”, katanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan dia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa nafsu kami sudah sangat tinggi.<br />
<br />
Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Lina yang berdiri sejajar dengan sang room boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Lina, Mbak Lina pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku.<br />
<br />
Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Lina dari belakang, kuremas-remas dadanya yang membusung dan kucium tengkuknya. “Mmhh.. kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dia membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.<br />
<br />
Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yang berada di balik BH-nya telah membusung. “Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, dan celanaku ke bawah. Dia sempat terbelalak ketika melihat batang kemaluanku yang sudah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar. Aku sih tidak mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yang tipis dan kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yang cukup dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.<br />
<br />
<h2>
Ngentot Mama Muda Di Motel</h2>
<br />
Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini adalah cara paling gampang membuka BH, tidak perlu mencari kaitannya). Dan bleggh.., payudaranya sangat besar dan bulat, dengan puting yang kecil warnanya coklat dan terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya.<br />
<br />
Ketika CD-nya sudah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yang menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus turun melalui lehernya yang cukup jenjang. Nafas Mbak Lina semakin mendengus-dengus dan kedua tangannya meremas-remas buah pantatku dan kadang-kadang memencetnya.<br />
<br />
Akhirnya mulutku sampai juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali. Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yang cukup empuk. Segera kunikmati payudaranya dengan menggunakan tangan dan lidahku bergantian antara kiri dan kanan.<br />
Setelah cukup puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Lina menggeliat-geliat, saya tidak tahu apakah ini karena efek ciumanku atau kedua tanganku yang memilin-milin putingnya yang sudah keras. Dan semakin ke bawah terlihat bulu kemaluannya yang tercukur rapi, dan wangi khas wanita yang sangat merangsang membuatku bergegas menuju liang senggamanya dan segera kujilat bagian atasnya beberapa kali.<br />
<br />
Kulihat Mbak Lina segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yang kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan cepat. Mbak Lina bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat dan tepat, Mbak Lina ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan.<br />
<br />
Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan erangan Mbak Lina yang tadinya sayup-sayup sekarang menjadi keras dan liar. Dan kuhisap-hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yang masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku dan bibir bawahku dan segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke kanan sambil menarik ke atas.<br />
<br />
Mbak Lina menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas. Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Dan dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya dan, “Slebb..” tidak masuk, hanya ujung batanganku saja yang menempel dan Mbak Lina merintih kesakitan.<br />
<br />
“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.<br />
“Ya deh Mbak”, dan kuulangi lagi, tidak masuk juga. Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi masih kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi pasti kudorong lagi senjataku. “Aarrghh.. pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja, sudah susah masuknya. Kutarik perlahan, dan kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Lina menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi matanya.<br />
<br />
“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda Mbak Lina setelah melihatnya kesakitan.<br />
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.<br />
Kemudian kumainkan maju mundur dan pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku dan dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Lina yang ketat sekali.<br />
Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Lina. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa dilihat dari keringatku yang mengalir sangat deras.<br />
Setelah Mbak Lina tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan Mbak Lina mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Lina mulai terasa licin dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini adalah sangat nikmat.<br />
<br />
Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia memelukku dengan kencang dan, “Auuwww..”, jeritannya sangat keras, dan beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya dan terbaring lemas.<br />
<br />
“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.<br />
“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”, bisiknya dengan nada manja.<br />
“Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..”, balasku tak kalah mesranya.<br />
“Ndi, kamu sering ya ginian sama wanita lain..”, pancing Mbak Lina.<br />
“Ah nggak kok Mbak, baru kali ini”, jawabku berbohong.<br />
“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi, Kamu hebat Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak Lina.<br />
“Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak”, balasku balik memuji.<br />
“Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”, balasnya manja.<br />
Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.<br />
Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan dan kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yang tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi.<br />
<br />
Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada permainan tahap kedua ini kami tidak menemui kesulitan yang berarti, karena selain kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata liang senggama Mbak Lina tidak sesempit yang pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus oleh senjataku yang luar biasa ini sehingga kini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya. Tapi permainan ini tidak berlangsung lama karena Mbak Lina harus cepat-cepat pulang menemui anaknya yang sudah pulang dari les piano.<br />
<br />
Tapi sebelum berpisah kami saling memberikan alamat dan nomer telepon sehingga kami bisa bercinta lagi di lain saat dengan tenang dan damai.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-82119023126206162552018-04-18T23:33:00.000-07:002018-04-18T23:34:19.194-07:00Bermain Dengan Janda Montok Yang Sange<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe5Aw_90ElNnn_TDZyD_O_KjyMr6xFIpAA4KuPNI71sAW67eyup8RirgksNsV0T5ahMA_0oDHIrSXR9gDByhKQNZxeqPJqXm7g5lYwr_n1RTabfYYxolIQ6etRFPtT7pQyTXyOxivyajkl/s1600/2686.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Bermain Dengan Janda Montok Yang Sange" border="0" data-original-height="360" data-original-width="480" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe5Aw_90ElNnn_TDZyD_O_KjyMr6xFIpAA4KuPNI71sAW67eyup8RirgksNsV0T5ahMA_0oDHIrSXR9gDByhKQNZxeqPJqXm7g5lYwr_n1RTabfYYxolIQ6etRFPtT7pQyTXyOxivyajkl/s640/2686.jpg" title="Bermain Dengan Janda Montok Yang Sange" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bermain Dengan Janda Montok Yang Sange</td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Ditinggal mati oleh isteri di umur 39 tahun bukan hal yg menyenangkan. Namaqu Ardy, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yg terpaut lima tahun dariku sudah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aqu seorang diri dgn dua orang anak yg masih membutuhkan perhatian penuh.<br />
<br />
Aqu harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi mereka. Bukan hal yg mudah. Sejumlah kawan menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yg bagus, namun aqu tak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yg tak menyaygi mereka. Karena itu aqu sangat hati-hati.<br />
<br />
Kehadiran anak-anak jelas merupakan hiburan yg tak tergantikan. Anita kini berumur sepuluh tahun dan Marko adiknya berumur enam tahun. Anak-anak yg lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama kawan-kawannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari sudah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa.<br />
<br />
Sejalan dgn itu, nafsu birahiku yg tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa kawan mengajakku mencari perempuan panggilan namun aqu tak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aqu bermasturbasi. Sesaat aqu merasa lega, namun sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang perempuan selalu muncul di kepalaqu karena rasa kesepian.<br />
<br />
Tak terasa tiga bulan sudah berlalu. Perlahan-lahan aqu mulai menaruh perhatian ke perempuan-perempuan lain. Beberapa kawan kerja di kantor yg masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aqu lebih suka memiliki mereka sebagai kawan.<br />
Karena itu tak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang perempuan semakin meningkat, kesempatan itu datang dgn sendirinya. Senja itu di hari Jumat, aqu pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aqu tak terburu-buru.<br />
<br />
Di depan hotel Mirama kulihat seorang perempuan kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tak ada orang yg peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tak tahu apa yg hendak dilaqukan. Rupanya mencari bantuan. Aqu mendekat.<br />
<br />
“Ada yg bisa aqu bantu, Mbak?” tanya qu sopan.<br />
Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Aqu memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.<br />
“Tak usah taqut, Mbak”, kataqu.”Namaqu Ardy. Boleh aqu lihat mesinnya?”<br />
<br />
Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aqu membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar namun aqu menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja.<br />
Tak kuduga hari berikutnya aqu bertemu lagi dgnnya di Tunjungan Plaza. Aqu sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaqu. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.<br />
“Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaqu Meywan. Maaf, kemarin tak sempat berkenalan lebih lanjut.”<br />
<br />
“Aqu Ardy”, sahutku sopan.<br />
Harus kuaqui, mataqu mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Perempuan itu jelas turunan Cina. Kontras dgn pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalem pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dgn kaos putih berlengan pendek dan leher rendah.<br />
<br />
Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yg ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dgn jujurnya, dipadu oleh pinggang yg ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan bokong yg besar.<br />
“Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.<br />
<br />
Seperti kerbau dicocok hidungnya aqu menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yg tak pernah kulaqukan. Kami duduk di meja terdekat sembari memperhatikan orang-orang yg lewat.<br />
“Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.<br />
<br />
Aqu tak menjawab. Aqu melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.<br />
“Ibu sudah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.<br />
“Isteriku sudah meninggal”, kataqu. Hening sejenak.<br />
<br />
“Maaf”, katanya,”Aqu tak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dgn rasa bersalah.<br />
Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aqu tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yg mengelola beberapa toko pakaian. Aqu juga akhirnya tahu kalau ia berumur 32 tahun dan sudah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak.<br />
<br />
Selama pembicaraan itu sulit mataqu terlepas dari bongkahan dadanya yg menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan tubuhnya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aqu menelan air liur membaygkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.<br />
“Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaqu.<br />
<br />
“Rasanya nggak ada yg mau sama aqu”, sahutnya.<br />
“Ah, Masak!” sahutku,”Aqu mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”<br />
<br />
“Ah, Ardy bisa aja”, katanya tersipu-sipu sembari menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dgn ucapanku.<br />
Tak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang. Meywan, perempuan Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,<br />
“Aqu menunggu Ardy di rumah.”<br />
<br />
Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yg mau menolak kesempatan berada bersama perempuan semanis dan seseksi Meywan. Aqu mengangguk sembari mengedipkan mata. Ia membalasnya dgn kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.<br />
<br />
“OK. Malam nanti aqu main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aqu sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis. Cerita Sex<br />
Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aqu membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sembari mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Meywan tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yg bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu.<br />
<br />
Apalagi aqu sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang perempuan Cina. Tapi apakah ia mau menerimaqu? Apalagi aqu bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dgn rambut yg ikal.<br />
Tapi.. Peduli amat. Toh ia yg mengundangku. Andaikata aqu diberi kesempatan, tak akan kumur-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaqu kemarin, yah tak apalah. Aqu tersenyum sendiri.<br />
Jam tujuh lewat lima menit aqu berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yg indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dgn lampu depan yg buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang perempuan separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.<br />
<br />
“Pak Ardy?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Meywan menunggu di dalem”, lanjutnya lagi.<br />
Aqu mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalem. Selang semenit, Meywan keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aqu berdiri menyambutnya.<br />
“Selamat datang ke rumahku”, katanya.<br />
Ia mengembangkan tangannya dan aqu dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang perempuan ke pipiku sejak kematian isteriku. Aqu berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yg empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.<br />
“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aqu juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Meywan.<br />
“Makan sudah siap, Bu. Aqu datang lagi besok jam sepuluh.”<br />
<br />
“Biar masuk sore aja, Bu”, kata Meywan, “Aqu di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”<br />
Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.<br />
“Ayo minum. Santai aja, aqu mandi dulu”, katanya sembari menepuk pahaqu.<br />
Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yg dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yg montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Bokongnya yg besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yg indah.<br />
“Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.<br />
Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Meywan membuatku terkesima. Rambutnya yg panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.<br />
<br />
Namun yg membuat mataqu membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalemnya jelas kelihatan. BH merah kecil yg dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yg indah. Celana dalem merah jelas memberikan bentuk bokongnya yg besar bergelantungan. Pemandangan yg menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.<br />
<br />
“Aqu tahu, Ardy suka”, katanya sembari duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aqu lihat mata Ardy tak pernah lepas dari buah dadaqu. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.” Cerita Sex<br />
Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalem hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aqu merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalem pelukanku. Tangaqu mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yg montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sembari mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dgn lidahnya.<br />
Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yg kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yg mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.<br />
<br />
Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yg masih tertutup celana dalem tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalem itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek namun segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan tubuhnya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yg semakin meningkat.<br />
Tangannyapun menerobos celana dalemku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yg kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dgn diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yg pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aqu yakin senjataqu ini akan menjadi kesukaan Meywan. Ia pasti akan ketagihan.<br />
“Au.. Besarnya”, kata Meywan sembari mengelus lembut kemaluanku.<br />
<br />
Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aqu mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dgn itu melepaskan bajuku. Segera sesudah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya.<br />
Aqu merasakan kenikmatan yg luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaqu dan menggenggam kemaluanku yg semakin berdenyut-denyut. Aqu pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang perempuan Cina yg cantik dan seksi duduk di pahaqu hanya dgn celana dalem dan BH.<br />
“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”<br />
<br />
Aqu bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalem pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat.<br />
Buah dadanya yg sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaqu. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yg lebar dan empuk. Aqu menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalemnya.<br />
<br />
Ia membiarkan aqu melaqukan semua itu sembari mendesah-desah menahan nafsunya yg pasti semakin menggila. Sesudah tak ada selembar benangpun yg menempel di tubuhnya, aqu mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yg mengagumkan itu.<br />
Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dgn mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dgn puting yg kemerah-merahan. Perutnya rata dgn lekukan pusar yg menawan.<br />
<br />
Pahanya mulus dgn pinggul yg bundar digantungi oleh dua bongkah bokong yg besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yg indah dan menggairahkan birahi.<br />
“Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.<br />
“Aqu kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.<br />
<br />
“Semuanya ini milikmu”, katanya sembari merentangkan tangan dan mendekatiku.<br />
Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aqu ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaqu. Tangannya lincah melepaskan celanaqu. Celana dalemku segera dipelorotnya.<br />
<br />
<h2>
Bermain Dengan Janda Montok Yang Sange</h2>
<br />
Kemaluanku yg sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yg luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalem mulutnya. Aqu mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.<br />
<br />
Puas mempermainkan kemaluanku dgn mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aqu menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yg mengeras itu.<br />
Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan namun pasti aqu menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yg semakin menggila. Aqu menjilati perutnya yg rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.<br />
“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.<br />
<br />
Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yg mulus padat itu membuka, menampakkan liang surgawinya yg sudah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi liang yg kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke liang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalem liang yg sudah basah membanjir itu.<br />
Ia menjerit dan spontan duduk sembari menekan kepalaqu sehingga lidahku lebih dalem terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Bokongnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.<br />
“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.<br />
<br />
Aqu tahu tak ada sesuatu pun yg bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aqu tak ingin menikmatinya sebagai orang raqus. Sedikit demi sedikit namun sangat nikmat. Aqu terus mempermainkan klitorisnya dgn lidahku.<br />
Tiba-tiba ia menghentakkan bokongnya ke atas dan memegang kepalaqu erat-erat. Ia melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yg pertama. Aqu berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aqu menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu.<br />
<br />
Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku sudah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aqu menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.<br />
<br />
Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aqu bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yg terserak.<br />
<br />
Mulutnya terus menggumam tak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan bokongku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.<br />
<br />
“Cepat.. Cepat.. Aqu sudah nggak tahan!” jeritnya.<br />
Kuturunkan bokongku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!<br />
Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aqu berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi bokongku sehingga kemaluanku yg panjang dan besar itu menerobos ke dalem dan terbenam sepenuhnya dalem liang surgawi miliknya.<br />
<br />
Ia menghentak-hentakkan bokongnya ke atas agar lebih dalem menerima diriku. Sejenak aqu diam menikmati sensasi yg luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aqu mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.<br />
Dinding-dinding liang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Bokongnya yg bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dgn genjotanku di kemaluannya.<br />
<br />
Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dgn mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dgn kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dgn lidahnya.<br />
“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayg, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”<br />
<br />
Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dgn gerakan bokongku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aqu akan orgasme.<br />
“Aqu mau keluar, Meywan”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.<br />
<br />
“Aqu juga”, sahutnya, “Di dalem sayg. Keluarkan di dalem. Aqu ingin kamu di dalem.”<br />
Kupercepat gerakan bokongku. Keringatku mengalir dan menyatu dgn keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan bokongku dan kemaluanku membenam sedalem-dalemnya. Spermaqu memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan bokongnya ke atas menerima diriku sedalem-dalemnya.<br />
Kedua pahanya naik dan membelit bokongku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaqu ke dalem rahimnya. Inilah orgasmeku yg pertama di dalem kemaluan seorang perempuan sejak kematian isteriku. Dan ternyata perempuan itu adalah Meywan yg cantik bahenol dan seksi.<br />
<br />
Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aqu mengangkat tubuhku. Aqu memandangi wajahnya yg berbinar karena birahinya sudah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.<br />
<br />
“Ardy, kamu hebat sekali, sayg”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aqu tak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”<br />
“Meywan juga luar biasa”, sahutku, “Aqu sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yg menawan ini. Meywan tak menyesal bersetubuh dgnku?”<br />
“Tak”, katanya, “Aqu malah berbangga bisa menjadi perempuan pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aqu lagi nanti?”<br />
<br />
“Tentu saja mau”, kataqu, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.<br />
“Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aqu,” lanjutnya, “Tapi kalau aqu yg pingin, boleh kan aqu nelpon?”<br />
“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.<br />
<br />
“Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aqu kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.<br />
Hatiku bersorak ria. Aqu mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan. Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tak terlupakan. Kami terus berpacu dalem birahi untuk memuaskan nafsu.<br />
<br />
Aqu menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalem berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi. Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dgn aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel namun terbanyak di rumahnya.<br />
<br />
Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dgn permainan birahi yg panas dan menggairahkan.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-84791624839765373862018-04-18T01:08:00.000-07:002018-04-18T01:08:37.085-07:00Tante Ida Kepincut Kontol Besar<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzlvEnd5si-KyIerLBAJgABfqWtVAObiwIZspVUgnswzW85Z3P_O4stCijEzWBT-AjeyNkB0vmmJ5D9sRR7ate2OHMzcQc1Iw0u5kpIIw4_Q9K52lDDo8sU8F0-c0H1FYAxNaENbJ4mP1K/s1600/2672.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Permainan Enak Si Kontol Besar" border="0" data-original-height="360" data-original-width="480" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzlvEnd5si-KyIerLBAJgABfqWtVAObiwIZspVUgnswzW85Z3P_O4stCijEzWBT-AjeyNkB0vmmJ5D9sRR7ate2OHMzcQc1Iw0u5kpIIw4_Q9K52lDDo8sU8F0-c0H1FYAxNaENbJ4mP1K/s640/2672.jpg" title="Permainan Enak Si Kontol Besar" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tante Ida Kepincut Kontol Besar</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebarbenar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun.<br />
<br />
Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasabiasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.<br />
<br />
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.<br />
<br />
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marahmarah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.<br />
<br />
Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar, pikirku.<br />
<br />
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adeganadegan panas nampak di layar. Mendengar desahandesahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CDku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tibatiba<br />
<br />
Anton.. apa yang kamu lakukan!! teriak sebuah suara yang aku kenal.<br />
<br />
Ooooohh Tante?! aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tibatiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.<br />
<br />
Eeeehhhh ppppffffff!!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas.<br />
<br />
Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu!!! Cepat lepas nanti kulaporkan kau ke om mu teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.<br />
<br />
Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramasramas dengan buas, sampai tante Ida menjeritjerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.<br />
<br />
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus merontaronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengeluselus dan meramasramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.<br />
<br />
Akibat seranganku yang bertubitubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosokgosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kueluselus ke penisku, tangan mungilnya kugosokgosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.<br />
<br />
Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancingkancing blusnya, dan perlahanlahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BHnya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi<br />
<br />
Tooonnnn aaammmpuunn Toonnnnn iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!<br />
<br />
Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jarijariku mulai mengeluselus kemaluannya yang masih tertutup CD.<br />
<br />
<h2>
Tante Ida Kepincut Kontol Besar</h2>
<br />
Iiiiiiiiii..ooohhhhhhh..aaaagggghh hhhhh..ssssshhhhhhh..Toooonnnnn! !!!! akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tibatiba tubuh tante Ida bergetar dengan kuat dan..<br />
<br />
Aaaahhhhhh..Toooonnnnjaaa..jaaa angaaannn.Tooonnnniiiingaaaatttt..Tooo nnn oooohhhhhhhaaaaaggggghhhaaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh!!!!! akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliatgeliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku.Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.<br />
<br />
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengahengah.<br />
<br />
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.<br />
<br />
Akhirnya secara perlahanlahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya<br />
<br />
Oooohhhh.Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini.?????<br />
<br />
Eeeehhmmmmaafkan Anton tante.Anton lupa diri.abis tante tadi masuk tibatiba selagi Anton akan mencapai klimaks.salah tante sendiri sihhh.lagi pulatante amat cantik sihhh..!!!!!! sahutku mencaricari alasan sekenanya.<br />
<br />
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi..<br />
<br />
Tooonnnn..punya kamu gede amat yaaaa????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!<br />
<br />
Aaahhhhh, tanteapa betull?????! memang penis ku panjangnya 20 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini.<br />
<br />
Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.<br />
<br />
Taaannnnn., kok diiiii..diidiamin aja, dikocok dong, Taannn. biar enaaakkk.!!!!<br />
<br />
Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja.aaaaggghhh.!!!, perlahanlahan kedua tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.<br />
<br />
Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.<br />
<br />
Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo keluar,.aaauuugghhhh..taaannnn..!!!!!!!<br />
<br />
Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi. Melihat itu, tante Ida menciumcium kepala penisku dan menjilatjilatnya hingga bersih.<br />
<br />
Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah.<br />
<br />
Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebarlebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.<br />
<br />
Kupegang batang penisku dan kugosokgosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekantekan pelahan. Merasakan gesekangesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahanlahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.<br />
<br />
Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat<br />
<br />
Oooooohhhhhh Toooonnnn bee.. beeeesaaarrrr<br />
<br />
aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan pee laaan Tooooonnnnn ooooohhhhh..!!!!! tante Ida merintih perlahan.<br />
<br />
Secara pelan dan hatihati aku menekan batang kemaluanku makin dalam terus terus. ooohhhhhh eeeenna aaak benaaarrrr terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku.<br />
<br />
Perasaanku terasa melayanglayang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini..<br />
<br />
Taaaaannnnnooohhhhhh..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkktaannnnn.!!!!<br />
<br />
Dengan kedua paha yang terkangkang lebarlebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.<br />
<br />
Kugerakan perlahanlahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam.. dalam.. terus terus.. daannnn.. .kemudianujung kepala penisku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.<br />
<br />
Dengan bersemangat aku mulai menaikturunkan tubuhku. Gerakan naikturun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakann sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebarlebar, membuat tikamantikamanku terasa jauh didalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerakgerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku dalamdalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapatrapat.<br />
<br />
Kemudian kurasakan otototot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.<br />
<br />
Aaaaaaddduuuuuhhhhh.Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg.. hhaa..hhaaToooonn taaannnnteeeeemaaa. Maaauuuukeee keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn!!!!!!!.<br />
<br />
Dan.. Seeeeerrrr..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.<br />
<br />
Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tibatiba itu tante Ida menjeritjerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.<br />
<br />
Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjeritjerit kesakitan, yangada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otototot penisku mulai berdenyutdenyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.<br />
Aaaaaauuddddduuhhhh taaannnnnn teeeee oooooohhhhh..!!!! keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan croott.. croott.croooootttt.semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relungrelung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan sisasisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyurdenyut, meski tak sekuat tadi.<br />
<br />
Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!! kataku dengan manja.<br />
<br />
Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga..!!!!<br />
<br />
Iiihhhhhtante..tapi tante senang juga.kaannnn ..????<br />
<br />
Iya.. siiihhh.!!!!! kata tante Ida malumalu.<br />
<br />
Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.<br />
<br />
Setelah membersihkan masingmasing kemaluan kami, dengan telanjang bulat aku mencoba menggendongnya ke kamar, dalam keadaan bugil pula. Ia ketawa cekikikan ketika kucium dadanya. Ia menggeleng manja ketika ia akan kuletakkan di tempat tidur sebelahku. Akhirnya badannya yang montok itu kutaruh perlahan di tempat tidur. Tangannya masih menggayut leherku ketika aku hendak mengambil selimut, seakan tidak ingin kehilanganku sesaatpun. Akhirnya kamipu ter tidur di kasurnya, meskipun agak sempit. Dengan kaki kanan yang menaiki perutku, ia tidur disisi kananku dengan kepala terkulai didadaku. Aku membelai rambutnya dan pikiranku menerawang, menikmati sisasisa persenggamaan tadi. Esoknya Aku Pergi Kebandung untuk berlibur ditempat Tante IDACewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-27356514757979430182018-04-16T03:04:00.000-07:002018-04-16T03:04:49.289-07:00Berawal Dari Ketahuan Ngocok Di Kamar Mandi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsFPCJvWA3fJVptakuHwzkOoF52nPo2lH8Tvv1mehIa2cztSM5xSbYKXcX9bOzdgoZXP7UKzjNQehMTUK0E-Ro7M5ChU-8soEraPmB7mYtIzxxdxQmC7-lisdwvG8rtlbOiDD4ienFZ-sK/s1600/2657.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Berawal Dari Ketahuan Ngocok Di Kamar Mandi" border="0" data-original-height="337" data-original-width="600" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsFPCJvWA3fJVptakuHwzkOoF52nPo2lH8Tvv1mehIa2cztSM5xSbYKXcX9bOzdgoZXP7UKzjNQehMTUK0E-Ro7M5ChU-8soEraPmB7mYtIzxxdxQmC7-lisdwvG8rtlbOiDD4ienFZ-sK/s640/2657.png" title="Berawal Dari Ketahuan Ngocok Di Kamar Mandi" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Berawal Dari Ketahuan Ngocok Di Kamar Mandi</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Ini adalah ceritaku saat pertama kali mengenal sex dan berhubungan dengan wanita, kebetulan wanita tersebut berusia jauh lebih tua dari usiaku bahkan dari usia ibuku. Karena pengalaman pertama kali mendapat kenikmatan hubungan seksual dengan wanita berumur telah membentuk aku menjadi laki-laki yang Oedipus complex atau menyukai wanita yang berusia jauh diatas aku. Kisah selengkapnya berikut ini….<br />
<br />
Saat itu aku berusia sekitar 14-15 tahun dan duduk di bangku SMP di akhir dekade 80’an (ah jadi ketauan kalau aku sekarang udah tuir), o iya perkenalkan namaku Anto (samaran) tinggal di komplek perumahan di pinggiran Jakarta. Aku adalah anak tunggal, sedangkan kedua orang tuaku bekerja di Jakarta.<br />
<br />
Sehari-hari aku ditemani tukang cuci atau pembantu yang pulang hari bernama Mak Acah berperawakan tinggi semampai sepasang buah dadanya pun besar dan terlihat masih montok.<br />
Kutaksir usianya sekitar 59-60an, seorang janda yang memiliki satu orang anak perempuan bernama mpok Marni yang juga sudah memiliki anak perempuan yang usianya dua tahun diatas aku dari perkawinannya dengan bang Uci sopir Bajaj di Tenabang. Berawal dari kebiasaan menonton film porno sepulang di rumah sahabatku Panji membuat aku seringkali menuntaskan dengan beronani sesampainya dirumah. Siang itu sepulang sekolah dan menonton film porno aku tergesa-gesa pulang ke rumah dengan maksud hendak segera menuntaskan hasrat seksualku dengan onani. Kudapati mak<br />
<br />
Acah sedang mencuci baju kami di kamar mandi (kebetulan kami hanya memiliki satu kamar mandi). Aku merasa tidak sabar jika harus menunggu mak Acah selesai mencuci, maka aku pura-pura mau buang air supaya mak Acah keluar dahulu dari kamar mandi. Akupun segera<br />
menuntaskan hasratku dengan onani sambil melihat kartu remi bergambar wanita telanjang, setelah hajatku tuntas mak Acah kembali masuk ke kamar mandi untuk menyelesaikan mencuci baju. Aku sedang mendengarkan radio saat mak Acah masuk ke kamarku lalu duduk di tempat tidurku sambil berkata<br />
<br />
MA:“Anto kamu tadi ngocok di kamar mandi ya ?”. Aku kaget dan malu mendapat petanyaan yang tiba-tiba seperti itu.<br />
Aku: ..eng.. iya mak, kok emak tau ? (sambil mukaku merah karena malu).<br />
MA: iya orang pejuh kamu tadi masih licin di kamar mandi. Mak perahatiin kamu kalau pulang sekolah mesti neloco, ngga bagus tau…. Bisa ngerusk mata kamu.<br />
Aku: masa sih mak ? (penuh rasa ingin tahu dan ketakutan).<br />
MA: ngeloco itu ngeluarin pejuh yang dipaksa’in, pas kamu keluar pasti kamu merem. Itu yang bikin nanti mata kamu rusak. (..waduh bener juga nih dalam hati, padahal itu cuma tipu2 dia aja…).<br />
Aku: masa sih mak ?<br />
MA: masa, masa, kalo dibilangin (dengan logat betawi kentalnya), kalo mau ngeluarin pejuh entu kudu bari megang atawa ngeliat punyanya perempuan To…., sini emak ajarin kamu….<br />
(sambil nyuruh aku duduk di tempat tidur). Aku hanya pasrah karena malu, takut dan rasa ingin tahu campur aduk jadi satu. Setelah aku duduk dan membuka celana pendek biruku, mak Acah menyodorkan teteknya yang besar kemukaku sambil tangannya mengelus-ngelus si otong.<br />
MA: ..pegang…., terus isep tetek emak, nih pegang juga memek emak ya.<br />
Akupun menuruti perintahnya dengan hati girang karena baru kali itu melihat dan meraba langsung organ intim wanita. Dalam hitungan detik si otong yang belum lama baru lemes sudah tegang lagi saking senengnya.<br />
"Iyaa… maenin pentil emak pake lidah kamu, terus colok-colok memek emak…" katanya.<br />
Sekitar 3 menit memainkan memek dan teteknya, Mak Acah menyuruh aku tiduran.<br />
MA: kamu tiduran deh punya kamu udah keras banget, emak ajarin cara yang bener ngeluarin pejuhnya..<br />
<br />
Akupun menuruti saja apa yang diperintahkannya sambil tidak lama mak Acah menduduki kemaluan dengan terlebih dahulu memasukan kemaluan remajaku yang tidak seberapa besar (maklum, saat itu aku masih ABG).<br />
<br />
Rasanya nikmat bagai di awang-awang, jauh lebih licin dan hangat ketimbang kalau aku onani dengan menggunakan sabun. Sekitar sepuluh kali mak Acah naik turun diatas kontolku, kontolkupun muntah. Maklum saja ini adalah pengalaman pertamaku. Mak Acah segera mengelap kontolku dari sisa lendir sperma yang bercampur cairan kemauannya dengan celana dalam yang rupanya sudah sedari tadi dikantungi di saku daster lusuhnya.<br />
<br />
“Enak kan ?” ujarnya.<br />
"Iya mak", jawabku.<br />
<br />
Besok-besok lagi kalau kamu pengen mending ngomong aja sama emak, biar emak bantuin ya…<br />
Aku pun mengangguk sambil bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dari lendir yang masih terasa lengket di sekitar kemaluannku.<br />
<br />
Beres menuntaskan hasrat, aku tertidur karena lemas akibat dua kali mengeluarkan sperma dalam waktu tidak lebih dari setengah jam. Ada perasaan lega, puas dan penyesalan yang amat sangat karena aku sadar telah melakukan perbuatan tersebut.<br />
<br />
Mak Acah melanjutkan membereskan rumah dan memasak untuk makan malam keluarga kami.<br />
Esoknya, sepulang sekolah sengaja aku tidak mampir untuk menonton film porno di rumah Panji.<br />
Pikirku aku tidak mau mengulangi pebuatan dosa yang teramat besar seperti hari kemarinnya.<br />
Di rumah aku melihat Mak Acah sedang memcuci baju, sedangkan aku segera tidur setelah sebelumya makan dan mengganti baju putihku dengan kaus.<br />
<br />
Hari ini tidak terjadi apa-apa, syukurlah dalam hatiku. Hari berikutnya (kebetulan hari Jum’at), aku tidak dapat menghilangkan keinginank untuk bisa berhubungan kembali dengan Mak Acah.<br />
Di sekolahpun sulit sekali aku berkonsentrasi dari membayangkan tetek besar mak Acah dan memek tuanya yang rimbun. Aku berniat ingin segera tiba di rumah. Segera setelah jam belajar berakhir aku pulang dan kudapati rumahku masih terkunci. Memang biasanya Mak Acah datang ke rumahku sekitar pukul satu siang. Aku urung masuk tapi berbalik ke rumah Mak Acah yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari kediamanku dengan alasan pinjam kunci, aku bilang kunciku lupa tertinggal di dalam rumah. Setelah aku bicara setengah berbisik rupanya Mak Acah mengerti kalau aku sedang kebelet ingin berhubungan badan, sambil memberikan kunci rumah yang biasa dipegangnya,<br />
dia bilang: “ ya udah nih kucinya emak juga sebentar lagi ke sono, nyelesein goreng kerupuk dulu ya…”. Aku menanti dengan gelisah kedatangan Mak Acah. Tak lama berselang Mak Acahpun datang sambil tak lupa menguci pintu depan rumah kami.<br />
"Udah ngebet ya To ?" tanyanya, aku mengiyakan sambil menarik mak Acah ke dalam kamar.<br />
<br />
Hari ini penampilan Mak Acah tidak seperti biasanya, ada harum deodoran murahan di tubuhnya. Setelah aku periksa, BH dan celana dalamnyapun tidak lagi lusuh dan dekil seperti kemarin. Akupun semakin terangsang untuk segera membuka BH dan menyusu di teteknya yang besar.<br />
<br />
"Sekarang jangan keburu-buru kaya kemaren To" ujarnya.<br />
Aku mengangguk sekedar mengiyakan sambil tanganku sibuk ngobel-ngobel memeknya yang masih terbungkus CD.<br />
<br />
<h2>
Berawal Dari Ketahuan Ngocok Di Kamar Mandi</h2>
<br />
"Hari ini emak mau ngajarin yang laen, kontol kamu pernah diisep ngga?" Tanya mak Acah.<br />
"Kayak di filem Be-Ef ya Mak ?" kataku balik bertanya.<br />
<br />
Mak Acah tidak menjawab, namun tangannya sibuk membuka baju seragamku hingga aku bugil.<br />
Sesaat kemudian kurasakan kontolku yang memang sudah ngaceng sedari tadi dihisap dan dikulum oleh bibirnya. Sensasinya jauh lebih nikmat ketimbang hari kemarin, aku hanya dapat mematung merasakan permainan lidah dan bibirnya yang menghisap kemaluanku. Tak berapa lama spermaku keluar diiringi desahan nikmat dari bibirku. Mak Acah dengan telaten terus menghisap dan menjilat helm nazi si otong. Air maniku memenuhi rongga mulutnya, sebagian mungkin tertelan dan sebagian lagi dilapnya dengan seragam putihku yang berserakan di lantai. Akupun terduduk puas dan lemas tak terkirakan.<br />
<br />
Tuh kan, kamu buru-buru banget" ujarnya.<br />
"Udah kebelet mak" jawabku sekenanya.<br />
"Ya udah kamu ganti baju terus makan, emak mau ngerendemin baju kotor. Entar kalau kamu udah kepingin lagi baru kita ngewe pungkasnya".<br />
<br />
Selesai makan dan istirahat sejenak di kamar rupanya si otong udah kepingin lagi, kupanggil si emak yang saat itu sedang menyapu teras depan. "Mak sini mak, udah kepingin lagi nih…ucapku,<br />
"Ah cucu emak, emang kamu ngga Jum’atan ?" tanyanya.<br />
Aku menggeleng sambil menarik si emak untuk direbahkan diatas tempat tidur.<br />
"Jangan-buru-buru To… emak juga kudu dipuasin" ujarnya.<br />
Aku: "dipuasin bagemana mak ?"<br />
MA: "…nih emak ajarin…" Sambil meloloskan celana dalamnya dalam posisi terlentang diatas tempat tidurku.<br />
MA: "emak tadi udah jilatinpunya kamu, sekarang giliran kamu jilatin memek emak ya…"<br />
<br />
Berbekal pengalaman menonton BF dan arah si emak aku menuruti perintahnya. Mula-mula Cuma kupegang dan kucolok saja memek mak Acah, namun mak Acah memintaku untuk menjilati tonjolan daging kecl dan jengger ayam disekililng memeknya. Aku menurut, ada bau khas yang baru kali ini aku rasakan bercampur dengan wangi sabun mandi (rupanya si emak sudah mencuci bersih terlebih dahulu memeknya). Lama-lama aku terbiasa dengan aroma yang kucium dan terasa memek si emak makin basah oleh ludahku bercampur cairan kental khas organ intim wanita.<br />
<br />
Aku hanya mengikuti apa yang diperintahkan si emak dengan diselingi desahan mesumnya. Kurang lebih lima menit tubuh si emak mengejang sambil tengannya mendekap kepalaku agar tetap menempel di memeknya. Rupanya si emak sudah orgasme, saat itu aku belum mengerti.<br />
Sejurus kemudian emak meraih kontolku yang sudah mulai mengeras kembali.<br />
Dengan telaten dia menciumi dan mengulum kontolku hingga betul-betul terasa keras.<br />
Setelah dirasa tegang, emak mengarahkan kontolku kememeknya sambil memerintahkan aku untuk bergerak maju mudur.<br />
<br />
Nikmatnya benar-benar sensasional walau terasa betul kalau memek si emak becek oleh lendir sisa dia orgasme.Kali ini permainanku cukup lama h ingga cukup memuaskan si emak dengan kembali orgasme berbarengan dengan mucratnya lahar panas dari kontolku.<br />
<br />Kami menyudahi permainan ini dengan sama-sama puas, akupun tertidur setelah memakai pakaian dan mencuci kontol sebelumnya.Sekitar pukul setengah empat aku dibangunkan oleh emak yang sudah selesai mengerjakan pekerjaan dirumahku,<br />
"mau ngewe lagi ngga nTo ?" emak bertanya kepadaku.<br />
<br />
Aku mengiyakan dan memulai pelajaran ngewe gaya dogy. Emak tidak mencapai orgasme, maklum aku masih cupu sehingga tidak bisa menahan nafsu.<br />
<br />Kata emak: "ngga apa-apa, nanti juga lama-lama aku pintar pungkasnya".<br />
<br />Emakpun pulang dan aku mandi dengan penuh kepuasan. Sejak saat itu kami rutin melakukan hubungan intim.Setidaknya seminggu empat kali kami melakukannya, kebetulan emak sudah menopause sehingga jadwal kami tidak pernah terganggu. Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-85302106645002116962018-04-14T04:01:00.000-07:002018-04-14T04:01:45.833-07:00Cerita Sex Dengan Jin 2018<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN2DoVa8YMEdrkdMNSAnlW9k_MJ3b32FpoQQRECtl4Ny-nO4tuwjoqY5ru1UaeQDj9kZlKeO_8a2pVSuoG07vLpgTB6NMHJ0wfOuU1eUW5tLdZ9XWi8QymefP61Zfm6zt5Xqc5XrAOdT4w/s1600/2641.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cerita Sex Dengan Jin 2018" border="0" data-original-height="320" data-original-width="315" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN2DoVa8YMEdrkdMNSAnlW9k_MJ3b32FpoQQRECtl4Ny-nO4tuwjoqY5ru1UaeQDj9kZlKeO_8a2pVSuoG07vLpgTB6NMHJ0wfOuU1eUW5tLdZ9XWi8QymefP61Zfm6zt5Xqc5XrAOdT4w/s640/2641.jpg" title="Cerita Sex Dengan Jin 2018" width="630" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cerita Sex Dengan Jin 2018</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Sebut saja lelaki ini dengan nama Sapto.Ya sudah bertahun-tahun Sapto mencari tempat ritual keramat untuk melakukan ritual pesugihan namun selalu gagal. Yang ngageugeuh (penghuni gaib) di keramat tersebut tidak pernah muncul dan menampakan diri untuk diajak kolaborasi.Tentu saja Sapto kesal karena sudah ratusan juta uang yang ia keluarkan untuk akomodasi serta sarana ritual tetapi tidak mendapatkan hasil.Pada suatu hari ia mendapat petunjuk dari temannya untuk menemui seorang yang mengetahui hal yang sedang dicarinya tersebut.Sapto berbagi kisah segalanya tentang pengalaman selama di melakukan nglaku di berbagai lokasi tempat ritual yang selalu berakhir dengan kegagalan.<br />
<br />
Hari itu, Marijan ,rekannya mengajak Sapto ke suatu tempat keramat yang biasa untuk ritual pesugihan. Sapto termasuk orang yang cukup berani dan benar-benar nekad ketika diajak melakukan ritual di keramat tersebut. Mungkin itu lantaran karena awal mulanya ia sering dibohongi oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.Sapto memiliki beberapa pengalaman tentang aturan tata cara dan ritual di tempat-tempat keramat. Tak heran waktu berada di lokasi keramat, Sapto sangat kuat sementara pelaku yang lainnya justru hanya bertahan antara 1 sampai 3 jam saja, kemudian keluar dari tempat ritual keramat tersebut.Ketika itu di lokasi keramat tersebut ada beberapa pelaku yang juga sedang melakukan ritual, Sapto juga tidak mau ditemani rekannya, Marijan.<br />
<br />
Sehingga Marijan pun ke rumah juru kunci tempat itu untuk numpang menginap di rumahnya. Esoknya rekannya kembali ke tempat keramat lagi dan melihat Sapto sedang mandi keramas di air pancuran.Setelah selesai mandi ia menghampiri rekannya dan berkumpul dengan para pelaku ritual yang lainnya.seluruh pelaku saling bercerita hasil pengalamananya semalam dan ternyata dari ke 7 orang pelaku ritual hanya ada 3 orang yang ditemui oleh penghuni gaib keramat tersebut.Sapto hanya terdiam saja saat ditanya oleh sesama rekan pelaku ritual yang lain.<br />
<br />
Pengakuan lelaki yang bernama Herlan kalau semalam tadi dirinya ditemui oleh sosok Mbah Raden. Menurutnya pengakuannya Mbah Raden akan memberikan padanya kekayaan jika dirinya sanggup memberikan tumbal nyawa sebagai penggantinya yaitu istri Herlan sendiri yang akan dijadikan tumbalnya. Herlan tidak mampu menyanggupi atas permintaan tersebut dan pada akhirnya siang itu juga ia langsung pamitan pulang pada juru kunci.<br />
<br />
Lain dengan Sukamto, semalam dirinya ditemui oleh sesosok manusia kerdil yang kepalanya pelontos yang katanya ingin ikut pulang bersamanya. Akan tetapi Sukamto menolaknya karena lantaran waktu dirinya akan ritual di Keramat itu tidak rembukan terlebih dulu dengan istrinya. Sukamto melakukan ritual secara diam-diam tanpa sepengatahuan istrinya.Memang jika mendengar kisah cerita hidup Sukamto teramat menyedihkan. Betapa tidak,kedua orang tuanya meninggal secara mengenaskan, perutnya membengkak lantaran karena disantet.Saat diperiksa ke dokter,menurut dokter normal saja tak ada tanda penyakit yang dideritanya, namun ketika dibawa pada seorang ahli dalam ilmu kebatinan beliau mengatakan kalau penyakit itu hasil kiriman dari orang yang dzolim.<br />
<br />
Bapaknya meninggal duluan,namun 4 bulan kemudian ibunya menyusul denga diawali sakit yang sama.Sukamto menjadi yatim piatu di usia yang masih muda dan dirinya harus bersedia menanggung beban hidup keluarganya yang masih kecil. Akhirnya Sukamto nekad melakukan ritual pesugihan di Keramat Gunung Sutaragi bertujuan untuk membalas rasa sakit hatinya terhadap kedua orang tuanya,yang telah meninggal secara mengenaskan.Menurut cerita Sukamto orang yang dzolim pada kedua orang tuanya itu tidak lain adalah pamannya sendiri karena soal warisan.Sukamto yang saat ini berada di keramat bermaksud untuk menjual pamannya sendiri pada sosok ghaib Mbah Raden.<br />
<br />
Berbeda dengan kisah yang dialami Imas yang semalam ditemui oleh sosok ular berukuran besar yang bergerak di didepannya. Akan tetapi tak ada komunikasi apapun dengan sosok ular tersebut,lantaran Imas sendiri merasa ketakutan yang tiba-tiba saja sudah berada dihadapannya.Ingin berlari namun tubuh untuk berdiri saja terasa berat, hendak berteriak minta tolong namun,bibir rasanya terkunci. Akhirnya Imas diam saja,sambil mengucap permintaan pada sosok ular tersebut seandainya ular besar itu akan memakannya asal jangan disisakan saja.Aneh ular itu tidak jadi memakannya malah bergerak terus mengarah ke tempat yang gelap dan rimbunnya pepohonan.Namun Selang beberapa menit kemudian ular itu muncul lagi tadi dan untuk kali ini sosok ular bergerak terus megengelingi posisi dimana Imas duduk. Jantung Imas terus berdetak kencang karena takut tubuhnya akan dililit dan sudah pasti pasti akan mati. Berharap sosok Mbah Raden yang hadir menemuinya malah justru sebaliknya sosok ular yang hadir.<br />
<br />
Ritual berikutnya di malam kedua hanya tertinggal 4 orang lagi, untuk mereka yang sudah beberapa hari berada di lokasi tersebut. Setelah juru kunci terlebih dahulu melakukan ritual di lokasi lantas Marijan, berdua kembali dengan juru kunci ke rumahnya karena Sapto masih tetap tidak mau ditemani laku ritualnya. Lantaran karena masih ada sesama pelaku ritual disana disepanjang jalan, Ki Padmo selaku juru kunci keramat mengatakan kalau nanti malam menurutnya akan ada salah satu seorang pelaku yang akan diberi keputusan oleh sosok Mbah Raden namun tidak tahu siapa. Aki juga tidak bisa memastikan siapa orangnya itu tergantung rejekinya saja.<br />
<br />
Setelah dirumah, Ki Padmo langsung masuk keruang pribadinya untuk melakukan tawasul yang maksudnya agar para pelaku yang saat ini belum diberi keputusan oleh Mbah Raden agar nanti malam bisa ditemui.Malam sudah berganti pagi,rekan sapto bergegas untuk kembali ke keramat dimana sapto ritual dan itu juga atas perintah Ki Padmo,juru kunci. Kembali rekannya mendapati Sapto sedang melakukan mandi keramas sembari mencuci bajunya yang bekas dipakai semalem. Mungkin tujuannya agar tidak gatal karena ritual di keramat tersebut memang banyak tumbuhan liar di tempat itu.<br />
<br />
Ketika ditanya pada sapto bagaimana hasil untuk ritual semalam, ia menjawab belum ditemui sosok gaib keramat disitu. Ternyata hasil dari ke 4 orang pelaku ritual itu tidak ada seorang pun yang berhasil ditemui oleh sosok ghaib, apa yang telah dikatakan oleh Ki Padmo ternyata tidak tepat.Siang itu Marijan tidak kembali lagi ke rumah Ki Padmo, sengaja ingin membabad tanamn pepohonan liar yang berada di sekitar lokasi keramat agar tidak terlihat terlalu gelap kemudian bekas tebangan pohon liar itupun ditumpuk dan dibakar.Ternyata salah satu pelaku ritual menghampiriku dan ikut membantu mengumpulkan sampah bekas bungkus makanan untuk dibakar,dan juga pelaku bernama Sukamto itu pun ikut juga andil bersama Rohmat membantu memangkas tanaman liar disekitar lokasi.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba Sukamto sambil bisik-bisik bicara pada Marijan (rekan sapto);<br />
“Kang….. kata Teh Imas bisa kesini sebentar, ada yang ingin dibicarakan selagi sapto tidur di cungkup ! kata Sukamto.”<br />
Sembari melirik pada Teh Imas, lalu dia pun melambaikan tanggannya agar Marijan menghampirinya.Penulispun segeras menghampirinya. Dengan panjang lebar Teh Imas bercerita padaku soal tentang Sapto. Menurut pelaku yang bernama Imas kalau Sapto telah ditemui oleh Peri Nawangsari bahkan sampai melakukan hubungan intim segala dengan sosok peri tersebut…! Itulah pengakuan Imas.<br />
<br />
Ternyata dibalik itu semua ternyata Imas minta dimandikan olehku. Entah apa juga maksudnya. Menurutnya kalau Imas telah ngobrol panjang lebar dengan Sapto dan mengakui kalau selama belasaan tahun dia telah melakukan ritual di keramat baru saat ini dia bertemu dan itupun lantaran telah dimandikan oleh rekannya, Marijan.Namun jujur , Marijan menolak mentah-mentah lantaran karena tidak punya wewenang perihal tersebut karena takut Ki Padmo marah. Imas setengah memaksa agar Marijan mau melakukan permintaannya lantaran karena dia sudah 8 hari berada dilokasi keramat tersebut namun hanya menemui godaan saja dan tidakk pernah muncul sosok gaib yang diharapkan.<br />
<br />
Berdasarkan pengetahuan Imas kalau Sapto itu sudah 2 kali bersetubuh dengan Peri karena tempat dia melakukan ritual tidak jauh dari Imas. Jadi semua seluk beluknya Sapto pasti dia melihatnya. Bahkan Sapto sendiripun juga mengakui perbuatan itu pada Imas.<br />
“Ngapain juga dipikirin, toh yang akan rugi dirinya sendiri.” Tegas Ki Padmo<br />
Ternyata itu benar apa ucapan Ki Padmo, salah seorang pelaku yang akan ditemui tidak lain adalah Sapto sendiri.<br />
<br />
Ritual malam ketiga Sapto dipindahkan ke lokasi yang satunya lagi oleh Ki Padmo, tidak tahu kenapa itu secara mendadak saja.Dikeramat inilah Marijan disuruh harus menemani ritual Sapto. Setelah Ki Padmo melakukan tawasul kemudian ia pun kembali ke rumahnya.Sapto disuruh duduk didepan sementara yang berada didalam sebuah cungkup kecil, dan dilokasi inilah hanya Sapto sendiri yang akan melakukan Ritual,perkiraan pukul 00:20 ,tiba-tiba disekitar lokasi keramat tercium aroma bunga melati, kemudian Marijan meminta bantuan pada sang pencipta untuk menetralisir keadaan dilokasi, sosok apa yang bakal muncul menemui Sapto.<br />
<br />
Dan ternyata sosok Peri, namun sosok ini asing buat rekannya karena baru kali ini bertemu peri dengan pakaian seperti wanita pada umumnya.Yang artinya peri ini bisa dibilang peri liar yang tidak mempunyai koloni seperti layaknya peri-peri lain yang telah melegenda.Ya ampun Sapto telah terjerat bujuk rayunya sehingga mau melakukan perbuatan yang sangat tak lazim dan tidak boleh dilakukan. Apa yang sudah diceritakan oleh Imas padaku itu benar adanya, Sapto telah berhubungan intim bersamanya.Sejak kejadian itu jadi teringat pada Imas yang minta bantuan untuk dimandikan . Malam itu juga Marijan langsung turun dari lokasi keramat, masa bodoh dengan perbuatan Sapto yang melakukan hubungan intim dengan peri liar tersebut.<br />
<br />
<br />
ketika rekannya pergi dari cungkup, perbuatan tak senonoh sapto itu pun masih berlangsung. Tidakk peduli kedua makhluk itu mengejarku, sembari terus berjalan sengaja terus menyalakan lampu senter yang maksudnya agar supaya Sapto tahu kalau aku angkat kaki dari tempat itu.Sepulangnya dari keramat rekannya(Marijan) langsung ke rumah Ki Padmo dan juga menceritakan tentang kejadian itu.Menurut pendapat Ki Padmo sendiri kalau Sapto telah 3 kali melakukan perbuatan tersebut.Dari sejak malam pertama hingga malam ke 3 yang pastinya berbeda peri yang maksudnya dia telah 3 kali berhubungan intim bukan dengan Peri yang sama.<br />
Pantas saja Ki Padmo secara tiba-tiba memindahkan Sapto ke lokasi keramat yang satunya lagi yang tujuannya agar tidak terjadi lagi perbuatan zinah.Akan tetapi Sapto orangnya hyper seks, 3 kali bertemu Peri 3 kali pula melakukan seks.Sejak kejadian itu esoknya penulis pamit pulang namun menyempatkan diri bertemu dengan Imas untuk memberikan alamat rumah. Barangkali saja suatu saat nanti membutuhkan informasi seputar tentang lokasi keramat mana saja yang bisa dipakai untuk ngalap berkah.<br />
<br />
Alhamdulillah sampai sekarang Imas sering bertandang ke rumah Marijan bersama suaminya yang baru dan suaminya itu juga tidak mengetahui kalau selama ini hasil kekayaan yang dia miliki hasil berkolaborasi dengan sosok Gaib dari penguasa gunung Sutaragi.Menurutnya ia telah menjual salah satu anggota keluarganya namun ia merahasiakannya.<br />
<br />
Tahun 2012 yang lalu Sapto jatuh sakit, sudah berapa kali mati suri dan tubuhnya tergolek lemah diatas kasur.Anggota keluarga dan saudaranya menangisi nasibnya yang sungguh tragis.Telah 4 tahun Sapto terbaring di kasur, sudah puluhan kali telah dibawa ke dokter specialis tetai penyakitnya tidak juga kunjung sembuh. Istri dan anaknya juga telah kemana-mana mencari orang pintar akan tetapi sama saja tidak ada perubahan.Kadang-kadang dia juga suka ngomong sendiri mirip seperti orang gila yang bahasanya tidak bisa dimengerti oleh siapapun, sembari menggerakan kedua tangannya.<br />
Lama-kelamaan akhirnya Sapto pun tidak bisa bicara sama sekali, semua keluarganya pun bingung harus kemana lagi dan pada siapa lagi harus mencari kesembuhannya. Untuk minum saja ia harus dibantu pakai sendok yang pastinya sudah diberi doa-doa untuk kesembuhannya.Setiap hari hanya makan bubur yang disuapi oleh istri dan anaknya, layaknya seorang anak balita yang disuapin.Segala sesuatunya selalu dilakukan diatas kasur,dari makan, minum serta buang air besar atau kecil.Kian hari bukan tambah sehat malah semakin repot saja, saat ini keluarganya sadar mungkin ini sudah takdir dari yang maha kuasa kalaupun harus diambil untuk mengahadap Sang illahi, seluruh anggota keluarganya sudah pasrah.<br />
<br />
Salah satu dari putranya memiliki rasa penasaran, mungkin saja bapak memiliki benda pusaka atau dibadannya ada benda-benda seperti susuk atau ilmu yang dimiliki sehinga susah sekali untuk meninggal.Namun bukan berarti seluruh putra-putrinya mendoakan agar segera mati lantaran karena semuanya telah bosan mencari pengobatan untuk dirinya, baik dari dokter ataupun obat kampung tidak juga kunjung sembuh.Semua sesepuh yang pernah didatangi tidak ada yang bisa memberikan jawaban yang pasti karena dari tubuh Sapto ternyata tidak ada benda pusaka apa pun baik untuk tujuan kekebalan maupun untuk pengasihan dan juga termasuk ilmu-ilmu mistik yang dia miliki semua itu kosong. Itulah menurut pengakuan putri bungsu Sapto pada Marijan.<br />
<br />
Yang jadi pertanyaan dari mana putrinya itu bisa tahu alamat kerumah Marijan serta apa maksudnya juga dia menemui Marijan.Apalagi Marijan juga sudah lupa lagi dengan wajah Sapto, karena bertemu Sapto itu sekitar tahun 1996 lalu.Menurut pengakuan Seni, putri bungsu Sapto mengatakan, saat bapaknya sudah tak bisa berbicara sepatah pun,ia pernah menulis diatas kertas dan itu juga dipaksa oleh keluarganya untuk mencari pengobatan atas dirinya dan ternyata sapto menulis nama Marijan serta alamat. Saat Marijan sedang mengingat-ingat kejadian yang masa lampau, tiba-tiba Seni menyodorkan foto ayahnya saat masih muda dulu.<br />
<br />
Dari itulah, Marijan baru ingat pada Sapto. Kedatangan seni dan suaminya Agus menemui Marijan itu pun tidak bisa dimengerti, ada tujuan maksudnya? Sebab Sapto hanya memberi nama dan juga alamatnya saja dan itu saat keadaan sangat kritis sekali.Sore itu Marijan berangkat untuk menemui Sapto ke Banyumas. Dalam perjalanan, Seni dan Agussambil bercerita tentang kondisi bapaknya yang sudah sangat lelah dan menghabiskan banyak uang untuk biaya pengobatan untuk bapaknya namun tidak sembuh juga. Pasangan suami istri itu sangat berharap agar Marijan dapat memberi jalan keluar agar bapak bisa sehat kembali.<br />
<br />
Itu telah menjadi kehendaknya, hanya itulah yang dapat Marijan ucapkan pada anak dan mantunya sapto.Sekitar pukul 23:40, tengah malam Marijan tiba dirumah Sapto, dan ternyata di rumahnya telah dipenuhi oleh anggota sanak familinya serta tetangganya.Jangan-jangan Sapto telah tiada…..?Terdengar juga para sesepuh yang sedang membaca ayat-ayat suci Al-Quran yang tujuan intinya adalah mohon pengampunan pada Allah SWT Seandainya Sapto akan diambil oleh sang Kholik agar bisa diterima dan juga bisa ditempatkan di sisiNya.<br />
<br />
<h2>
Cerita Sex Dengan Jin 2018</h2>
<br />
Marijan memasuki kamar yang dipakai oleh Sapto, dia tergolek sangat lemas dan terlihat sudah tua. Rambutnya pun sudah dipenuhi uban, wajahnya sangat pucat dan tubuhnya juga sangat kurus kerontang.Terlihat di dinding tembok dipajang foto kenangan ketika masih muda bersama adalah.Dari petunjuk foto itulah akhirnya Seni dan Agus dapat bertemu dengan Marijan.Marijan langsung mendekat ke dipan lalu memegang tangan kiri Sapto yang terasa dingin. Lambat laun Sapto mulai nampak membuka kedua matanya lumayan lama juga memandangku. Ternyata dari pandangannya sudah terlihat kosong. Kemudian Marijan mengambil foto yang menempel di dinding tembok itu, Marijan perlihatkan pada Sapto. Spontan bibirnya bisa bergerak ingin ngomong tetapi apa daya tidak mampu untuk berkata apapun.<br />
<br />
Semua yang orang yang menyaksikan cukup terharu dan juga menitikan air mata merasa sangat sedih. Tiba-tiba kedua tangan Sapto memegang tangan Marijan cukup erat, semua orang yang menyaksikan cukup kaget karena selama sebulan ini tubuh Sapto tidak pernah bergerak sama sekali. Cuma terlihat matanya yang menatap dan kepalanya mengangguk tanda batinnya berbicara, lumayan lama juga dia memegang kedua tangan Marijan.Lambat laun pegangannya pun melemas dan mendadak saja dilepas. Lantas Marijan mengambil air segelas, sedikit demi sedikit untuk dimasukan ke mulutnya agar tidak terlalu kering. Setelah itu kembali lagi Sapto tertidur.<br />
<br />
Setelah bertemu Sapto, Marijan dipanggil oleh keluarganya untuk berbicara soal amanat yang disampaikan oleh Sapto melalui tulisan tangan itu. Ada apa juga sebenarnya sampai sekarang dia merasa tenang tidur sangat pulasnya.Jujur kalau Marijan tidak bisa berkata apapun pada keluarga soalnya ini menyangkut hal pribadi Sapto. Walaupun dia menghadapi Sakaratul Maut, malah nanti juga Marijan yang disalahkan.<br />
<br />
Saat Marijan dijemput oleh Seni dan Agus untuk bertemu Bapak dan Mertuanya itu, kehidupan Sapto memang sangat sengsara alias kere karena tahun 1996 lalu ketika dirinya ritual di Sutaragi bukan untuk mencari berkah kekayaan tetapi justru hanya untuk kepuasan nafsu syahwat saja. Bahkan Sapto sendiri juga pernah dimaki oleh sosok Peri itu sendiri karena memaksa pada Peri untuk melakukan persetubuhan.Padahal itu tidak boleh dilakukan sebelum melakukan pernikahan, apalagi dilakukannya di keramat yang berakibat ke 3 Peri itu hamil dan juga akhirnya meminta pertanggungan jawab pada diri Sapto karena anaknya sudah dewasa memerlukan Sapto untuk perwalian untuk menikah. Jadi sudah memang seharusnya Sapto yang sebagai ayah dari anak itu juga harus siap menikahkan anaknya, itulah mengapa sudah beberapa kali Sapto mati suri, itu karena peri-peri yang sudah dia hamili Sapto telah menjemputnya untuk menikahkan anak-anaknya.<br />
<br />
Memang selama ini Sapto tidak tahu jika atas perbuatannya itu akan membuahkan hasil karena setelah dirinya berhubungan seks dengan ke 3 peri tersebut Sapto tidak pernah kembali ritual lagi di keramat Sutaragi karena menurut pengakuannya bahwa pada setiap kuncen keramat selalu bilang kalau dirinya hapal dan tidakk pernah ditemui oleh Goib penguasa keramat itu, ucapan seperti itu yang selalu dia bilang pada siapapun.<br />
<br />
Kegagalan dialami oleh Sapto itu ternyata karena ulahnya perbuatannya sendiri yang mengumbar nafsu syahwatnya. Malah yang lebih gilanya Sapto terus mencari keramat-keramat lain lagi untuk mencari pesugihan dan sampai sakaratul awal menjemput Sapto tetap hidup miskin.Itulah beberapa penjelasan tentang masa mudanya Sapto dulu yang suka mencari tempat keramat untuk pesugihan. Sebelum bertemu dengan Marijan sepertinya Sapto juga pernah mengalami hal serupa seperti saat melakukan ritual di Sutaragi. Karena menurut pengakuan anggota keluarganya Sapto itu telah mengalami mati suri 6 kali.<br />
<br />
Hal inilah yang membahayakan dan merugikan pada dirinya.Sapto kesulitan untuk mati karena rohnya berkelana menjelajah ke alam lain yang pastinya ada sosok Ghoib yang datang menjemputnya. Tidak mungkin dia bisa sampai itu kalau dulu-dulunya tidakk ada sangkut pautnya dengan sosok gaib yang pernah dia temui di tempat-tempat keramat lainnya.Sungguh teramat berat untuk memberitahu perihal kelakuan Sapto saat masa mudanya saat dulu pada sanak saudaranya. Takut dia nanti mereka tidak percaya dan menjadi tersinggung jadi akan lebih baik merahasiakannya. Jadi apa tujuannya kalau Sapto itu menulis di kertas dan ditujukan pada aku( Marijan), disaat kesehatannya sudah amat kritis. Mungkin Sapto memiliki harapan agar Marijan dapat membuka tabir tentang apa dirinya. Akan tetapi tak bisa untuk mengatakan semuanya itu karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tubuhnya pun sudah setengah kaku.<br />
<br />
Tapi mungkin bagi sanak saudaranya pasti mengira akulah(Marijan) yang bisa mengobati penyakitnya yang sudah dia alami.Karena sanak-saudaranya meminta bantuan Marijan paling tidak bisa mengurangi beban penyakit yang sedang diderita oleh Sapto. Terpaksa Marijan memberi air yang terlebih dahulu dijampi-jampi untuk diminumkan sedikit demi sedikit yang pasti kalau Sapto tidakk akan mati malam itu dan jika pun dia mati dalam beberapa bulan atau tahun yang akan datang tentunya harus kembali ke alam kasat mata dan harus menjalani kehidupan yang baru dan mungkin mengerikan. Kelak Sapto suatu saat nanti dirinya akan bertemu dengan orang-orang yang pernah bersekutu dengan kerajaan-kerajaan Ghoib lainnya.<br />
<br />
Sapto di mata keluarganya termasuk orang yang berada namun saat dirinya mulai sering melakukan ritual, akhirnya perlahan harta kekayaannya pun habis dipakai untuk kesana-kemari mencari orang pintar yang dapat dimintai pertolongannya.Akan tetapi tidak pernah terwujud keinginannya karena lantaran menurut pemikirannya, orang-orang yang telah dia datangi itu tak ada bedanya seperti layaknya orang pintar tetapi kenyataannya tidak ada. Semua hartanya habis dipakai untuk kasak-kusuk akan tetapi ketika Marijan mengajaknya ke suatu tempat bernama Sutaragi malah justru disalah artikan. Orang lain justru menunggu hadirnya sosok Ghoib,ini malah Sapto sendiri mengajaknya untuk berhubungan seks yang sekarang ini dia merasakan akibatnya. Lantaran siapapun manusia yang telah melakukan hunbungan seks/intim dengan makhluk siluman atau dedemit walau hanya sekali jos, dijamin sosok makhluk tersebut akan hamil. Maka sangat harus berhati-hatilah wahai pembaca, jangan langsung main hajar saja, akan berakibat sangat fatal seperti yang dialami oleh Sapto.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-43105916941501050012018-04-13T00:38:00.000-07:002018-04-13T00:38:57.689-07:00Cewek Berjilbab Di Perkosa Dengan Kekerasan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_xB6-lQnNhsumwisuxoYHSWYAs0tPpGihaWbltd0mfXPEhopV0NZvg3uaoWW-5YB-65GAOWHQ1Vp0Wb1r7-VHvbRwoY7f7TZpX8KyEzwItVun6vRUiGLgHXjOG6mHsFTzmb4ZHa9-Wj6t/s1600/2621.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cewek Berjilbab Di Perkosa Dengan Kekerasan" border="0" data-original-height="439" data-original-width="439" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_xB6-lQnNhsumwisuxoYHSWYAs0tPpGihaWbltd0mfXPEhopV0NZvg3uaoWW-5YB-65GAOWHQ1Vp0Wb1r7-VHvbRwoY7f7TZpX8KyEzwItVun6vRUiGLgHXjOG6mHsFTzmb4ZHa9-Wj6t/s640/2621.jpg" title="Cewek Berjilbab Di Perkosa Dengan Kekerasan" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cewek Berjilbab Di Perkosa Dengan Kekerasan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Sebetulnya aku bukanlah seorang pemerkosa. Aku juga bukan lelaki hipersex yang hobi jajan di lokalisasi. Aku seorang lelaki beristri. Tetapi, kejadian spontan telah membuatku menjadi orang yang terobsesi pada sex dengan kekerasan. Ya, tepatnya, aku kini jadi pemerkosa. Spesialisasiku, memperkosa perempuan berjilbab !<br />
<br />
Siang itu, aku berhenti di depan sebuah warung kecil. Mau beli Djarum Super. Baru sekali ini aku ke warung ini. Seperti aku bilang tadi, aku mau beli Djarum Super. Rokok biasanya dipajang di bagian depan warung. Saat itulah kulihat seorang perempuan tengah nungging membelakangiku. Kelihatannya ia sedang menata barang dagangan.<br />
<br />
Kalian pasti membayangkan aku melihat paha yang tersingkap di balik rok. Jangan keliru dulu. Yang kulihat justru perempuan dengan busana serba tertutup. Ia pakai gamis panjang sampai mata kaki. Tetapi justru itu menariknya. Perempuan ini memakai gamis dari bahan halus berwarna biru muda. Kelihatan juga ia berjilbab biru tua. Jilbabnya panjang. Ujungnya sampai ke pinggulnya. Pada posisi menungging gitu, bagian muka jilbabnya jatuh sampai ke lantai. Dari celah jilbab di bawah lengannya terlihat tonjolan teteknya lumayan gede juga.<br />
<br />
Yang pertama menarik perhatianku justru bokongnya. Dari belakang terlihat bundar. Di bundaran itulah terlihat cetakan garis celana dalamnya. Entah mengapa aku jadi tertarik mengamati terus gerakan bokong perempuan itu. Sekitar lima menitan aku pandangi bokong itu. Yang terlihat di mataku kini bercampur dengan imajinasi bokong telanjang. Tambah parah lagi karena sekali perempuan itu menggaruk pantatnya tanpa sadar ada yang mengawasi. Tanganku rasanya gatal, ingin mengelus dan meremas pantat bundar itu. Akhirnya, perempuan itu menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke belakang dan terkejut.<br />
<br />
“Eh… mau beli apa pak ?” katanya di tengah keterkejutannya.<br />
<br />
Aku lebih terkejut lagi. Ternyata, perempuan ini sangat cantik. Usianya memang tak muda lagi. Mungkin sudah sekitar tiga puluh tahunan. Tapi wajahnya itu lho yang bikin aku nggak bosan memandangnya. Putih, amat putih malah, bersih dan lembut…..Aku berlagak mencari-cari barang sambil terus menerus mencuri kesempatan memandang wajahnya. Sesekali kuajak ngobrol dia. Suaranya juga lembut, selembut wajahnya. Pikiranku mulai ngeres. Membayangkan rintihannya ketika memeknya ditembus kontolku.<br />
<br />
Dari ngobrol itulah kutahu bahwa dia seorang ibu dengan tiga anak. Yang paling besar baru kelas 5 SD. Kaget juga aku waktu tahu dia sudah punya 3 anak. Menurutku, dia bahkan pantas jadi mahasiswi semester I. Suaminya kerja dan baru pulang sore. Anak-anaknya sedang sekolah.<br />
<br />
“Jadi sendirian nih, Mbak ?” komentarku, keceplosan saking excitednya.<br />
“Iya, Pak. Sebentar lagi anak-anak juga pulang,” jawabnya tanpa curiga.<br />
<br />
Aku masih asyik dengan bayangan tubuh telanjangnya ketika ide jahat melintas begitu saja. Itu terjadi ketika kulihat sebilah pisau dagangan yang dipajang. Cepat sekali itu terjadi. Aku asal saja mengambil barang-barang dan kutaruh di meja kasir di hadapannya.<br />
<br />
“Aduh, Mbak… saya kok kebelet pipis. Bisa numpang ke belakang nggak ?” kataku, mulai menjalankan rencana jahatku.<br />
“Eh… gimana ya….?” katanya ragu. Aku tahu ia ragu, karena ia sendirian di rumah.<br />
“Gimana nih…. udah nggak tahan, Mbak,” kataku sambil demonstratif meremas selangkanganku di hadapannya.<br />
<br />
Kulihat wajahnya memerah.<br />
<br />
“Eh…. tapi tunggu sebentar ya… kamar mandinya berantakan. Saya rapikan sebentar,” sahutnya sambil bergegas ke dalam.<br />
<br />
Aku langsung menutup pintu warung dan menguncinya. Lalu, kuambil pisau dan menyusul perempuan tadi. Sekilas kulihat ia keluar dari kamar mandi dan menaruh BH ke mesin cuci.<br />
<br />
“Gimana ? Dah nggak tahan nih,” kataku lagi sambil meremas selangkanganku dan melangkah ke arahnya.<br />
<br />
Ibu muda itu kelihatan jengah karena melihatku ada di dalam rumah. “Eh… sudah, silakan,” katanya dengan wajah menunduk.<br />
<br />
Karena menunduk itu, ia kaget betul waktu aku berhenti di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan seketika terlihat pucat waktu kuacungkan pisau ke arah perutnya.<br />
<br />
“Angkat tangan dan jangan melawan !” kataku setengah berbisik.<br />
<br />
Ia tampak ketakutan betul. Tangannya segera terangkat. Kusuruh ia berbalik menghadap tembok. Kedua tangannya kemudian kuturunkan dan kuikat dengan BH yang kuambil dari mesin cuci. Lalu, kuputar tubuhnya hingga menghadapku.<br />
<br />
“Jangan… tolong, jangan apa-apakan saya…” katanya dengan suara gemetar.<br />
“Jangan takut, saya cuma mau senang-senang sedikit,” kataku sambil menjulurkan tangan ke dada kanannya yang tertutup jilbab lebar.<br />
<br />
Ibu muda ini memekik kecil. Wow… teteknya terasa kenyal dan mantap.<br />
<br />
“Kamu nggak pake BH ya ?” kataku sambil mencubit putingnya dari luar jilbab. Ia terus menggeliat-geliat.<br />
<br />
“Siapa namamu ?” kataku sambil memencet putingnya agak keras.<br />
<br />
“Aduh…. aduh… Lestari… aduh, jangan keras-keras….” ia merintih-rintih.<br />
<br />
Kulepaskan jepitanku pada putingnya. Tetapi kini tanganku mulai merayap ke perutnya yang ramping. Terus turun ke pusarnya dan akhirnya berhenti di selangkangannya. Kuremas-remas gundukan memeknya.<br />
<br />
“Ohhh… jangan… jangan….” Lestari menggeliat-geliat.<br />
“Jangan takut Mbak… saya cuma mau main-main sebentar…” kataku lalu berlutut di hadapannya.<br />
<br />
Tanganku kemudian masuk ke balik gamisnya. Menyusuri kulit tungkainya yang mulus. Lalu perlahan kutarik turun celana dalamnya. Perempuan itu mulai terisak. Apalagi, kini kupaksa kedua kakinya merenggang. Kuangkat bagian bawah gamisnya sampai ke pinggang. Wow… indah sekali. Memeknya mulus tanpa rambut. Gemuk dan celahnya terlihat rapat. Tak sabar kuciumi memek cantik itu…<br />
<br />
Lestari terisak, memohon-mohon agar aku melepaskannya. Ia pun menggeliat-geliat menghindar. Tetapi, mulutku sudah begitu lekat dengan pangkal pahanya. Kujilati sekujur permukaan memeknya sampai basah kuyup. Lidahkupun berusaha menerobos di antara celah memeknya. Agak sulit pada posisi seperti itu. Maka, kugandeng Lestari ke kamarnya. Setengah kubanting tubuhnya ke atas ranjangnya sendiri. Ibu muda itu menjerit-jerit kecil ketika dengan kasar kucabik-cabik gamisnya dengan pisau. Sampai akhirnya, tak ada sehelai kainpun kecuali jilbabnya.<br />
<br />
Kupandangi tubuh yang putih mulus itu. Kedua kakinya menjuntai ke tepi ranjang. Teteknya berguncang-guncang ketika ia menangis. Dengan penuh nafsu kucengkeram kedua teteknya dengan kedua tanganku, lalu kuciumi kedua putingnya. Sesekali kugigit-gigit benda mungil itu.<br />
<br />
“Jangan berteriak keras-keras ya. Cukup mendesah-desah saja. Kalau Mbak Lestari berteriak terlalu keras, aku bisa marah dan kupotong puting Mbak ini,” kataku sambil menjepit puting kanannya, menariknya ke atas dan menempelkan mata pisau ke sisinya. Lestari tampak ketakutan dan menggigigit bibirnya.<br />
<br />
Aku kemudian melorot turun. Wajahku tepat di hadapan selangkangannya. Kuangkat paha perempuan itu hingga terentang lebar, lalu kudorong ke arah tubuhnya. Kini tubuhnya melengkung dan pangkal pahanya terangkat ke arah wajahku. Perlahan, lidahku menjilat alur lubang memeknya dari bawah ke atas.<br />
<h2>
<br />Cewek Berjilbab Di Perkosa Dengan Kekerasan</h2>
<br />
“Eungghhhhh….” terdengar Lestari mengerang.<br />
<br />
Tak sabar, aku menguakkan bibir memeknya dengan jemariku. Lebar-lebar sampai terlihat bagian dalam lubang memeknya yang pink dan lembab. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini aku melihat dari dekat bagian dalam lubang memek selain milik istriku. Lebih berdebar lagi, karena memek yang satu ini milik seorang perempuan alim berjilbab lebar !Antara degup jantung dan dorongan gairah itu, kujulurkan lidahku sejauh-jauhnya ke lorong itu. Soal rasa tidak penting kuceritakan. Tetapi, sensasinya itu yang luar biasa. Tubuh Lestari bergetar hebat diiringi erangan dari mulutnya. Hampir tak henti-henti ia meratap-ratap diiringi isaknya.<br />
<br />
“Jangan… jangan…. ouhhhh…. jangan…. “<br />
<br />
Ratapannya makin menjadi-jadi saat lidahku menyerang klitorisnya dengan sapuan yang intens. Istriku bisa menjerit-jerit histeris jika itu kulakukan pada klitorisnya. Kulirik Lestari memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Kepalanya menggeleng-geleng. Kutusukkan dua jariku dan mengaduk-aduk memeknya. Akibatnya lebih hebat lagi. Lestari merintih-rintih dengan suara yang mirip seperti suara istriku menjelang orgasme. Memeknya terasa amat basah. Kugerakkan jariku makin cepat. Lalu, kusedot-sedot klitorisnya. Tiba-tiba, Lestari mengerang panjang dan kedua pahanya mengatup hingga menjepit kepalaku. Tubuhnya mengejang-ngejang. Saat itulah kugigit bibir memeknya dengan gemas. Terdengar Lestari memekik kesakitan. Dari gelinjang kenikmatan, ia kini meronta-ronta kesakitan, berusaha menjauhkan pangkal pahanya dari gigitanku.<br />
<br />
“Sakit….sakit, aduh… sakit… lepaskan….” rintihnya memelas.<br />
<br />
Aku lepaskan gigitanku lalu kedua lututku menekan pahanya hingga mengangkang. Terlihat bekas gigitanku di memeknya. Tetapi bibir memeknya memang terlihat mengkilap oleh cairan memeknya sendiri.<br />
<br />
“Kamu suka ya diperkosa ?” kataku sambil kali ini menusukkan tiga jari ke memeknya yang basah.<br />
Orgasme Lestari tadi rupanya tertunda. Buktinya, ketika tiga jariku menusuk memeknya, otot-ototnya langsung bereaksi seperti meremas ketiga jariku. Ibu muda itu pun mengerang dan merintih….<br />
“Ouuhhhh… jangannnhhh…aihhhh….oummmmhhhh…” desahannya makin menjadi ketika bibirku menangkap puting kanannya dan menghisapnya kuat-kuat.<br />
<br />
Aku tahu perempuan ini orgasme saat mendengar rintihannya. Sangat mirip rintihan istriku ketika orgasme. Otot-otot memeknya juga mencengkeram tiga jariku sementara pinggulnya bergerak tak terkontrol. Kupandangi wajah sayu Lestari dengan penuh nafsu. Dia menggigit bibirnya sendiri. Matanya terpejam. Tiga jariku masih menusuk memeknya yang terlihat amat becek. Tubuh telanjang ibu muda berjilbab ini terlihat bergetar menahan sisa-sisa orgasmenya. Sampai akhirnya, Lestari benar-benar terkapar lunglai. Kedua tangannya masih terikat di belakang punggung, mengganjal pantatnya sehingga bagian pinggulnya mendongak ke atas. Tubuhnya bermandi peluh. Kedua pahanya mengangkang lebar. Kutarik keluar tiga jariku, kunikmati pemandangan lubang memeknya yang membentuk huruf O dan perlahan mengatup kembali.<br />
<br />
“Ok… sekarang giliranku,” kataku sambil menempatkan diri di tengah pahanya yang mengangkang.<br />
Lestari cuma bisa menggeleng lemah saat kepala kontolku mulai menyusup di celah memeknya. Kupaksa ia mengulum tiga jariku yang berlumur lendir dari memeknya sendiri.<br />
<br />
“Kamu belum pernah menjilat memekmu sendiri kan ?” kataku.<br />
<br />
Lestari terisak-isak sambil mengulum tiga jariku yang berlumur lendir kemaluannya sendiri. Terlihat keningnya berkerut. Kepala kontolku sudah terjepit di mulut lubang memeknya yang terasa sangat basah. Aku ingin memberinya sedikit kejutan. Tanpa peringatan sama sekali, langsung kuhentakkan kontolku jauh sampai ke dasar memeknya. Kontolku terasa menerobos lorong sempit yang berlendir.<br />
<br />
Suara benturan biji pelirku dengan pangkal pahanya terdengar cukup keras. Reaksi Lestari juga luar biasa. Kedua matanya tiba-tiba membelalak. Kalau saja mulutnya tidak sedang mengulum jariku, mungkin dari mulutnya akan terdengar jeritan. Tetapi kini yang terdengar hanya gumaman tak jelas. Bahkan, jariku terasa agak sakit karena digigit ibu muda ini. Tetapi yang jelas, kontolku kini terasa seperti diremas-remas oleh otot-otot memek perempuan berjilbab lebar ini. Luar biasa…Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-70523526158854037032018-04-11T22:43:00.000-07:002018-04-11T22:43:05.158-07:00Bermain Kuda-Kudaan Dengan Istri Pejabat<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNouqILfB7ZhKb5qQXldtBw_rZqWhzLVwCifJaGanlXcO34Mm0r2Z6rEL4W_FoPmHGltzTfPoHiiREBnQTqJHDlDOhoC7KQsvnyylL-SZMteosix-ATro3M8JMcd96YxXyQJDtBOh7TTP6/s1600/2605.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Bermain Kuda-Kudaan Dengan Istri Pejabat" border="0" data-original-height="366" data-original-width="488" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNouqILfB7ZhKb5qQXldtBw_rZqWhzLVwCifJaGanlXcO34Mm0r2Z6rEL4W_FoPmHGltzTfPoHiiREBnQTqJHDlDOhoC7KQsvnyylL-SZMteosix-ATro3M8JMcd96YxXyQJDtBOh7TTP6/s640/2605.jpg" title="Bermain Kuda-Kudaan Dengan Istri Pejabat" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bermain Kuda-Kudaan Dengan Istri Pejabat</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Aku bekerja di perusahaan kontraktor swasta di daerah Indramayu yang mempunyai sekitar 20 pegawai dan 3 orang diantaranya adalah wanita. Pada umumnya pegawai-pegawai itu datang dari desa sekitar perusahaan ini berada dan rata-rata pegawai prianya sudah bekerja di perusahaan ini sekitar 15 tahunan lebih, sedangkan aku diperbantukan dari kantor pusat di Jakarta dan baru sekitar 1 tahun di kantor cabang ini sebagai kepala personalia merangkap kepala keuangan. Karena pindahan dari kantor pusat, maka aku dapat tinggal di rumah yang disewa oleh perusahaan. Istriku tidak ikut tinggal di sini, karena dia juga kerja di Jakarta, jadi kalau tidak aku yang ke Jakarta setiap Jum’at sore dan kembali hari Minggu sore atau istriku yang datang.<br />
<br />
Hubungan antar para pekerja begitu akrab, sehingga beberapa diantara mereka ada yang sudah menganggap aku sebagai saudara atau anaknya saja. Dalam situasi seperti sekarang ini, perusahaan dimana aku bekerja juga mengalami krisis yang cukup serius dan jasa pekerjaan yang kami terima dari perusahaan kilang minyak dan perusahaan lainnya juga semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan pimpinanku memerintahkan untuk mengurangi beberapa orang pegawainya dan ini harus kulaksanakan dalam waktu sebulan ini.<br />
<br />
Setelah kupilah-pilah dari 20 orang pegawai itu, lalu aku mengambil 5 orang pegawai yang paling tua dan yang dalam 1 atau 2 tahun ini akan mencapai usia 55 tahun, lalu aku menyuruh sekretaris kantor yang bernama Sri (samaran) dan juga dari penduduk di sekitar perusahaan untuk mengetik draft surat-surat yang sudah kupersiapkan dan rencanaku dalam 2 minggu ini masing-masing pegawai akan kupanggil satu persatu untuk keberikan penjelasan sekaligus memberikan golden shake hand pesangon yang cukup besar. Sri adalah salah satu diantara 3 pekerja wanita di sini dan umur mereka bertiga sekitar 30 tahunan. Sri, menurut teman-teman kerjanya adalah seorang pegawai yang agak sombong, entah apa yang disombongkan atau mungkin karena merasa yang paling cantik diantara ke 2 wanita lainnya.<br />
<br />
Padahal kalau aku bandingkan dengan pekerja wanita di kantor pusat Jakarta, belum ada apa-apanya. Suaminya Sri menurut mereka itu sudah setahun ini bekerja di Arab sebagai TKI. Di hari Jum’at sore, sewaktu aku besiap siap akan pulang, tiba-tiba muncul salah seorang pegawai yang biasa kupanggil Pak Tus datang menghadap ke ruangan kantorku.<br />
<br />
“Ada apa Pak Tus”, tanyaku.<br />
<br />
“Ini…, Pak…, kalau Bapak ada waktu, besok saya ingin mengajak Bapak untuk melihat kebun buah-buahan di daerah pegunungan sekitar Kuningan dan peninggalan orang tua saya, siapa tahu Bapak tertarik untuk membelinya”. Setelah kipikir sejenak dan sekaligus untuk menyenangkan hatinya karena Pak Tus ini adalah salah satu dari pegawai yang akan terkena PHK, segera saja permintaannya kusetujui.<br />
“Oke…, Pak Tus, boleh deh, kebetulan saya tidak punya acara di hari Sabtu dan Minggu ini…, kita pulang hari atau nginap Pak…?<br />
<br />
“Kalau Bapak nggak keberatan…, kita nginap semalam di gubuk kami…, Pak.., dan kalau Bapak tidak berkeberatan, saya akan membawa Istri, anak dan cucu saya, Biar agak ramai sekaligus untuk masak.., karena tempatnya agak jauh dari warung”, jawab Pak Tus dengan wajah berseri.<br />
“Yapi…, Pak…, saya tidak punya kendaraan.., lanjut Pak Tus dengan wajah agak sedih”.<br />
“Pak…, Tus…, soal kendaraan jangan terlalu di pikir, kita pakai Kijang saya saja.., dan Pak Tus boleh membawa semua keluarganya, asal mau berdesak-desakan di Kijang dan besok jam 10 pagi akan saya jemput ke rumah Pak Tus”, sahutku dan Pak Tus dengan wajah berseri kembali lalu mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang. “<br />
<br />
Besok paginya sekitar jam 10 pagi aku menjemput ke rumah Pak Tus yang boleh dibilang rumah sangat sederhana. Di depan rumahnya aku disambut oleh Pak Tus dan Istrinya. Aku agak terkejut, karena Isrinya kelihatan jauh lebih muda dari yang kuduga. Dia kutaksir berumur sekitar 35 tahunan dan walau tinggal di kampung tapi sepertinya tidak ketinggalan jaman. Istri Pak Tus mengenakan rok dan baju agak ketat tanpa lengan serta ukuran dadanya sekitar 36C.<br />
<br />
“silakan masuk…, Pak…”, katanya hampir serentak,<br />
“Ma’af Pak…, rumahnya jelek”, sambung Pak Tus.<br />
“Ah, Bapak dan Ibu.., bisa saja, Oh iya…, anak dan cucu nya apa jadi ikut?”, sahutku sambil bertanya karena aku tidak melihat mereka.<br />
<br />
“Oh…, si Nining (mana disamarkan) sedang di belakang menyiapkan barang-barang bawaannya dan cucu saya tidak mau pisah dari ibunya”, sahut Pak Tus.<br />
<br />
Tidak lama kemudian dari belakang muncul wanita muda yang tidak bisa dibilang jelek dengan tinggi sekitar 160 Cm serta memakai T shirt ketat sedang menggendong anak laki-laki dan tangan satunya menjinjing tas agak besar, mungkin berisi pakaian.<br />
<br />
“Pak..”, kata Pak Tus, yang membuatku agak kaget karena aku sempat terpesona dengan body Nining yang yang aduhai serta berjalan dengan dada yang menantang walau ukuran dadanya boleh dibilang tidak besar.<br />
“Paak…, ini kenalkan anak perempuan saya…, Nining dan ini cucu saya Dodi”. Kusambut uluran tangan Nining serta kujabat tangannya yang terasa agak dingin dan setelah itu kucubit pipi Dodi.<br />
<br />
“Ayo…, Pak…”, ajak Pak Tus, “Kita semua sudah siap dan bisa berangkat sekarang”.<br />
“Lho…, apa bapaknya Dodi tidak ikut…, Pak?, tanyaku dan kulihat Pak Tus saling berpandangan dengan Istrinya, tapi yang menyahut malah Nining. “Enggak kok…, Pak…, dia lagi pergi jauh”.<br />
“Ayo…, lah kalau begitu…, kita bisa berangkat sekarang.., Pak”, kataku walau aku masih ada tanda tanya besar dalam hatiku soal suami Nining.<br />
<br />
Sesampainya tempat yang dituju, aku jadi terkagum-kagum dengan kebun yang dimiliki Pak Tus yang cukup luas dan tertata rapi serta seluruhnya ditanami pohon buah-buahan, bahkan banyak yang sedang berbuah. Rumah yang boleh dibilang tidak besar, terletak di bagian belakang kebun itu.<br />
“Ayo…, Pak, kita beristirahat dulu di gubuk, nanti setelah itu kita bisa keliling kebun melihat pohon-pohon yang ada”, kata bu Tus dan disambut dengan sahutan Pak Tus.<br />
<br />
“Iyaa…, Pak…, silakan istirahat ke rumah dulu, biar Istri saya menyiapkan minum buat Bapak, sedang saya mau ketemu dengan yang menjaga kebun ini.<br />
<br />
Lalu aku dan Bu Tus berjalan beriringan menuju rumahnya dan sepanjang perjalanan menuju rumah kupuji kalau kebunnya cukup luas serta terawat sangat baik.<br />
<br />
“Aahh…, Bapak…, jangan terlalu memuji…, kebun begini.., kok dibilang bagus.., tapi inilah kekayaan kami satu-satunya dan peninggalan mertua”, kata bu Tus yang selalu murah senyum itu. Ketika mendekati rumah, Bu Tus lalu berkata,<br />
<br />
“silakan Pak…, masuk”, dan aku segera katakan, “silakan…, sambil bergeser sedikit untuk memberi jalan pada bu Tus.<br />
<br />
Entah mengapa, kami berdua berjalan bersama masuk pintu rumah sehingga secara tidak sengaja tangan kiriku telah menyenggol bagian dada bu Tus yang menonjol dan kurasakan empuk sekali. Sambil kupandangi wajah bu Tus yang kelihatan memerah, segera kukatakan.<br />
<br />
“Maaf…, bu…, saya tidak sengaja”, Bu Tus tidak segera menjawab permintaan maafku, aku jadi merasa agak nggak enak dan takut dia marah, sehingga kuulangi lagi.<br />
<br />
“Benar…, buu…, saya tidak sengaja…”.<br />
“Aahh..”, Pak Pur.., saya nggak apa apa kok…, hanya…, agak kaget saja, lupakan.., Pak…, cuma gitu saja…, kok”, kata bu Tus sambil tersenyum. “Oh iya…, Bapak mau minum apa”, tanya bu Tus.<br />
“Terserah Ibu saja deh”.<br />
<br />
“Lhoo…, kok terserah saya..?”.<br />
“Air putih juga boleh kok bu”. Setelah bu Tus ke belakang, aku lalu duduk di ruang tamu sambil memperhatikan ruangan nya model rumah kuno tetapi terawat dengan baik.<br />
<br />
Tidak terlalu lama, kulihat bu Tus yang telah mengganti bajunya dengan baju terusan seperti baju untuk tidur yang longgar berjalan dari belakang sambil membawa baki berisi segelas teh dan sesampainya di meja tamu dimana aku duduk, bu Tus meletakkan gelas minuman untukku sambil sedikit membungkuk, sehingga dengan jelas terlihat dua gundukan besar yang menggantung didadanya yang tertutup BH dan bagian dalam badannya, membuat mataku sedikit melotot memperhatikannya.<br />
<br />
“Iihh…, matanya Pak Puur…, kok…, nakal.., yaa”, katanya sambil menyapukan tangannya dimukaku serta tersenyum.<br />
Aku jadi agak malu dikatakan begitu dan untuk menutupi rasa maluku, aku jawab saja sambil agak bergurau.<br />
“Habiis…, bu Tus berdirinya begitu…, sih. “Aahh…, bapak ini…, kok sepertinya…, belum pernah melihat seperti itu saja”, sahut bu Tus yang masih berdiri di dekatku dan mencubit tanganku.<br />
<br />
“Betul kok…, buu…, saya belum pernah melihat yang seperti itu, jadi boleh kan buu…, saya lihat lagi..?”.<br />
“aahh…, bapak..”, kembali mencubitku tetapi sekarang di pipiku sambil terus berjalan ke belakang.<br />
<br />
Setelah minuman kuhabiskan, aku lalu balik keluar menuju ke kebun dan ngobrol dengan pak Tus yang sedang membersihkan daun-daun yang berserakan. Selang berapa lama, kulihat bu Tus datang dari dalam rumah sambil membawa gulungan tikar dan setelah dekat lalu menggelar tikarnya di kebun sambil berkata kepada suaminya.<br />
“Paak…, kita ajak Pak Pur makan siang disini saja…, yaa”, dan pak Tus tidak menjawab pertanyaan istrinya tetapi bertanya kepadaku.<br />
<br />
“Nggak…, apa-apa…, kan.., paak.., makan di kebun..? Biar tambah nikmat”.<br />
“Nggak apa apa kok.., paak”, jawabku.<br />
<br />
Tidak lama kemudian dari arah rumah tetangganya, kulihat Nining yang sudah mengganti bajunya dengan baju terusan yang longgar seperti ibunya datang membawa makanan dan sambil membungkuk meletakkan makanan itu di tikar dan aku yang sedang duduk di tikar itu kembali melihat buah yang menggantung di dada, dan sekarang dadanya Nining. Kelihatan sekali kalau Nining tidak mengenakan BH dan ukurannya tidak besar. Nining tidak sadar kalau aku sedang memperhatikan buah dadanya dari celah bajunya pada saat menaruh dan menyusun makanan di tikar.<br />
<br />
Setelah Nining pergi, sekarang datang Ibunya sambil membawa makanan lainnya dan ketika dia membungkuk menaruh makanan, kembali aku disungguhi pemandangan yang sama dan sekarang agak lama karena makanan yang disusun oleh Nining, disusun kembali oleh bu Tus. Tidak kuduga, tiba-tiba bu Tus sambil tetap menyusun makanan lalu berkata agak berbisik, mungkin takut didengar oleh suaminya yang tetap masih bekerja membersihkan daun-daun tidak jauh dari tempatku duduk.<br />
<br />
“Paak…, sudah puas melihatnyaa..?” . Lalu kudekatkan wajahku sambil membantu menyusun makanan dan kukatakan pelan,<br />
“Beluum…, buu…, saya kepingin memegangnya dan menghisapnyaa”. Bu Tus langsung mencubitkan tangannya di pahaku sambil berkata pelan,<br />
<br />
“Awas…, yaa…, nanti saya gigit punya bapak.., baru tahu”, sambil terus berjalan.<br />
Sekarang muncul lagi Nining dan kembali meletakkan makanan sambil membungkuk dan kembali terlihat buah dadanya dan kepingin rasanya kupegang. Rupanya Nining tahu kalau aku sedang memperhatikan dadanya, lalu dia berbisik.<br />
<br />
“Paakk…, matanya kok nakal…, yaa…”, tapi tanpa menutupnya dan langsung saja kujawab,<br />
“aam…, habis bagus siih…, pingin pegang…,boleh apa nggak?”, Nining hanya tersenyum sambil mencubit tanganku lalu pergi.<br />
<br />
Setelah itu kami berempat makan di tikar dan nikmat sekali rasanya makan di kebun dan setelah selesai makan, Nining pamit untuk memberi makan anaknya di rumah bibinya. Ketika kutanyakan ke Pak Tus, kemana suaminya Nining segera Pak Tus menceritakan keluarganya., bahwa Istri Pak Tus ini adalah adik kandung dari Istri pertamanya yang sudah meninggal dan Nining adalah anak satu-satunya dari istri pertamanya. Sedang Nining sudah bercerai dari suaminya pada saat Nining hamil, suaminya meninggalkan begitu saja karena kawin dengan wanita lain. Tidak terasa kami ngobrol di kebun cukup lama dan mungkin karena hawanya agak dingin dan anginnya agak keras, aku merasa seperti sedang masuk angin.<br />
<br />
Sementara Pak Tus dan istrinya membereskan sisa makan siang, aku memukul-mukul perutku untuk membuktikan apa benar aku sedang masuk angin dan ternyata benar. Perbuatanku memukul perut rupanya diketahui oleh Pak Tus dan istrinya.<br />
<br />
“Kenapa paak..”, tanya mereka hampir serentak.<br />
“Nggak apa apa kok…, cuman masuk angin sedikit”.<br />
“Paak…, masuk angin kok…, dibilang nggak apa apa..”, jawab Pak Tus<br />
“Apa bapak biasa dikerokin”, lanjutnya.<br />
“Suka juga sih paak”, jawabku. “Buu…, biar saya yang beresin ini semua…, itu tolong kerokin dan pijetin Pak Puur, biar masuk anginnya hilang”, kata Pak Tus.<br />
“Oh…, iya.., Buu”, lanjut Pak Tus,<br />
“Habis ini saya mau mancing ikan di kali belakang, siapa tahu dapat ikan untuk makan malam nanti…”.<br />
“Pak Tuus…, nanti kalau masuk angin saya hilang, saya mau ikut mancing juga”, kataku.<br />
“Ayoo…, pak Puurr.., kita ke rumah…, biar saya kerokin di sana…, kalau di sini nanti malah bisa sakit beneran.<br />
<br />
Sesampainya di dalam rumah lalu bu Tus berkata,<br />
<br />
“Paak…, silakan bapak ke kamar sini saja”, sambil menunjuk salah satu kamar, dan<br />
“Saya ke belakang sebentar untuk mengambil uang untuk kerokannya”. Tidak lama kemudian bu Tus muncul ke dalam kamar dan menutup pintunya dan menguncinya.<br />
<br />
“Paak…, kerokannya di tempat tidur saja yaa…, dan tolong buka kaosnya”. Setelah beberapa tempat di punggungku dikerokin, bu Tus berkomentar. “Paakk…, rupanya bapak masuk angin beneran…, sampai merah semua badan bapak”.<br />
<br />
Setelah hampir seluruh punggungku dikerokin dan dipijitin, lalu bu Tus memintaku untuk tidur telentang.<br />
“Paak…, sekarang tiduran telentang…, deh…, biar bisa saya pijitin agar angin yang di dada dan perut bisa keluar juga. Kuturuti permintaannya dan bu Tus naik ke tempat tidur di samping kiriku dan mulai memijit kedua bahuku.<br />
<br />
Dengan posisi memijit seperti ini, tentu saja kedua payudara bu Tus terlihat sangat jelas dan bahkan seringkali menyentuh wajahku sehingga mau tak mau membuat penisku menjadi tegang. Karena sudah tidak kuat menahan diri, kuberanikan untuk memegang kedua payudaranya dan bu Tus hanya berkata pelan.<br />
“Jangaan…, paak…, sambil tetap memijit bahuku.<br />
“Kenapa buu…”, tanyaku sambil melepas pegangan di payudaranya.<br />
“Nggak…, apa apa kok…, paak”, jawabnya pelan sambil tersenyum.<br />
<br />
Karena tidak ada kata-kata lainnya, maka kuberanikan lagi untuk menyelusupkan tangan kiriku ke dalam bajunya bagian bawah serta kupegang vaginanya dan kembali terdengar suara bu Tus.<br />
<br />
<h2>
Bermain Kuda-Kudaan Dengan Istri Pejabat</h2>
<br />
“Paakk…, sshh…, jangaan…, aahh…”, dan badannya dijatuhkan ke badanku serta bibirnya bertemu dengan bibirkuDengan tidak sabar, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kulepaskan dari kepalanya sehingga badannya telanjang hanya tertutup oleh BH dan CD saja, lalu segera badannya kubalik sehingga aku sekarang ada di atas badannya dan segera kaitan BH-nya kulepas sehingga tersembul buah dadanya yang besar.<br />
Kujilati dan kuhisap kedua payudaranya bergantian dan bu Tus hanya berdesah pelan.<br />
<br />
“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, dan tangan kiriku kugunakan untuk melepas CD-nya dan kumasukkan jariku diantara belahan vaginanya yang sudah basah dan ini mungkin membuat bu Tus semakin keenakan dan terus mendesah.<br />
“sshh…, aduuhh…, paakk…, sshh…, aahh”.<br />
Sambil tetap Kujilati payudaranya, sekarang kugunakan tanganku untuk melepas celana panjang dan CD-ku dan setelah berhasil, kembali kugunakan jari tanganku untuk mempermainkan vaginanya dan kembali kudengar desahannya.<br />
“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, ayoo.., paak”, dan kurasakan bu Tus telah membukakan kedua kakinya agak lebar.<br />
Walau tidak bilang kurasa bu Tus sudah tidak tahan lagi, maka segera saja kuarahkan penisku ke arah vaginanya dan kedua tangannya telah melingkar erat di punggungku. Belum sempat aku siap-siap,<br />
“Bleess…”, penisku masuk ke dalam vaginanya akibat bu Tus menekan kuat-kuat punggungku dan bu Tus berteriak agak keras,<br />
“aahh..”, sehingga terpaksa mulutnya segera kusumpal dengan bibirku agar teriakannya tidak terdengar sampai keluar kamar.<br />
<br />
Sambil kujilati payudaranya, aku menggerakkan pantatku naik turun sehingga penisku keluar masuk vaginanya dan menimbulkan bunyi.<br />
<br />
“ccrreett…, ccrreett…, ccrreett”, dan dari mulut bu Tus terdengar desahan yang agak keras,<br />
“Aahh…, sshh…, paak…, aahh..”, dan tidak lama kemudian bu Tus semakin cepat menggerakkan pinggulnya dan tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat di punggungku sehingga mempersulit gerakan keluar masuk penisku dan terdengar suaranya yang agak keras,<br />
<br />
“aaduuhh.., sshh…, aahh…, aaduuhh…, paakk…, aarrhh.., sambil menekan kuat-kuat badanku lalu bu Tus terdiam, dengan nafas yang cepat.<br />
Untuk sementara, kudiamkan dulu sambil menunggu nafas bu Tus agak normal kembali dan tidak lama kemudian, sambil menciumi wajahku, bu Tus berkata. “Paakk…, sudah lamaa…, saya…, tidak pernah seperti ini…, terima kasih…, paak”. Setelah nafasnya kembali normal dan penisku masih tetap di dalam vaginanya, lalu kuminta bu Tus untuk menungging.<br />
<br />
“Paak…, saya belum pernah seperti itu”, katanya pelan.<br />
<br />
“Nggak apa-apa kok buu…, nanti juga bisa”, kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya yang sangat basah.<br />
Kubalik badannya dan kuatur kakinya sehingga posisinya nungging, bu Tus hanya mengikuti kemauanku dan menaruh kepalanya di bantal. Lalu kudekatkan wajahku di dekat vaginanya dan kujulurkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan kupermainkan, sambil kupegang kedua bibir vaginanya, bu Tus hanya menggerakkan pantatnya pelan-pelan. Tetapi setelah bu Tus memalingkan kepalanya dan menengok ke arah bawah serta tahu apa yang kuperbuat, tiba-tiba bu Tus menjatuhkan badannya serta berkata agak keras,<br />
<br />
“Paakk…, jangaan”, sambil berusaha menarik badanku ke atas.<br />
Terpaksa kudekati dia dan sambil kucium bibirnya yang mula-mula ditolaknya, lalu kutanya,<br />
“Kenapa…, buu..?<br />
<br />
“Paakk…, jangaan…, itu kan kotoor..”, Sambil agak berbisik, segera kutanyakan.<br />
“Buu…, apa ibu belum pernah…, dijilati seperti tadi..?”.<br />
“Beluum.., pernah paak..”, katanya.<br />
<br />
“Buu…, nggak apa-apa.., kok…, coba deh…, pasti nanti ibu akan nikmat..”, sambil kutelentangkan dan kutelisuri badannya dengan jilatan lidahku.<br />
<br />
Sesampainya di vaginanya, kulihat tangan bu Tus digunakan untuk menutupi vaginanya, tapi dengan pelan-pelan berhasil kupindahkan tangannya dan segera kuhisap clitorisnyanya yang membuat bu Tus menggelinjang dan mendesah.<br />
<br />
“Paakk…, jangaann…, aahh…, aduuhh”, tapi kedua tangannya malah diremaskan di kepalaku dan menekannya ke vaginanya.<br />
<br />
Kelihatannya bu Tus sudah tahu nikmat vaginanya dihisap dan dijilati, sehingga sekarang semakin sering kepalaku ditekan ke vaginanya disertai desahan-desahan halus,<br />
<br />
“aahh…, sshh…, aahh…, aaccrrhh”, seraya menggerak-gerakkan pinggulnya.<br />
Jilatan serta hisapanku ke seluruh vagina bu Tus membuat gerakan pinggulnya semakin cepat dan remasan tangannya di rambutku semakin kuat dan tidak lama kemudian, lagi-lagi kedua kakinya dilingkarkan ke bahuku dan menjepitnya kuat-kuat disertai dengan desahan yang cukup keras<br />
“aahh…, aaduuh…, sshh…, aaccrrhh…, paakk…, adduuhh…, aacrrhh.<br />
<br />
Kulihat bu Tus terdiam lagi dengan nafasnya yang terengah-engah sambil mencoba menarik badanku ke atas dan kuikuti tarikannya itu, sesampainya kepalaku di dekat kepalanya, bu Tus sambil masih terengah-engah mengatakan,<br />
<br />
“Paakk…, enaak…, sekalii…, paak..,. terima kasiih..”. Pernyataannya itu tidak kutangapi tetapi aku berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan karena kakinya masih terbuka, maka penisku yang masih sangat tegang itu dapat masuk dengan mudah.<br />
<br />
Karena nafas bu Tus masih belum normal kembali, aku hanya menciumi wajahnya dan diam menunggu tanpa menggerakkan pinggulku, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, terasa sekali penisku terhisap keras oleh vaginanya dan terasa sangat nikmat dan kubilang,<br />
<br />
“Buu…, ituu…, Buu…, enaakk…, laggii…, buu”, dan mungkin ingin membuatku keenakan, kurasakan sedotannya semakin keras saja dan,<br />
<br />
“Buu…, teruuss…, buu…, enaakk.., aaduuh”. Setelah nafasnya kembali normal, lalu kuangkat kedua kaki bu Tus dan kutempatkan di atas bahuku dan bu Tus hanya diam saja mengikuti kemauanku.<br />
Dengan posisi begini, terasa penisku semakin dalam menusuk ke vaginanya dan ketika penisku kuhentakkan keluar masuk vaginanya, bu Tus kembali berdesah,<br />
<br />
“Aahh…, Paakk…, enaakk…, Paakk…, aahh…, sshh”, dan akupun yang sudah hampir mendekati klimaks ikut berdesah,<br />
“aahh…, sshh…, aaccrrhh…, Buu.., aahh”, sambil mempercepat gerakan penisku keluar masuk vaginanya dan ketika aku sudah tidak dapat menahan air maniku segera saja kukatakan,<br />
<br />
“Buu…, Buu…, saayaa…, sudah mau keluar…, aahh…, taahaan…, yaa…, Buu..”, dan bu Tus sambil memelukku kuat-kuat, menganggapinya dengan mengatakan,<br />
<br />
“Paakk…, ayoo…, cepaatt…, Paakk…”, dan kutekan penisku kuat-kuat menusuk vaginanya sambil berteriak agak keras,<br />
<br />
“aahh…, aacrrhh…, bbuu…, aahh..”, Aku sudah tidak memperhatikan lagi apa yang diteriakkan bu Tus dan yang aku dengar dengan nafasnya yang terengah-engah bu Tus menciumi wajahku sambil berkata,<br />
“Teriimaa…, kasiih…, paakk…, saayyaa…, capeek…, sekali.., paakk”. Setelah istirahat sebentar dan nafas kami kembali agak normal, bu Tus mengambil CD-nya dan dibersihkannya penisku hati-hati.<br />
Aku segera mengenakan pakaianku dan keluar menuju sungai untuk menemani pak Tus memancing. “Sudah dapat berapa Paak ikannya..”, tanyaku setelah dekat.<br />
<br />
“ooh…, bapaak…, sudah tidak masuk angin lagi…, paak..?”, dan lanjutnya, “Lumayan paak.., sudah dapat beberapa ekor dan bisa kita bakar nanti malam.<br />
<br />
Malam harinya setelah makan dengan ikan bakar hasil pancingannya pak Tus, kami berempat hanya ngobrol di dalam rumah dan suasananya betul-betul sepi karena tidak ada TV ataupun radio, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil dan walaupun sudah di dalam rumah tetapi hawanya terasa dingin sekali, maklum saja karena kebun pak Tus berada di kaki bukit.<br />
<br />
Sambil ngobrol kutanyakan pada Nining,<br />
<br />
“Aam…, ke mana anaknya..? Kok dari tadi tidak kelihatan”<br />
“oohh…, sudah tidur paak”, katanya.<br />
<br />
Karena suasana yang sepi ini, membuat orang jadi cepat ngantuk dan benar saja tidak lama kemudian Nining pamit mau tidur duluan. Sebetulnya aku juga sudah mengantuk demikian juga kulihat mata bu Tus sudah layu, tetapi karena pak Tus masih bersemangat untuk ngobrol maka obrolan kami lanjutkan bertiga. Tidak lama kemudian, bu Tus juga pamit untuk tidur duluan dan mungkin pak Tus melihatku menguap beberapa kali, lalu pak Tus berkata padaku,<br />
“Paak…, lebih baik kita juga nyusul tidur”.<br />
“Betul…, paak, karena hawanya dingin membuat orang cepat mengantuk”, jawabku.<br />
“ooh…, iyaa…, paak.., silakan bapak tidur di kamar yang sebelah depan”, kata pak Tus sambil menunjuk arah kamar dan lanjutnya lagi,<br />
“Maaf…, yaa.., paakk.., rumahnya kecil dan kotor lagi”.<br />
“aahh…, pak Tus…, ini selalu begitu”,jawabku.<br />
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar depan yang ditunjuk oleh pak Tus. Tetapi setelah masuk ke kamar yang ditunjuk oleh pak Tus, aku jadi sangat terkejut karena di kamar itu telah ada penghuninya yang telah tidur terlebih dahulu yaitu Nining dan anaknya. Karena takut salah kamar, aku segera keluar kembali untuk menanyakan kepada pak Tus yang kebetulan baru datang dari arah belakang rumah, lalu segera kutanyakan,<br />
“Maaf…, paak…, apa saya tidak masuk kamar yang salah?”, kataku sambil menunjuk kamar dan pak Tus langsung saja menjawab,<br />
“Betuul…, paak…, dan maaf kalau Nining dan anaknya tidur di situ…, habis kamarnya hanya dua…, mudah-mudahan mereka tidak mengganggu tidur bapak”, kata pak Tus.<br />
“ooh…, ya sudah kalau begitu paak…, saya hanya takut salah masuk kamar…, oke kalau begitu paak…, selamat malaam”. Aku segera kembali masuk ke kamar dan menguncinya.<br />
Dapat kuceritakan kepada para penggemar situs 17Tahun, kamar ini mempunyai hanya satu tempat tidur yang lebar dan Nining serta anaknya tidur disalah satu sisi, tetapi anaknya ditaruh di sebelah pinggir tempat tidur dan dijaga dengan sebuah bantal agar supaya tidak jatuh.<br />
Setelah aku ganti pakaianku dengan sarung dan kaos oblong, pelan-pelan aku menaiki tempat tidur agar keduanya tidak terganggu dan aku mencoba memejamkan mataku agar cepat tidur dan tidak mempunyai pikiran macam-macam, apalagi badanku terasa lelah sekali. Baru saja aku akan terlelap, aku terjaga dan kaget karena dadaku tertimpa tangan Nining yang merubah posisi tidurnya menjadi telentang. Aku jadi penasaran, ini sengaja apa kebetulan tetapi setelah kulirik ternyata nafas Nining sangat teratur sehingga aku yakin kalau Nining memang telah tidur lelap, tetapi kantukku menjadi hilang melihat cara Nining tidur.<br />
Mungkin sewaktu tidur tadi dia lupa mengancingkan rok atasnya sehingga agak tersingkap dan belahan dada yang putih terlihat jelas dan rok bawahnya tersingkap sebagian, hingga pahanya yang mulus itu terlihat jelas. Hal ini membuat kantukku hilang sama sekali dan membuat penisku menjadi tegang. Kepingin rasanya memegang badannya, tetapi aku takut kalau dia berteriak dan akan membangunkan seluruh rumah. Setelah kuperhatikan sejenak lalu kugeser tubuhku menjauh sehingga tangannya yang berada di dadaku terjatuh di samping badannya dan kudengar Nining menarik nafas panjang seperti terjaga.<br />
Setelah kudiamkan sejenak, seolah mengganti posisi tidur lalu kumiringkan tidurku menghadap ke arahnya dan kujatuhkan tangan kiriku pelan-pelan tepat di atas buah dadanya. Nining tidak bereaksi jadi aku mempunyai kesimpulan kalau dia memang telah tidur nyenyak sekali. Perasaanku semakin tidak menentu apalagi tangan kiriku berada di badannya yang paling empuk, tetapi aku tidak berani berbuat lebih jauh, takut Nining jadi kaget dan berteriak. Aku berpikir harus bagaimana agar Nining tidak kaget, tetapi belum sempat aku menemukan apa yang akan kulakukan, Nining bergerak lagi mengganti posisi tidurnya dan sekarang menghadap ke arahku dan tangan kanannya dipelukkan di pinggangku.<br />
Dengan posisi ini, wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafasnya terasa menyembur ke arahku. Dengan posisi wajahnya yang sudah sangat dekat ini, perasaanku sudah semakin kacau dan penisku juga sudah semakin tegang, lalu tanpa kupikir panjang kulekatkan bibirku pelan-pelan di bibirnya, tetapi tanpa kuduga Nining langsung memelukku erat sambil berbisik,<br />
“Paakk..”, dan langsung saja dengan sangat bernafsu mencium bibirku dan tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan.<br />
Sambil berciuman, kupergunakan tangan kiriku untuk mengusap-usap dahi dan rambutnya. Nining sangat aktif dan bernafsu serta melepaskan ciuman di bibir dan mengalihkan ciumannya ke seluruh wajahku dan ketika menciumi di dekat telingaku, dia membisikkan,<br />
“Paak…, sshh…, cepaatt…, Paakk…, toloong…, puasiinn…, am.., Paakk..,sshh”, setelah itu dia mengulum telingaku.<br />
Setelah aku ada kesempatan mencium telinganya, aku segera mengatakan,<br />
“Aamm…, kita pindahkan Dody di bawah…, yaa”, dan Nining langsung saja menjawab,<br />
“Yaa…, paak”, dan segera saja aku melepaskan diri dan bangun menyusun batal di bawah dan kutidurkan dody di bawah.<br />
Selagi aku sibuk memindahkan Dody, kulihat Nining membuka pakaian dan BH-nya dan hanya tinggal memakai CD berwarna merah muda dan kulihat buah dadanya yang boleh dibilang kecil dan masih tegang, sehingga sulit dipercaya kalau dia sudah pernah kawin dan mempunyai anak. Aku langsung saja melepaskan semua pakaian termasuk CD-ku dan baru saja aku melepas CD-ku,langsung saja aku diterkam oleh Nining dan kembali kami berciuman sambil kubimbing dia ke tempat tidur dan kutidurkan telentang.<br />
“Ayoo…, Paak…”, kembali Nining berbisik di telingaku,<br />
“Am…, sudah…, tidak tahaan…, paak”. Nining sepertinya sudah tidak sabar saja, ini barangkali karena dia sudah lama cerai dan tidak ada laki-laki yang menyentuhnya, tetapi permintaannya itu tidak aku turuti.<br />
Pelan-pelan kualihkan ciumanku di bibirnya ke payudaranya dan ketika kusentuh payudaranya dengan lidahku, terasa badannya menggelinjang dan terus saja kuhisap-hisap puting susunya yang kecil, sehingga Nining secara tidak sadar mendesah,<br />
“Sshh…, aahh…, Paakk.., aduuh…, sshh”,dan seluruh badannya yang berada di bawahku bergerak secara liar.<br />
Sambil tetap kijilati dan kuhisap payudaranya, kuturunkan CD-nya dan kupermainkan vaginanya yang sudah basah sekali dan desahannya kembali terdengar,<br />
“sshh…, aahh…, ayoo…, paak.., aduuh.., paak”, seperti menyuruhku untuk segera memasukkan penisku ke vaginanya.<br />
Aku tidak segera memenuhi permintaannya, karena aku lebih tertarik untuk menghisap vaginanya yang kembung menonjol dan tidak berbulu sama sekali.<br />
Segera saja kulepaskan hisapanku di payudaranya dan aku pindahkan badanku diantara kedua kakinya yang telah kulebarkan dahulu dan ketika lidahku kujilatkan di sepanjang belahan bibir vaginanya yang basah dan terasa agak asin, Nining tergelinjang dengan keras dan mengangkat-angkat pantatnya dan kedua tangannya mencengkeram keras di kasur sambil mendesah agak keras,<br />
“aahh…, Paakk…, adduuhh.., paak.” Aku teruskan jilatan dan hisapan di seluruh vagina Nining sambil kedua bibir vaginanya kupegangi dan kupermainkan, sehingga gerakan badan Nining semakin menggila dan tangannya sekarang sudah tidak meremas kasur lagi melainkan meremas rambut di kepalaku dan menekan ke vaginanya dan tidak lama kemudian terdengar Nining mengucap,<br />
“Aaduuhh…, adduuh…, Paak…, aahh…, aduuh.., aahh.., paak”, dan badannya menggelepar-gelepar tidak karuan, lalu terdiam dengan nafas terengah-engah, tetapi dengan masih tetap meremasi rambutku.<br />
<br />
Aku hentikan jilatanku di vaginanya dan merayap keatas lalu kucium dahinya, sedangkan Nining dengan nafasnya yang masih terengah-engah menciumi seluruh wajahku sambil memanggilku,<br />
“Paakk…, paak”, entah untuk apa. Ketika nafas Nining sudah mulai agak teratur, lalu kutanya,<br />
“aam.., boleh kumasukkan sekarang.., aam..”, Nining tidak segera menjawab hanya terus menciumi wajahku, tetapi tak lama kemudian terdengar suara pelan di telingaku,<br />
“Paak…, pelaan…, pelaan…, yaa…, Paak”, dan dengan tidak sabar lalu kupegang batang penisku dan kugesek gesekan pada belahan vaginanya dengan sedikit kutekan dan ketika kuanggap pas di lubang vaginanya, segera kutekan pelan-pelan dan Nining sedikit mengeluh,<br />
“Paak…, sakiit…, paak”.<br />
Mendengar keluhannya ini, segera kuhentikan tusukan penisku ke vaginanya. Sambil kucium dahinya, kembali ketekan penisku pelan-pelan dan terasa kepala penisku masuk sedikit demi sedikit ke lubang vaginanya dan lagi-lagi terpaksa gerakan penisku kuhentikan, ketika Nining mengeluh,<br />
“Adduuh…, paak..”. Setelah kudiamkan sebentar dan Nining tidak mengeluh lagi, kuangkat penisku keluar dari vaginanya dan kembali kutusukkan pelan-pelan, ketika penisku terasa masuk, kulihat wajah Nining hanya mengerenyit sedikit tetapi tidak ada keluhan, sehingga kembali kutusukkan penisku lebih dalam dan,<br />
“Bleess..”, masuk disertai dengan teriakan Nining,<br />
“Aduuh…, paak”, dan tangannya mencengkeram pantatku, terpaksa penisku yang sudah masuk sebagian kutahan dan kudiamkan di tempatnyaTidak lama kemudian, terasa tangan Nining menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Nining.<br />
“Aam…, masih sakiitt..?”, Tanyaku dan Nining hanya menggelengkan kepalanya pelan.<br />
Karena Nining sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Nining hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Nining mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara,<br />
“aahh…, sshh…, aahh…, aahh…, sshh…, teruus…, Paak”. Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Nining kelihatannya memprotes kelakuanku,<br />
“Paak…, kenapaa..”. Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang,<br />
“aam…, coba sekarang Nining berbalik dan nungging”.Nining menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Nining berteriak kecil,<br />
“aahh..”, dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Nining bersuara,<br />
“aahh…, oohh…, aah…, ooh…, aahh”, seirama dengan kocokan penisku keluar masuk.<br />
Tidak lama kemudian kudengar keluhan Nining,<br />
“Paak…, aam…, capeek…, paak”, sambil terus menjatuhkan badannya tengkurap, sehingga penisku jadi lepas dari vaginanya.<br />
Langsung badan Nining kubalik telentang dan kembali kutancapkan penisku dengan mudah ke dalam vaginanya yang masih tetap basah dan kuayun keluar masuk, sehingga membuat Nining merasa keenakan dan mendesah,<br />
“aahh…, oohh…, sshh…, aahh…, ssh”, demikian juga aku.<br />
Setelah beberapa saat, lalu kuhentikan gerakan senjataku dan kubalik badanku sehingga posisi Nining sekarang berada di atas.<br />
“aam…, sekarang Nining yang maiin…, yaa…, biar aku juga enaak”, kataku.<br />
Mula-mula Nining hanya diam saja, mungkin malu tetapi lama-lama mulai mau menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah sehingga vaginanya menelan penisku sampai habis dan gerakannya semakin lama semakin cepat yang membuatku semakin keenakan,<br />
“aahh…, sshh…, aamm.., truus…, aam…, enaak.., aam”, dan Nining hanya mendesah,<br />
“aahh…, oohh…, aahh..”. Karena gerakan Nining semakin cepat, membuatku semakin mendekati klimaks dan segera saja kukatakan,<br />
“Aam…, sshh…, ayoo…, aam…, sayaa…, sudah mau keluaar.., cepaat.., aam”.<br />
“Paak…, ayoo.., kita.., sama samaa”, katanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah dan akhirnya aku sudah nggak kuat menahan air maniku supaya tidak keluar dan,<br />
“Aam…, sekaraang”, kataku cepat sambil kutekan pinggulnya kuat-kuat dan Nining hanya berteriak,<br />
“aahh”, dan terus sama-sama terdiam dengan nafas terengah-engah.<br />
Kami berdua lalu tidur dengan penisku tetap masih berada di dalam vaginanya.Pagi harinya, ketika aku makan pagi ditemani oleh bu Tus sendiri dan Pak Tus katanya sedang ke kebun dan Nining sedang menyuapi anaknya di depan, bu Tus bertanya,<br />
“Paak…, apa benar…, suami saya…, akan di PHK?”.Aku jadi sangat terkejut dengan pertanyaan itu, karena setahuku belum ada orang lain yang kuberitahu, kecuali pimpinanku dan sekretaris yang kusuruh menyiapkan surat-surat.<br />
“Buu…, lebih baik kita bicarakan dengan Bapak sekalian agar bisa tuntas.’<br />
“Ayoo…, kita temui Bapak di kebun’ ajakku.<br />
Karena Pak Tus sudah tahu dan mungkin dari sekretaris kantor, lalu aku terangkan semuanya dan apa yang menjadi pertimbanganku dan yang lebih penting soal pesangonnya yang spesial dan cukup besar.Pada mulanya, di wajah Pak Tus kulihat ada perasaan kurang senang, tetapi setelah kuberikan penjelasan dan kuberitahu besar uang pesangonnya, Pak Tus dengan wajah berseri malah berbalik bertanya,<br />
“Paak…, kapan uang pesangonnya bisa diambil…, saya mau gunakan untuk kebun saya ini dan ditabung”.Aku jadi lega bisa menyelesaikan masalah ini dan sekaligus dapat vaginanya bu Tus dan Nining.<br />
Siangnya kami kembali ke Indramayu dan sesampainya di rumah mereka, Pak Tus mengatakan,<br />
“Paak…, jangan kapok…, ya paak”, dan kujawab,<br />
“Paak…, pokoknya kalau Pak Tus ajak lagi…, saya akan ikut”, sambil aku melihat bu Tus yang tersenyum penuh arti.<br />
Pada hari Senin pagi kupanggil Sri sekretaris kantor yang pernah kusuruh mempersiapkan surat berhenti untuk pegawai-pegawai yang telah kupilih.Setelah Sri menghadap di kantorku, kumarahi dan kudamprat dia habis-habisan karena tidak bisa menjaga rahasia.Kuperhatikan wajah Sri yang ketakutan sambil menangis, tetapi apa peduliku dan saking kesalku, kusuruh dia untuk pulang dan memikirkan apa yang telah dilakukannya.<br />
Aku lalu meneruskan pekerjaanku tanpa memikirkan hal tadi.Malam harinya, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan sarung, aku duduk di ruang tamu sambil melihat acara sinetron di salah satu stasion TV, tiba-tiba kudengar ada orang mengetuk pintu rumahku yang sudah kukunci.Aneh juga, selama ini belum ada tamu yang datang ke rumahku malam-mala, aku jadi sedikit curiga siapa tahu ada orang yang kurang baik, maklum saja di masa krisis seperti sekarang ini, tetapi ketika kuintip ternyata yang di depan adalah Sri.<br />
Hatiku yang tadinya sudah melupakan kejadian tadi siang, mendadak jadi dongkol kembali dan sambil kubukakan pintu, kutanya dia dengan nada dongkol,<br />
“Ngapain malam-malam ke sini”. Sri tidak menjawab tapi malah bertanya,<br />
“Paak…, boleh saya masuk?<br />
“Yaa…, sana duduk”, kataku dengan dongkol, sambil menutup pintu rumah.<br />
Sri segera duduk di sofa panjang dan terus menangis tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.Aku diamkan saja dia menangis dan aku segera duduk di sampingnya tanpa peduli.Lama juga aku menunggu dia menangis dan ketika tangisnya agak mereda, dengan tanpa melihat ke arahku dan diantara suara senggukan tangisnya, Sri akhirnya berkata dengan nada penuh iba,<br />
“Paak…, maafkan Srii…, paak, saya mengaku salah…, paak dan tidak akan mengulangi lagi”, dan terus menangis lagi, mungkin karena tidak ada jawaban dariku.<br />
Lama sekali si Sri menangis sambil menutup mukanya dengan sapu tangan yang sudah terlihat basah oleh air matanya, lama-lama aku menjadi tidak tega mendengar tangisannya yang belum juga mereda, lalu kugeser dudukku mendekati Sri dan kuraih kepalanya dengan tangan kiriku dan kusandarkan di bahuku.Ketika kuusap-usap kepalanya sambil kukatakan,<br />
“Srii…, sudaah…, jangan menangis lagi…, Srii”, Sri bukannya berhenti menangis, tetapi tangisnya semakin keras dan memeluk pinggangku serta menjatuhkan kepalanya tepat di antara kedua pahaku.<br />
Dengan keadaan seperti ini dan apalagi kepala Sri tepat ada di dekat penisku yang tertutup dengan sarung, tentu saja membuat penisku pelan-pelan menjadi berdiri dan sambil kuusap punggungnya dengan tangan kiriku dan kepalanya dengan tangan kananku lalu kukatakan,<br />
“Srii…, sudah…, laah…, jangan menangis lagi”.Setelah tangisnya mereda, perlahan-lahan Sri menengadahkan kepalanya seraya berkata dengan isaknya,<br />
Cerita Seks<br />
<br />
Cerita Seks<br />
<br />
“Paak…, maafkan…, srii…, yaa”, sambil kucium keningnya lalu kukatakan,<br />
“Srii…, sudah.., laah…, saya maafkan…, dan mudah-mudahan tidak akan terulang lagi”. Mendengar jawabanku itu, Sri seperti kesenangan langsung memelukku dan menciumi wajahku berulangkali serta mengatakan dengan riang walaupun dengan matanya yang masih basah,<br />
“Terima kasiih…, paak…, terima kasiih”, lalu memelukku erat-erat sampai aku sulit bernafas.<br />
“Sudah.., laah…, Sri”, kataku sambil mencoba melepaskan pelukannya dan kulanjutkan kata-kataku.<br />
“Gara-gara kamu nangis tadi…, aku jadi susah…”.<br />
“Ada apa paak”, tanyanya sambil memandangku dengan wajah yang penuh kekuatiran.<br />
Sambil kurangkul lalu kukatakan pelan di dekat telinganya,<br />
“Srii…, itu lhoo…, gara-gara kamu nangis di pangkuanku tadi…, adikku yang tadi tidur…, sekarang jadi bangun”, kataku memancing dan mendengar jawabanku itu, Sri mencubit pinggangku dan berguman,<br />
“iihh…, bapaak”, dan sambil mencium pipiku kudengar Sri agak berbisik di dekat telingaku,<br />
“Paak…, Sri…, suruh…, tiduur…, yaa?”, seraya tangannya menyingkap sarungku ke atas dan menurunkan CD-ku sedikit sehingga penisku yang sudah tegang dari tadi tersembul keluar dan dengan dorongan tanganku sedikit, kepala Sri menunduk mendekati penisku serta,<br />
“Huup..”, penisku hilang setengahnya tertelan oleh mulutnya.<br />
Sri segera menggerakkan kelapanya naik turun serta terasa lidahnya dipermainkan di kepala penisku sehingga membuatku seperti terbang di awang-awang,<br />
“Sshh…, aahh…, oohh.., Srii…, sshh…, aahh”, desahku keenakan tanpa sadar.<br />
“Srii…, lepas sebentaar…, Srii…, saya mau lepas sarung dan CD-ku dulu..”, kataku sambil sedikit menarik kepalanya dan setelah keduanya terlepas, kembali Sri melahap penisku sambil tangannya sekarang mempermainkan buahku dan aku gunakan tanganku untuk meremas-remas payudara Sri dan sekaligus mencari serta membuka kancing bajunya.<br />
Setelah baju atas Sri berhasil kulepas dari tubuhnya, maka sambil kuciumi punggungnya yang bersih dan mulus, aku juga melepas kaitan BH-nya dan kulepas juga dari tubuhnya. Sementara Sri masih menggerakkan kepalanya naik turun, aku segera meremas-remas payudaranya serta kucium dan kujilati punggungnya, sehingga badan Sri bergerak-gerak entah menahan geli atau keenakan, tetapi dari mulutnya yang masih tersumpal oleh penisku terdengar suara,<br />
“Hhmm…, hhmm…, hhmm”.Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat nikmat Sri, segera saja kukatakan,<br />
” Srii…, sudah duluu…”, sambil menarik kepalanya dan Sri lalu kupeluk serta berciuman, sedang nafasnya Sri sudah menjadi lebih cepat.<br />
“Srii…, kita pindah ke kamar…, yaa”, kataku sambil mengangkat Sri berdiri tanpa menunggu persetujuannya dan Sri mengikuti saja tarikanku dan sambil kurangkul kuajak dia menuju kamarku lalu langsung saja kutidurkan telentang di tempat tidurku.<br />
Segera kulepas singletku sehingga aku sudah telanjang bulat dan kunaiki badannya serta langsung kucium dan kujilati payudaranya yang terasa sudah lembek.Tapi…, ah.., cuek saja.Sambil terus kujilati kedua payudara Sri bergantian yang makin lama sepertinya membuat Sri semakin naik nafsunya, aku juga sedang berusaha melepas kaitan dan ritsluiting yang ada di rok nya Sri.Sementara aku menarik roknya turun lalu menarik turun CD-nya juga, Sri sepertinya sudah tidak sabar lagi dan terus mendesah,<br />
“Paak…, paak…, ayoo…, paak…, cepaat…, paak…, masukiin…, sshh”, dan setelah aku berhasil melepas CD dari tubuhnya, segera saja Sri melebarkan kakinya serta berusaha menarik tubuhku ke atas seraya masih tetap berguman,<br />
“Paak…, ayoo…, cepaat.., Srii…, aah…, sudah nggak tahaan…, paak”. Aku turuti tarikannya dan Sri seperti sudah tidak sabar lagi, segera bibirku dilumatnya dan tangan kirinya berhasil memegang penisku dan dibimbingnya ke aah vaginanya.<br />
“Srii…, aku masukin sekarang…, yaa”, tanyaku minta izin dan Sri cepat menjawab,<br />
“Paak…, cepaat…, paak”, dan segera saja kutekan penisku serta,<br />
“Blees..”, disertai teriakan ringan Sri,”aahh..”, masuk sudah penisku dengan mudah ke dalam vaginanya Sri.<br />
Sri yang sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, mendekap diriku kuat-kuat dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan kuimbangi dengan menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya disertai bunyi<br />
“Ccrreet…, creet.., crreet”, dari vaginanya mungkin sudah sangat basah dan dari mulutnya terdengar,<br />
“oohh…, aahh…, sshh…, paak…, aah”.Gerakan penisku kupercepat sehingga tak lama kemudian gerakan badan Sri semakin liar saja dan berteriak,<br />
“Adduuh…, paak…, aahh…, oohh…, aduuhh…, paak…, aduuhh…, paak”, sambil mempererat dekapannya di tubuhku dan merangkulkan kedua kakinya kuat-kuat di punggungku sehingga aku kesulitan untuk bergerak dan tak lama kemudian terkapar dan melepas pelukannya dan rangkuman kakinya dengan nafasnya yang memburu.<br />
Aku agak sedikit kecewa dengan sudahnya Sri, padahal aku juga sebetulnya sudah mendekati puncak, hal ini membuat nafsuku sedikit surut dan kuhentikan gerakan penisku keluar masuk.<br />
“Srii…, kenapa nggaak bilang-bilang…, kalau mau keluar”, tanyaku sedikit kecewa.<br />
“Paakk.., jawab Sri dengan masih terengah engah,<br />
“Sri…, sudah nggak…, tahaan…, paak..” Agar Sri tidak mengetahui kekecewaanku dan untuk menaikkan kembali nafsuku, aku ciumi seluruh wajahnya, sedangkan penisku tetap kudiamkan di dalam vaginanya.<br />
eeh, tidak terlalu lama terasa penisku seperti terhisap dan tersedot-sedot di dalam vaginanya.<br />
“Srii…, teruus…, Srii…, enaak…, teruuss…, Srii”, dan membuatku secara tidak sadar mulai menggerakkan penisku kembali keluar masuk, dan Sri pun mulai menggerakkan pinggulnya kembali.Aku semakin cepat mengerakkan penisku keluar masuk sehingga kembali terdengar bunyi,<br />
“Ccrroot…, crreet…, ccrroot…, creet”, dari arah vaginanya.<br />
“Srii…, Srii…, ayoo…, cepaat…, Srii”, dan seruanku ditanggapi oleh Sri.<br />
“Paak…, iyaa…, paak…, ayoo”, sambil mempercepat gerakan pinggulnya.<br />
“aahh…, sshh…, Ssrrii…, ayoo…, Srrii.., saya.., sudah dekaat srii.”<br />
“Ayoo…, paak…, cepaatt…, sshh…, paak” Aku sudah tidak bisa menahan lagi dan sambil mempercepat gerakanku, aku berteriak<br />
<br />
“Srrii…, ayoo…, Srrii…, sekaraang”, sambil kutusukan penisku kuat-kuat ke dalam vaginanya Sri dan ditanggapi oleh Sri.<br />
<br />
“Paak…, ayoo…, aduuh…, aah…, paak”, sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di punggungku kuat-kuat.<br />
Setelah beristirahat cukup lama sambil tetap berpelukan dan penisku tetap di dalam vaginanya, segera aku ajak Sri untuk mandi, lalu kuantar dia pulang dengan kendaraanku.Minggu depannya, aku berhasil melaksanakan PHK tanpa ada masalah, tetapi beberapa hari kemudian setelah pegawai-pegawai yang tersisa mengetahui besarnya uang pesangon yang diberikan kepada 5 orang ter-PHK, mereka mendatangiku untuk minta di-PHK juga. Tentu saja permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh pimpinanku …Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-30432503931968992262018-04-10T21:37:00.000-07:002018-04-10T21:37:35.097-07:00Ngaceng Di Goda Oleh Pembantu Gatel<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbXfidGzauotzaLkNM_QIWrk9c5HqutYrwwAsN7dsJD0yqW-HXVZ0qxHKd2uPlDVR6jJ7bC84hJR4dMnw84G64zd2R61VYvKADX55Y8MUZlsQREs_16znXgMwAj5LHeSUCWldLY3-ZmH4d/s1600/2593.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ngaceng Di Goda Oleh Pembantu Gatel" border="0" data-original-height="336" data-original-width="400" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbXfidGzauotzaLkNM_QIWrk9c5HqutYrwwAsN7dsJD0yqW-HXVZ0qxHKd2uPlDVR6jJ7bC84hJR4dMnw84G64zd2R61VYvKADX55Y8MUZlsQREs_16znXgMwAj5LHeSUCWldLY3-ZmH4d/s640/2593.jpg" title="Ngaceng Di Goda Oleh Pembantu Gatel" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ngaceng Di Goda Oleh Pembantu Gatel</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Sepeninggal Lastri, kami mendapat seorang pembantu baru dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja yaitu seorang wanita berumur 23 tahun bernama Atun. Atun berambut lurus sebahu, berperawakan sedang , berkulit sawo matang dengan wajah yang manis, tinggi sekitar 160 cm , badan ramping dengan berat badan sekitar 50 kg, dengan tetek yang besarnya sedang saja. Yang agak istimewa dari penampilan Atun adalah matanya yang bagus dengan lirikan-lirikan yang kelihatannya sedikit nakal.<br />
<br />
Hari pertama kedatangannya , saat memperkenalkan diri , ia tampak tidak banyak bicara, hanya saya melihat bahwa matanya sering melirik dan memperhatikan celana saya terutama pada bagian kemaluan. Saya berpikir, ” akh, nakal juga nih… “. Ternyata Atun ini baru menikah dua bulan lalu dan karena desakan kebutuhan ekonomi saat ini sedang terpisah dari sang suami yang bekerja menjadi TKI di Timur Tengah.<br />
<br />
Setelah beberapa hari bekerja pada kami, ternyata Atun cukup rajin dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Memasuki minggu kedua, saya mendapat gilirin kerja shift dari kantor, yaitu shift ke 2, sehingga saya harus mulai bekerja mulai dari jam 15:00 sampai dengan jam 23:00. Jadi bila pulang telah larut malam, biasanya isteri saya sudah tidur dan bila ia tidur, ia mempunyai kebiasaan tidur yang sangat lelap dan sangat susah sekali untuk dibangunkan ; dan bila saya terbangun pada pagi hari, isteri sudah berangkat kerja, sehingga biasanya kami hanya berhubungan melalui telephone saja atau ia menuliskan pesan dan menempelkannya di kulkas.<br />
<br />
Suatu malam sepulang kerja, Atun seperti biasa membuka pintu dan setelah itu ia biasanya menyiapkan air panas untuk saya mandi. Sedang saya asyik mandi dan menggosok-gosok tubuh saya, saya mendengar suatu bunyi halus dibalik pintu kamar mandi, sambil berpura-pura tidak tahu saya tiba-tiba menunduk dan mencoba melihat dari celah yang ada dibawah pintu tersebut.<br />
<br />
” hah….” , saya kaget juga, karena disitu terlihat sepasang kaki yang dalam posisi sedang men-jinjit menempel dipintu kamar mandi. Wah, ternyata saya sedang diintip , oleh siapa lagi kalau bukan Atun. Saya tetap pura-pura tidak tahu saja dan mulai memasang aksi ; saya mulai menggosok-gosokan sabun kebagian ****** saya, meremas-remas sehingga ****** saya pun mulai bangun dan menjadi keras, sambil terus meng-kocok-kocok ****** saya, saya juga berusaha untuk berkonsentrasi mendengar suara dibelakang pintu itu. Dari situ terdengar desahan halus yang sedikit lebih keras dari tarikan nafas.<br />
“Naah…lo….rasain ” , kata saya dalam hati. Selesai mandi, saya langsung saja keluar dengan memakai handuk yang dililitkan kebadan bagian bawah saya, ****** saya masih dalam posisi menegang keras, jadi terlihat menonjol dari balik handuk. Saya tetap berpura-pura tidak tahu apa-apa dan berjalan kearah belakang untuk menaruh pakaian kotor.<br />
“pep…..pak….. bapak mau emm.. makan”, sapa Atun ,<br />
“oh… enggak Tun, sudah makan… tolong bikinkan kopi saja”, jawab saya sambil saya perhatikan wajahnya. Ternyata wajah Atun terlihat pucat dengan tangan yang agak gemetaran.<br />
“eeh…kamu kenapa Tun,…..sakit yaa ?”, tanya saya<br />
“ah , tidak pak….. saya cuma sedikit pusing aja”, jawab Atun<br />
“Iyaa…Tun….saya juga sedikit pusing… apa kamu bisa mijitin kepala saya”<br />
“beb…bis…bisa pak”, jawab Atun tergagap, sembari matanya terus menerus melirik kearah ****** saya yang menyembul. Sayapun masuk kekamar dan mengganti handuk dengan sarung tanpa memakai celana dalam lagi, dan tidak lupa memeriksa isteri saya; setelah saya perhatikan ternyata isteri saya tetap tertidur dengan pulas sekali. Sayapun duduk disofa didepan televisi sambil menunggu Atun membawa kopi, yang kemudian ditaruhnya dimeja didepan saya.<br />
“Tun….tolong nyalakan tv-nya”<br />
Atun berjalan kearah televisi untuk menyalakan , saat televisi telah menyala saya bisa melihat bayangan tubuh Atun dari balik dasternya. “wah….boleh juga”, terasa denyutan di ****** saya, nafsu saya mulai memuncak.<br />
“Tun…. tolong kecilkan sedikit suaranya”, kata saya, Saat ia mengecilkan suara televisi itu, Atun sedikit membungkuk untuk menjangkau tombol tv tersebut, langsung tubuhnya terbayang dengan jelas sekali , Atun ternyata tidak memakai BH dan puting teteknya terbayang menonjol bagaikan tombol yang minta diputar.<br />
“lagi sedikit Tun….” kata saya mencari alasan untuk dapat melihat lebih jelas. Aduh , denyutan di ****** saya pun makin keras saja.<br />
“Ayo ..Tun..pijitin kepala saya” kata saya sambil bersandar pada sofa. Dengan agak ragu, Atun mulai memegang kepala saya dan mulai memijat-mijat kepala saya dengan lembut.<br />
“nah..gitu….baru enak, kata saya lagi, “tapi film-nya kok jelek banget yaa…”<br />
“iya..pak…film-nya film tua..” katanya.<br />
“kamu mau lihat film baru”, kata saya sambil langsung berdiri dan menuju kearah lemari televisi untuk mengambil sebuah laser disk dan langsung saja memasangnya, film itu dibintangi oleh Kay Parker, sebuah film jenis hardcore yang sungguh hot. Atun kembali memijat kepala saya sambil menanti adegan film tersebut.<br />
<br />
Saat adegan pertama dimana Kay Parker mulai melakukan french kiss dan meraba ****** lawan mainnya , tangan Atun mengejang dikepala saya, terdengar ia menarik nafas panjang dan pijatan tangannya bertambah keras. Saya mengangkat kepala dan melihat keatas kearah Atun; terlihat matanya terpaku pada adegan di layar, biji matanya kelihatan seperti tertutup kabut tipis, ia benar-benar berkonsentrasi melihat adegan demi adegan yang diperankan oleh Kay Parker. Sekitar seperempat jam kemudian, terasa pijatan dikepala saya berkurang, karena hanya satu tangannya saja yang dipakai untuk memijat sedangkan setelah saya tengok kebelakang ternyata tangannya yang satu lagi terjepit diantara selangkangannya dengan gerakan menggosok-gosok. Desahan nafasnya menjadi keras buru memburu. Atun terlihat bagai orang sedang mengalami trance dan tidak sadar akan perbuatannya.<br />
<br />
Saya langsung saja berdiri dan menuju kebelakangnya; sarung saya jatuhkan kelantai dan dalam keadaan telanjang saya tekan ****** saya ke arah belahan pantatnya sedangkan mulut saya mulai menjalar ke leher Atun, menjilat-jilat sambil menggigit pelahan-lahan. Kedua tangan saya bergerak kearah teteknya yang menantang dan meremas-remas sambil sesekali memuntir-muntir putingnya yang cukup panjang. Atun tetap seperti orang yang tidak sadar, matanya hanya terpaku kelayar kaca melihat bagaimana Kay Parker menjepit pinggang lawan mainnya sambil mengayunkan pinggulnya ke kanan kekiri. Dengan cepat saya membuka dasternya sampai terlepas; Atun diam saja juga saat saya memelorotkan celana dalamnya. Sambil tetap memeluknya dari belakang, saya menggeser kakinya agar selangkangannya lebih terbuka sehingga saya bisa mengarahkan ****** saya ke lubang memeknya. Saat kepala ****** saya mulai memasuki memeknya yang sudah basah, Atun sedikit tersentak, tapi saya terus menyodok kedalam sehingga ****** saya terbenam seluruhnya.<br />
<h2>
<br />Ngaceng Di Goda Oleh Pembantu Gatel</h2>
<br />
“aaaaaaaakh…..pak” , desah Atun lirih, “ennnaaaak….paaaaak”<br />
Saya tetap menekan dan kemudian mulai menarik ****** saya. Waah…. memek Atun bagaikan menjepit ****** saya dan seperti tidak mau melepaskan ****** saya. Memek Atun ternyata sempit sekali dan ****** saya terasa bagaikan dihisap-hisap dan diremas-remas dengan denyutan-denyutan yang sungguh nikmat sekali. Saya menarik dan menekan dengan kuat secara berulang-ulang sehingga biji saya terdengar beradu dengan pantat Atun yang mulus, plak….plak….plak….. saya tetap memeluknya dari belakang dengan tangan kiri yang tetap berada di tetek sedangkan jari tangan kanan saya berada di dalam mulut Atun.<br />
<br />
Mulut Atun menghisap-hisap jari saya bagaikan anak bayi yang telah kelaparan mendapatkan susu ibunya , matanya terpejam bagai orang sedang bermimpi. Badannya separuh , dari pinggang keatas condong kedepan, membungkuk pada sandaran sofa, sedangkan pinggangnya berusaha untuk mengimbangi gerakan maju mundur yang saya lakukan. Bila saya menekan ****** saya untuk membenamkannya lebih dalam kelubang memeknya, Atun segera mendorong pantatnya kebelakang untuk menyambut gerakan saya dan kemudian secara cepat mengayunkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bergantian. Aah ….. Atun, ternyata luar biasa enaknya memek kamu. Saya benar-benar menikmati tubuh dan memek Atun. Kami melakukan gerakan-gerakan seperti ini selama beberapa waktu, sampai suatu saat badan Atun mengejang , kedua kaki nya juga mengejang serta terangkat kebelakang . Memeknya meremas dan menghisap-hisap ****** saya dengan keras dan berusaha untuk menelan ****** saya seluruhnya.<br />
<br />
“aaaaaaaaaaaaahhhhh …..” desah Atun panjang Akhirnya saya juga tidak tahan lagi, saya peluk badannya dan saya tekan ****** saya kuat-kuat kedalam memek Atun. Saya pun melepaskan cairan mani saya kedalam lubang memek Atun yang begitu hangat dan menghisap.<br />
“hhhhheeeeeeeeeh” creeet…….creettt…..creet tttt Kami berdua langsung lunglai dan tertekuk kearah sandaran sofa dengan posisi ****** saya masih ada di dalam jepitan memek Atun. Setelah kami recover, saya buru-buru memungut sarung, mematikan televisi dan berdua berjalan kearah belakang ; Atun langsung berbelok kekamarnya, tapi sebelumnya ia berkata halus, ” terima kasih yaa… pak” dan sambil tersenyum nakal ia meremas ****** saya. Saya langsung mandi lagi untuk membersihkan keringat yang mengalir begitu banyak, setelah itu ke kekamar berbaring sambil memeluk isteri saya dan tertidur lelap dengan puas. Dipagi hari saya tersentak bangun karena merasakan sepasang tangan yang mengelus-elus ****** saya, secara refleks saya melihat jam dinding dan melihat jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi.<br />
” looo ..” , pikir saya ” kok isteri saya tidak bekerja hari ini”<br />
Langsung saya mengangkat kepala melihat kebawah; lho…. ternyata bukan isteri saya yang sedang mengelus-elus ****** saya tetapi Atun yang sedang menunduk untuk mencium ****** saya, yang sudah keras dan tegang.<br />
“Tun….. ayo naik kesini”, kata saya kepadanya, sambil bangun terduduk saya menarik badannya dan mulai membuka dasternya, ternyata Atun sudah tidak memakai apa-apa dibalik dasternya. Langsung saya balikkan badannya dan mulai mencium memeknya yang wangi, sedangkan Atun langsung juga mengulum ****** saya dimulutnya yang kecil; waah Atun langsung cepat belajar dari tontonan film tadi malam rupanya.<br />
<br />
Saya mulai menjilat-jilat memeknya dan sesekali mengulum serta mempermainkan klentitnya dengan lidah saya, Atun tergelinjang dengan keras dan terdengar desahannya, “hheeeh….heeeehhh” Dari lubang memeknya mengalir cairan hangat dan langsung saja saya jilat ….. mmmh…enaknya… Setelah itu saya tarik Atun untuk jongkok di atas badan saya, sedangkan saya tetap terlentang dan Atun mulai menurunkan badannya dengan lubang memeknya yang sempit itu tepat kearah batang ****** saya yang sudah sangat tegang sekali.<br />
<br />
“hhhheeehhhh”….cleeeep, batang ****** saya masuk langsung kedalam lubang memeknya dan terbenam sampai keujung biji saya, “oooohh enak bener Tun….memek kamu” kata saya, Atun sudah tidak menjawab lagi, dia menaikkan pantatnya dan kemudian dengan cepat menurunkannya dan memutar-mutar pinggulnya dengan cepat sekali berkali-kali, sambil terpejam dia mendesah-desah panjang terus menerus karena keenakkan….. Batang ****** saya terasa mau putus karena enaknya memek Atun, benar-benar nikmat sekali permainan dipagi hari ini; Sesekali saya duduk untuk memeluknya dan terus meremas-remas teteknya yang keras. “ooooh …. Atun….ennaaaak” Atun kemudian berhenti sebentar dan memutarkan badannya sehingga pantatnya menghadap wajah saya, sambil terus menaik-turunkan pantatnya, memeknya tetap menjepit batang ****** saya dengan jepitan yang keras dan berdenyut-denyut…..Akh , akhirnya saya tidak tahan lagi, sambil memeluk pinggangnya saya berusaha menekan batang ****** saya sedalam-dalamnya dilubang memek Atun , badan Atun pun mengejang dan bersama-sama kita mencapai orgasme. Pagi hari itu saya dan Atun bermain sampai jam 13:00 siang, berkali-kali dan berbagai-bagai gaya dengan tidak bosan-bosannya.<br />
<br />
Sejak pagi itu, saya selalu dibangunkan oleh isapan lembut dari mulut mungil Atun, kecuali bila hari libur dimana isteri saya berada di rumah.<br />
<div>
<br /></div>
Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6850515110722462949.post-20838169606981139242018-04-09T23:59:00.000-07:002018-04-10T00:00:56.801-07:00Goyangan Bersama Adik Ipar Bila Ada Peluang<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFLez8g6IrHqiAckiJyy3sn_US9fovLrNuhXZYW8zySQ5i3GTfOWTi-E7mryhFKptTQLzHl_GdmWAqFAF5d0KyulrygXzD3gGQ6Dpetu7i4__UzFHNHe9mC0Q3PCF33nA9iW_1zZIupN_D/s1600/2583.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Goyangan Bersama Adik Ipar Bila Ada Peluang" border="0" data-original-height="224" data-original-width="225" height="636" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFLez8g6IrHqiAckiJyy3sn_US9fovLrNuhXZYW8zySQ5i3GTfOWTi-E7mryhFKptTQLzHl_GdmWAqFAF5d0KyulrygXzD3gGQ6Dpetu7i4__UzFHNHe9mC0Q3PCF33nA9iW_1zZIupN_D/s640/2583.jpg" title="Goyangan Bersama Adik Ipar Bila Ada Peluang" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Goyangan Bersama Adik Ipar Bila Ada Peluang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a href="http://maniakqq.online/">Asikqq</a> - Usiaku sudah hampir mencapai tiga puluh lima, ya… sekitar 3 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 7 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.<br />
<br />
Jadi… begini nih ceritanya. Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.<br />
<br />
Pagi sekitar pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah… mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh… ternyata dia bersama tantenya Nosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Nosa mengganti celana anakku, “Kemana mamanya, Sa…?” tanyaku. “Lagi ke pasar Bang” jawabnya “Emang gak diberi tau, ya?” timpalnya lagi. Aku melihat Nosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia meihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku. “Kenapa kamu?” tanyaku heran “hmm Anu bang…” sambil melihat kembali ke bawah.<br />
<br />
“Oh… maaf ya, Sa?” terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm… tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe….<br />
<br />
Anehnya, Nosa hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir “Abis tempur ya, Bang. Mau dong…” Katanya tanpa ragu “Haaa…” Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.<br />
<br />
Dua hari setelah mengingat pernyataan Nosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah… masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Nosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan “saluran air”, aku berpapasan dengan Nosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.<br />
<br />
Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.<br />
“Siapa?” tanyaku<br />
“Duhhhh… kan cuma kita berdua di rumah ini, bang” jawabnya.<br />
“Oh iya, ada apa, Sa…?” tanyaku lagi<br />
“Bang, lampu di kamar aku mati tuh”<br />
“Cepatan dong!!”<br />
“Oo… iya, bentar ya” balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Nosa.<br />
<br />
Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.<br />
“Sa, kamu pegangin nih kursi ya?” perintahku “OK, bang” balasnya.<br />
“Kok kamu belum pake baju?” tanyaku heran.<br />
“Abisnya agak gelap, bang?”<br />
“ooo…!?”<br />
Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Nosa. Dan… braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Nosa..<br />
“Ou…ou…” apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.<br />
“Maaf, Sa”<br />
“Gak apa-apa bang”<br />
Anehnya Nosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.<br />
<br />
Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami,<br />
dengan berani kucium bibirnya, Nosa hanya terdiam dan tidak membalas.<br />
“Kok kamu diam?”<br />
“Ehmm… malu, Bang”<br />
Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Nosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.<br />
“Ouhh… sakit, Bang. Tapi enak kok”<br />
“Sa… tubuh kamu bagus sekali, sayang… ouhmmm” Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Nosa tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.<br />
<br />
<h2>
Goyangan Bersama Adik Ipar Bila Ada Peluang</h2>
<br />
Sungguh indah dan harum memeknya Nosa, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.<br />
“Adauuu…. sakiiit” tentu saja ia melonjak kesakitan.<br />
“Oh, maaf Sa”<br />
“Jangan seperti itu dong” merintih ia<br />
“Ayo lanjutin lagi” pintanya<br />
“Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang” aturnya kemudian<br />
<br />
Tubuhku kini terlentang pasrah. Nosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.<br />
“Ohhh… Sa, enak kali sayang, ah…?” kalau yang ini entah ia pelajari<br />
dari mana, masa bodo ahh…!!<br />
“Duh, gede amat barang mu, Bang”<br />
“Ohhh….”<br />
“Bang, Nosa sudah tidak tahan, nih… masukin punya mu, ya Bang”<br />
“Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan” Nosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.<br />
“Ouuu…ahhhhh….” … seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Nosa.<br />
“Awwwh, Baaaang….. akhhhhh” Nosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya.<br />
<br />
Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Nosa semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.<br />
“Akhhhh… aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih.<br />
Awwwhhh??”<br />
“Jangan dulu Sa, tahan ya bentar” hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Nosa genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Nosa terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.<br />
<br />
“Ampuuuun…… ahhhh… trus, Bang”<br />
“Baaang… goyangnya cepatin lagi, ahhhh… dah mau keluar nih”<br />
Nosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.<br />
“Oughhhhh… abang juga mau keluar, Zzhaa” kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Nosa membahana di ruang kamar.<br />
Erangan panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.<br />
” ouughhhhh…. ouhhhhhh”<br />
“Enak, Baaaangg….”<br />
“Iya sayang…. ehmmmmmm” kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Nosa dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.<br />
“mmmmmmuaaachhhhh…” dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.<br />
<br />
Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendongku anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Nosa siap dan dimanapun aku siap.Cewek Medanhttp://www.blogger.com/profile/16323079292246132801noreply@blogger.com0